Langsung ke konten utama

Hari Terakhir Newbie

Assalamu'alaikum Blogger

Hari ini hari terakhirrrr mengawas ujian...yeeeayy!! Hari terakhir dan diguyur hujan tanpa henti. Beruntungnya rumah saya dekat dengan sekolah tempat saya mengawas, jadinya saya tidak basah banget. Pakai mantel dan jas hujan langsung cuusss. Sampai di sekolah saya langsung ke ruang pengawas, maklum, di luar dingin.

Jam pertama mengawas ujian, kebagian kelas diujung kulon. Beberapa kali menerobos hujan. Saya masih enggan melepas mantel. Bukan apa-apa sih, kasian berkas yang saya bawa. O ya... Saya hari ini seragaman ko sama.guru yang lain, hitam putih ;) Jadi hari ini tidak lagi ditontonin karena beda ootd.


Peserta ujian kali ini adalah enam orang anak laki-laki dalam satu ruangan berkapasitas 20 orang. Mudah? Justru sebaliknya. Kalau di kelas sebelumnya saya bisa saja memandangi pohon-pohon di luar, disini saya benar-benar tidak bisa lengah. Serius. Enam anak laki-laki yang sedang ujian ini iustru sangat mencurigakan. Lebih mudah menangani anak yang biasa-biasa saja walau banyak, daripada menangani yang satu ini. Sebentar-sebentar anak di hadapan saya celingukan. Tidak fokus dengan naskah soalnya. Malah keliatan asik menjawil teman di hadapannya. Hm... Saya pun menoleh ke pengawas di samping kiri saya, si bapak masih terpaku pada absensi dan tidak sempat memperhatikan siswa yang nyaris transaksi di hadapannya.

Akhirnya saya pun meninggalkan tempat duduk saya dan pindah ke belakang mereka. Biar beku deh situ. :p
Setelah saya pindah di belakang, anak-anak mencurigakan itu diam saja. Mendadak jadi anak baik semua, pura-pura sibuk berpikir.

Sampai jam pertama di hari ketiga ini, saya masih bisa lolos dari daftar absensi yang melelahkan. Namun, ucapkan selamat tinggal pada jam kedua. Jam kedua saya dipasangkan dengan seorang ibu yang usianya 3 tahun di atas saya. Dan dengan perbedaan jarak itulah, beliau dengan tanpa bersalahnya menyerahkan 3 lembar daftar absensi untuk saya isi. "Silakan Mba absensinya ya. Saya capek loh dua harian ini disuruh nulis absensi terus" ucapnya. Akhirnya, saya tidak bisa lolos juga kali ini. Maka dengan sepotong senyum termanis, saya mengangguk saja, atas nama senioritas :')

Jam kedua bersama ibu di samping ini, wih... Ramenya. Dengan alasan ngantuk, beliau nonstop mengajak saya ngerumpi. Dan entah kenapa, meja pengawas disini mepet banget, semacam diridhoi buat ngerumpi. Mulai dari menceritakan betapa nakalnya beliau dulu di sekolah, sering bolos, diskors, dan kenakalan lainnya. Saya manggut-manggut saja, bingung mau menceritakan bagian nakal dari diri saya (maklum anak baik-baik). Obrolan pun terus berlanjut sampai kami meninggalkan ruang ujian.

Di ruang pengawas, wangi masakan pun tercium. Ada banyak hidangan di atas meja, wis prasmanan nih. Sebagai hari terakhir dan perpisahan dengan para pengawas lainnya, acara makan-makan menjadi ajang paling baik. Maka sambil menyuapkan sesendok besar nasi, kami saling berbagi cerita.

Usai makan-makan, acara berbagi bingkisan menjadi penutup. Saling berjabat tangan dan pamitan, tidak lupa juga ucapan semacam "Nanti ketemu lagi ya tahun depan" beberapa kali diucapkan oleh pengawas lain pada saya. Saya hanya mengangguk, tidak berani memastikan apa yang akan terjadi tahun berikutnya :) mungkin saya tidak lagi jadi pengawas? Siapa yang tau? ;)

Inilah postingan terakhir dari trilogi postingan si newbie. Maaf hanya menuliskan secuil cerita. Nothing special. Terima kasih yang sudah membaca. Salam kangen~ :*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.