Langsung ke konten utama

:'(

Assalamu'alaikum Blogger...
Senang sekali bisa menulis lagi di blog, setelah hampir 1 bulan blog saya tidak dicoret-coret. Seharusnya sore yang berasap ini saya menulis tentang jalan-jalan saya selama KKN bulan lalu, tapi saya sedang tidak mood menulisnya. Hehe. Hari ini saya mau menulis tentang keadaan diri saya. Ah apa itu? Mari membaca :)




Tepatnya tanggal 17 agustus, ketika Indonesia sedang berulang tahun. Saya dan keempat rekan saya memutuskan untuk mendaki bukit Batu Banama. Ketika sedang memanjat, tiba-tiba teringat film 5 Cm (ada yang sudah nonton?). Ya singkat cerita, sejak saya mendaki bukit itu, saya mulai sakit. Mungkin karena jarang olahraga dan tiba-tiba harus mendaki ratusan meter. Mungkin juga faktor badan saya yang memang sedang tidak fit. Mungkin..mungkin...dan seribu kemungkinan lainnya. Keesokan harinya saya sering demam. Pagi ini demam, siangnya turun, kemudian malam demam, subuh turun. Begitu terus sampai KKN nyaris selesai. Saya juga sering batuk, tapi batuknya sebentar dan tidak berdahak. Jadi cukup minum obat batuk yang sachet, dan insya Allah besok sembuh, begitu pikir saya.

KKN pun usai tanggal 24 agustus, yeay pulang! Tapi sayang, walau KKN selesai, sakit saya belum selesai. Setelah kembali ke kota Palangka Raya, saya masih demam. Sore harinya saya dipijat, kali aja saya-nya masuk angin. Ternyata saya memang masuk angin. Malam harinya badan saya masih panas, saya santai saja, saya bawa tidur. Namun, tepat jam 10 malam saya terbangun, saya batuk-batuk, rasanya seperti mau muntah. Jadi saya ke kamar mandi, dan muntah, eh ternyata saya tidak memuntahkan isi perut saya, saya malah memuntahkan sesuatu yang membuat saya gugup setengah mati. Saya berdahak, dan dahak saya ada darahnya! Saya berkali-kali mencermati, eh memang darah. Saya kira batuk berdarah itu cuma ada di sinetron atau ftv. Ternyata ini nyata, dan saya yang mengalaminya, SAYA!!

Setelah merasa agak baikan, saya pun ke kamar dengan penuh kegugupan dan kecemasan. Saya ambil handphone dan searching, kira-kira saya sakit apa. Sambil searching, tangan saya gemetar, keringat saya bercucuran dan netes, bener-bener netes. Teman saya yang sedang tertidur pun bangun, "kenapa belum tidur, Ti?" tanyanya. Saya yang sedang dilanda kecemasan cuma bisa menoleh sejenak. Maunya sih saya cerita, "eh aku tadi batuk dan ada darahnya" Tapi buat apa? Ini sudah jam 10 malam, tidak mungkin juga menerobos malam untuk ke rumah sakit. Setelah searching dan berusaha menenangkan diri, saya tidur. Tapi yang namanya gugup, saya baru bisa tertidur larut malam.

Pagi harinya saya bangun dan cerita ke teman saya, "oh mungkin cuma infeksi", komentarnya santai. "Ini batuknya berdarah loh" saya menekankan kata 'darah' padanya. "Iya, nanti juga sembuh. Nanti ke rumah sakit aja jam 8". Saya pun mengangguk dan menganggap ini batuk biasa, insya Allah minum obat, sembuh. Tapi jam setengah 7, saya batuk lagi dan darahnya lebih banyak. Teman saya yang melihat darah pun mendadak gugup dan takut. Ah singkat cerita saya ke rumah sakit, sejak pagi itu saya jadi nyaris tiap hari ke rumah sakit, menjalani serangkaian pemeriksaan. Mulai dari rontgen hingga BTA. Karena batuk yang tak kunjung sembuh, dan berat badan yang turun drastis, teman saya takut terjadi apa-apa dan menyarankan saya pulang dulu. "Mumpung belum kuliah" katanya. Dan hari minggu pagi, saya pun menempuh 4 jam perjalanan menuju Sampit.

Di Sampit, saya dua kali batuk berdarah, dan itu sudah cukup membuat kedua orang tua saya mengajak saya ke dokter. Dokter kembali menyarankan saya tes BTA, meminta saya untuk tes darah, dan tes laju endap darah. Ah, sakit apa sih ini? Saya sedih, menangis. Satu tahun lagi perjuangan kuliah saya, saya takut sakit ini membuat saya terlambat wisuda. Saya sedih, membuat uang jerih payah bapak ibu saya hanya untuk beli obat. Maaf saya sakit, maaf merepotkan.

Di Sampit, saya hanya menjalani pengobatan selama 3 hari. Dokter meminta saya untuk rontgen kembali, tapi saya harus kuliah ke Palangka Raya. Jadi minggu kemarin saya berusaha untuk kuat dan kembali mengejar mimpi saya yang tertunda. Ya Allah buat saya kuat dan menyelesaikan perjuangan saya.

Dan hari selasa kemarin, saya rontgen lagi. Dan inilah saya sekarang. Saya masih sakit, dan saya saat ini sedang kuliah, berusaha mengejar mimpi saya. Saya harus berjuang melawan sakit saya dan menyelesaikan perjuangan ini.

Ya Allah, angkatlah penyakit ini...
Ya Allah ijinkan saya sehat, ijinkan saya menyelesaikan perjuangan ini...
Ya Allah saya ingin mengangkat toga dengan bapak ibu di kiri kanan saya, kalau perlu adik dan kakak saya juga...
Ya Allah kabulkanlah, :'( ya Allah sehatkanlah... aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.