Langsung ke konten utama

Aku dan Kopi Instan

Assalamu'alaikum para pencinta kopi!!!
Kopi? Wah... Hari gini siapa yang ngga suka kopi nih?

Apalagi buat kalian anak kafe, pasti sering sekali minum kopi kan? Hari ini kopi memang menjadi menu favorit setiap orang. Kopi jadi menu andalan di kafe-kafe. Bahkan sekarang kedai yang khusus menjual kopi sangat mudah ditemukan di pinggir jalan. Mulai dari kedai sekelas St*rbuck sampai kedai yang cuma gerobakan doang. Semua menjual kopi!.



Saya sendiri sebenarnya cukup suka kopi, kopi instan ya maksudnya. Tolong dicatet.
Awalnya saya memang kurang menyukai kopi. Mungkin karena dulu saya cuma mengenal kopi K*pten dan kopi itu agak pahit (memang pahit sih). Akhirnya saya dulu cukup puas dengan minuman kebangsaan saya, yaitu susu kental manis coklat pakai es batu. Wkwkwk.

But everything has changed!
Perjumpaan kopi yang 'enak' baru dimulai ketika saya kuliah. Sore itu, saya dan teman-teman habis mengacak-acak mall, sebelum pulang, saya dan teman-teman main sebentar ke kedai fast food. Karena baru pertama kali masuk K*C, maka nurut saja sama pesanan teman saya. Dan disitu teman saya memesankan saya Mocca float. Setelah meminumnya, saya nobatkan hari itu juga saya jatuh cinta dengan minuman kopi-kopian.

http://kopi-indonesia.com/coffee-recipes/
Perjumpaan kopi terus berlanjut. Tetangga kos saya ternyata seorang penggila kopi instan. Stok kopinya selalu ada. Alhasil kalau main kesana, saya selalu ditawari kopi. Kopi yang kebetulan selalu ada yaitu kopi G*od day. Pertama kali minum kopi dirumahnya, saya dikasih yang rasa chococinno. Entah karena lidah lebih familiar dengan kopi punyanya K*C, maka saya kurang tertarik dengan si kopi G*od day ini. Tapi lama kelamaan, saya jadi suka loh. Dan saya juga ikut-ikutan nyetok.

Sejak hari itu, saya jadi coffee addicted! Gue cinta kopi!

Tapi apa saja yang dikonsumsi berlebihan selalu membawa dampak buruk. Begitulah yang terjadi pada si coffee addicted pemula ini. Gelisah, susah tidur, bawaannya marah (mungkin memang bawaan lahir) dan berbagai macam pengaruh kafein lainnya. Belum lagi tayangan-tayangan dan artikel di media massa yang entah kenapa seperti menyindir kebiasaan baru saya. Padahal dulu ngga ada kan acara semacam Dr. Oz yang membahas kopi? Lah ini pas saya lagi gila kopi, semua acara kesehatan mendadak temanya 'kopi'. Semua media massa itu pun mulai membayangi saya. Mulai dari penjabaran efek buruknya ke tampilan fisik, sampai ke penyakit yang cukup serius karena konsumsi kafein berlebih. Maka demi nama kesehatan. Saya putuskan mengurangi minum kopi!

It's hard, Man. Mengurangi minum kopi itu sama seperti mengurangi uang jajan di kala sale bertebaran dimana-mana. Mau mengurangi kopi tapi lapak cappuccino cincau selalu ada di setiap jalan. Mana pas lagi panas-panasnya.

Jadilah saya akalin dengan mengganti kecanduan kopi saya dengan coklat. Yah G*od day diganti sama M*lo. Lumayan mirip kan? Daripada G*od day saya ganti sama es cendol? Hayolo jauh.

Saya mulai menggeser stok G*od day saya dengan M*lo. Itulah kenapa saya cukup suka M*lo belakangan ini. Kalau haus panas dan pengen capcin, belinya yang H*lo (M*lo jarang ada), bayangin deh H*lo pake cincau. Hehe. Aneh rasanya sih, tapi lumayan lah daripada nanti anak saya ngiler (ngidam kali ya).

Yah, walau saya akui, saya masih sering minum kopi. Tapi porsinya beneran dikurangin. Kalau dulu tiap hari, sekarang sekali seminggu. Atau kadang dua minggu sekali.

Dan setelah sukses mengurangi kopi. Cobaan berikutnya justru hadir di kantor. Di kantor lagi demam kopi instan. Senior saya baru saja nyetok kopi T*rabika moka. Soalnya gara-gara musim UN kemarin, buat jaga-jaga kalau aja pengawas UN dari sekolah lain pengen minum kopi. Makanya di kantor sekarang punya kopi.

Atas dasar itulah, karena stok kopi masih ada, jadilah si senior suka banget bikin kopi. Dan tiap bikin pasti nawarin. Beruntungnya saya kurang suka dengan kopi yang ada ampasnya. Jadi kalau ditawarin, saya masih bisa mengelak.
"Ayo bu Mukti, bikin kopi kah? Ini abis beli"
Dapat digugel
"Ngga usah bu. Makasih"
Dan begitu terus sampai stok kopinya habis. Hehe.

Tapi pertahanan penolakan itu akhirnya runtuh hari ini.
"Ayo bu Mukti mau bikin kopi kah?"
"Oh ngga usah bu." Saya noleh sebentar sambil tangan sibuk stalking instagram.
"Ini ibu beli T*rabika cappuccino yang ada tambahan coklatnya itu lo"
Saya noleh 90 derajat celcius (eh)

What? Maksud ibu yang ada coklat granulenya? Thats my favorite coffee :'(
Akhirnya menimbang-nimbang sebentar, saya ikhlaskan hari ini minum kopi. Alasan klasiknya sih 'demi menghargai senior. Masa iya ditolak terus kan?' hehee. Jadilah hari ini temu kangen dengan si kopi yang rasanya mengingatkan pada mantan kopinya K*C, moccafloat. Apalagi kalau minumnya pakai es batu, ^^ berhubung di kantor ngga ada es batu, ya minum yang hangat aja.
Walau ngga ada krim kopi yang mengapung, minimal kan ada krimer manis tipis dan ada taburan coklat gajenya, tasty!

Dan pulangnya saya langsung gelisah, susah tidur, sakit perut dll, hehe, bawaan kafein. Berjanji besok minum lagi ngga minum kopi sampai ada yang godain pake T*rabika cappuccino lagi :P haha

Postingan ini sekedar intermezzo. Trims buat yang sudah baca, silakan tinggalkan jejak,, tapi jangan jejak sepatu kotor yah :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.