Langsung ke konten utama

Akhirnya eSPeDe!!!

"Pada hari ini, rabu 17 juni 2015, Mukti telah mempertahankan skripsinya dihadapan tim penguji. Dan setelah mendengar pendapat dari para dosen, saya sebagai penguji utama mewakili tim menyatakan Mukti Nirmala Sari dengan NIM ACC 111 0015 LULUS sidang skripsi dengan sedikit perbaikan. Perbaikan terhitung dari hari ini sampai 14 hari ke depan ..."


Itulah sederet kalimat yang diucapkan dosen saya sekitar pukul 10.15 pagi itu. Saya mengangguk takjim setelah mendengar kata "lulus". Ada perasaan syukur luar biasa yang terselip di hati saya.
Ya Allah, ini hadiah ramadhanMu :)

Pagi hari itu, rabu 17 Juni 2015, saya dijadwalkan sidang skripsi. Setelah dua minggu terombang-ambing dengan jadwal sidang yang tidak jelas, akhirnya nama saya bisa duduk manis bersama sederet rekan yang lain dalam sebuah jadwal sidang skripsi. Saya dijadwalkan tidak sidang sendirian, ada ka Gina yang akan sidang setelah saya. Bersama ka Gina, kami menjadi "teman sidang" dadakan.

Persiapan menuju sidang skripsi sudah saya lakukan jauh-jauh hari. Mulai dari beli akua, teh kotak, sedotan, tas kecil, dll. Sejak H-7 saya mulai intensif berperan sebagai seksi konsumsi, mengurus konsumsi untuk dosen. Gara-gara hari rabu ini dicurigai sebagai awal puasa, maka konsumsi dosen berupa makan siang diganti menjadi parsel. Akhirnya saya pun menyeret Dahlia ke Hy*ermart untuk beli parsel, kan lumayan banyak potongan harga. Sore itu dengan dibekali uang 200ribu dari ka Gina dan 300ribu dari ATM pribadi, saya membeli lima kaleng biskuit dan 5 botol sirup. Setelah puas belanja, kami pun memutuskan pulang.
Namun sayangnya, kami tidak diijinkan pulang tanpa ada kesan. Hujan lebat mewarnai sore kala itu. Dengan berbagai pertimbangan, saya dan Dahlia menerobos hujan sambil menenteng tiga plastik besar belanjaan. Mungkin kalau ada yang melihat kami, disangkanya kami orang dari kampung yang lagi norak belanja banyak. Whatever lah

Hari berikutnya, saya tidak lagi hanya menjabat sebagai seksi konsumsi, tapi saya juga menjabat sebagai seksi perlengkapan. Saya menghabiskan sisa enam hari sebelum sidang dengan hunting cemilan untuk parsel, membeli buah, kue, nasi kotak (ternyata hari rabu belum puasa) dll. Ketika uang mulai habis, saya tinggal minta sama ka Gina. :D dan begitu terus sampai hari H-nya.

Selain itu, saya juga sembari mengantarkan naskah-naskah skripsi saya yang lucu-lucu kepada kelima dosen penguji saya. Pokoknya jadwal saya padat merayap lah.
Skripsi siap delivery
Plus tas batik

si pengantar skripsi
Di sela-sela sibuk mencari konsumsi dan hal-hal remeh temeh untuk sidang, saya menyempatkan diri belajar. Tapi serius, saya bingung saat sudah dihadapkan pada momen "belajar", bukannya sudah bisa, tapi ya bingung, apa lagi yang perlu dipelajari. Saya bolak-balik skripsi saya. Berulang kali latihan presentasi. Membaca buku-buku universitas terkait skripsi saya. Dan begitu terus. 

Saat mulai bingung belajar apa, saya mengambil stabilo dan mulai mewarnai beberapa kalimat penting di skripsi. Padahal tu ya, saya bukannya rajin, cuma biar kelihatan rajin aja. Siapa tau ada dosen yang kebetulan iseng ngintip skripsi pegangan saya, kemudian lihat banyak stabilonya, nah pasti si dosen akan berpikiran "oh dia belajar keras". Huahaha :D padahal memang iya -___-


H -3. Apa yang harus dilakukan di H minus 3? Apalagi kalau bukan update status di Facebook dan BBM. :p wkwkwk. Selain update status, saya juga mulai meneror orang tua saya dan menodong doa. Akibatnya saya kena omelan, ibu saya bilang "apaan sih de, kemarin kamu nelpon minta doa, sekarang juga sms minta doa, bosen". Lah :/

