Tahun lalu aku terisak saat sedang shalat tarawih berjamaah di masjid. Rasanya kilasan dosa dan semua kesalahanku melintas, membuatku malu.
Tahun ini, aku tidak lagi menangis, ku pikir, apakah mungkin ramadhan kali ini tak cukup membekas? Atau mungkin aku yang keras hati hingga tak tersentuh dengan heartwarming-nya bacaan shalat itu?
Tapi rupanya tangisan itu merebak saat shalat idul fitri.
Padahal aku sudah mengikhlaskan kalau tak bisa shalat idul fitri seperti tahun lalu.
Allah ternyata memberiku kesempatan shalat, yang ku jalani dengan perasaan ketar ketir karena perutku dari kemarin kram.
Di rakaat pertama shalat idul fitri, sembari mendengarkan bacaan imam, mendadak aku bersedih, aku sedih karena meninggalkan ramadhan.
Ramadhan yang ku lalui dengan susah payah, dengan badanku yang selalu sakit semua, dengan anggaran uangku yang jatuh bangun, dengan semua kerja kerasku cari nafkah sampai aku drop, dan semua beban lebaran yang sedikit menguras tenaga.
Aku sedih dengan semuanya.
Tapi aku juga sangat bersyukur dan berterimakasih pada Allah sudah berada di bulan syawal yang penuh berkah.
Bapak ibuku sehat, aku tunai juga puasa terakhirnya kemarin.
Aku sudah cukup.
Tak ada penyesalan apapun.
Rasanya kalau bisa menyelesaikan ramadhan dengan keluarga yang sehat dan lengkap, aku tak berharap apa apa lagi. Semua terasa cukup bagiku.
Dan Allah Maha Baik.
Rakaat pertama yang penuh linangan air mata itu. Ku tutup dengan rasa haru dan syukur.
Aku tak berani lagi menangis di rakaat kedua, karena aku malu kalau sampai orang di sebelahku notice.
Aku berusaha menahan tangis saja.
Ah ya Allah. Terima kasih untuk syawalnya.
Aku tak lagi memiliki penyesalan bulan ini.
Walau, ada satu pintaku lagi, yang begitu ku gumamkan nyaring dalam hatiku.
Syawal belum selesai, harapku selalu ada.
***
"Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir"
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku"
Komentar
Posting Komentar