H -2. Update lagi? Oh tidak, di H minus saya, pulsa saya mulai sakaratul maut dan tidak bisa beli paket (ps: akibat WIFI mati). Makanya semacam ada gap antara status FB di H-3 dan H-2 :'(

H -1. Taraa. Kalau yang lain mungkin mulai menyiapkan amunisi gila-gilaan, saya santai saja. Saya juga bingung, kenapa saya ko tidak merasa gugup, khawatir, dsb? Tapi saya tetap belajar ko di H minus 1 ini, saya juga presentasi sedikit, yah katakanlah semacam gladi resiknya gitu :D. Kemudian menjelang malam, saya mempersiapkan baju hitam putih dan almamater, saya gantung di luar (bukan di luar rumaahh, tapi di luar lemari). Cek barang-barang yang mau saya bawa nanti. Setelah saya rasa sudah oke, saya tutup skripsi dan main BBM sambil nonton film korea sampai malam. Heheh.

H. Bangun jam 4.15 pagi seperti biasa. Kucek-kucek mata dan menunaikan hak Allah. Menyelimuti buah-buahan dengan cling wrap untuk kelima dosen saya nanti. Sambil masih setengah sadar, saya memasukkan laptop dan segala perlengkapannya. Niat hati mau balik tidur, apa daya sudah jam setengah 6. Akhirnya saya mandi, plus cuci muka, dan gosok gigi. Setelah mandi, saya wudhu. Kemudian dandan yang cantik dan rapi. Dengan membawa kunci ruangan baca di kampus, jam 6 tepat saya sudah mengantarkan beberapa makanan di sana. Dan sekitar jam 7 saya sudah ready stock, eh maksudnya sudah ready sidang.
Suasana kampus kali itu lengang sekali. Maklum, belum jam kerja. Lorong-lorong masih sepi. Ya jam 7 itu cuma ada saya, Epa Hikmah, Patliya, dan Irma. Sidang kala itu, ketiga teman saya inilah yang ceritanya datang menemani. 
Tepat jam 8. Dosen saya mulai berdatangan. Dimulai dari pak Mun'im, kemudian disusul pak Fatah yang  tiba-tiba muncul dibelakangnya. Hehe. Selang beberapa saat pak Karelius datang. Dan dalam jarak menit yang cukup lama, hadirlah ibu Ruli, satu-satunya dosen wanita di geng itu, dan pak Suandi alias pembimbing satu saya yang menutup kehadiran kelima dosen penguji. Well lengkaplah sudah para personil Avengers yang siap bertarung dengan si kecil imut nan lucu ini. Hihi

Setelah bertukar-tukar kode dengan kaka yang bertanggung jawab di prodi, saya pun masuk, lengkap dengan skripsi yang penuh stabilo palsu, kotak pensil, dan akua tanggung. Saya duduk manis di hadapan laptop yang menampilkan PPT skripsi saya. Saya celingukan melihat satu persatu dosen penguji saya kala itu. Kemudian melihat diri saya melalui pantulan di laptop. Aku ngapain? Ini sidang? Pagi ini? Jadi semua dosen duduk disitu buat nguji aku? Aku? Jadi ini ya sidang itu? Ya sudah, toh sudah terlanjur duduk disini, let it go, bismillah deh. Hati kecil saya berbisik riuh sekali. Seolah hanya raga saya yang ada di ruangan sidang ini, entah pergi kemana jiwanya. Seolah yang sedang duduk dalam setelan almamater kuning ini bukan saya. Hehe.
"Mukti sudah siap?" tanya ibu Ruli membuyarkan lamunan saya. Pertanyaan yang seolah menjadi sebuah isyarat diijinkannya sidang hari ini.
"Oh, iya bu siap" saya menjawab mantap. Apapun yang terjadi, saya harus terdengar yakin.
"Baik, silakan berdoa dulu ya"
Saya mengangguk pelan, kemudian berdoa dalam diam. Bismillah, semoga lancar dan bisa menjawab dengan benar. Lunakkanlah hati dosen saya ya Allah ... Ini penggalan doa saya di pagi yang spesial itu. "Sudah, bu" ucap saya kepada ibu Ruli yang ketika itu berperan sebagai penguji utama.
"Ya, selamat pagi kepada bapak-bapak dosen yang telah hadir ..." Sang penguji utama yang punya kuasa penuh atas sidang saya mulai membuka sidang. "... pada pagi hari ini, Rabu 17 Juni 2015, kita akan mengadakan sidang skripsi atas nama Mukti Nirmala Sari ACC 111 0015. Perlu bapak-bapak sekalian ketahui, Mukti disini sudah melengkapi semua persyaratan untuk sidang skripsi, dan IPK terakhir Mukti adalah ... " Ibu masih terus membuka sidang, dan akhirnya terlontarlah sebuah kalimat terakhir dari pembukaan tadi, "Baik, Mukti silakan presentasinya, waktunya 15-20 menit ya"
Ketika mendengar kalimat itu, otak saya mengatakan "ok, here we go!"

Dan diawali dengan cas-cis-cus 15 menit, dimulailah sidang skripsi saya hari itu. Sebuah sidang pertanggungjawaban atas penelitian yang sudah berbulan-bulan saya geluti. Sebuah sidang yang menjadi momen dosen menilai kecerdasan dan pengetahuan saya selama ini. Sebuah penilaian hidup antara kognitif dan afektif saya. Sungguh tidak mudah untuk sampai di titik ini. Dan kini saya sidang!

Cahaya sang mentari yang menerebos melalui jendela ruangan sidang menemani saya menjawab semua pertanyaan dari para dosen penguji. Selama dua jam dosen-dosen kepoin saya. Hehe. Alhamdulillah, akhirnya waktu dua jam berlalu. Setelah dosen lelah melihat saya yang mulai kucel ini, saya dipersilahkan untuk keluar sebentar. Saya pun keluar ruangan sambil tersenyum puas. Puas karena sudah sidang! Yeyey lalala yeyey lalalala. Ketika saya membuka pintu, saya agak sedikit kagrt. Semacam dilatasi waktu gitu deh. Tadi pagi ketika saya masuk ruang sidang, kampus sunyi sepi, dan kini ketika saya buka, sudah ramai sekali. Memangnya tadi sidang berapa jam? :D

Saya dipanggil lagi ke dalam ruang sidang, dan disampaikanlah sebuah pengumuman. Pengumuman kelulusan saya. Saya tidak terlalu mendengar apa yang disampaikan penguji saya saat itu, yang penting ada kata "lulus"nya. hehehe. Lulus loh. Lulus. Astagah, perjuangan empat tahun ini terbayar sudah. Akhirnya gelar sarjana pendidikan sudah saya raih. Akhirnya S.Pd!!!!!!!!!! ~^.^~

Berulang kali saya mengucap syukur kepada Allah. Sudah sejauh ini pencapaian dalam hidup saya. Mungkin orang lain akan beranggapan ini bukan apa-apa, tapi untuk saya ini sudah lebih dari cukup. Perjuangan untuk gelar ini tidaklah mudah. Proses yang saya lalui, pelajaran kehidupan yang saya jalani dan semua hal  hingga saya sampai di titik ini, benar-benar bukan hal biasa. Ini awesome. Saya juga sangat berterima kasih kepada kedua orang tua saya, walau sempat meragukan pendidikan di luar kota, tapi lihat, saya sudah membuktikannya, saya bisa! Walau terjatuh, berdiri, terjatuh lagi, dan mencoba berdiri lagi, akhirnya saya bisa menyelesaikan pendidikan saya.

Pencapaian ini juga tidak lepas dari pertolongan semua teman-teman saya selama ini, terima kasih untuk semuanya. Tanpa kalian, saya tidak akan bisa selesai. Apalah jadinya kalau kalian tidak ada untuk saya? :') terima kasih untuk semua pengorbanan kalian yang luar biasa.

Inilah sekelumit rekaman saya di perjuangan terakhir menyelesaikan studi saya. Alhamdulillah. Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya yang terlibat.

Sekian, semoga bermanfaat :)

PS: Isi postingan ini cuma untuk hiburan. Mohon maaf kalau ada kata yang kurang berkenan, tapi saya sudah membuat sesopan mungkin karena di postingan ini melibatkan dosen-dosen saya  =) hehe

Komentar

  1. Selamat ya, semoga ilmunya bermanfaat bagi kemaslahatan umat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, iya makasih Papi :)
      Aamiin Pi

      Hapus
  2. Wow, MIPA Kimia rupanya. Selamat ya....
    Saya kenalnya dosen Fisika Mbak Anggi sama Mas Luqman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, terima kasih :D
      Iya saya kenal pak Lukman, saya pernah masuk kelasnya untuk Fisika Dasar

      Hapus
    2. Pak Lukman galak nggak Mbak?
      Kalau pas mudik saya pasti ketemu dengan Mas Luqman.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.