Langsung ke konten utama

Si Newbie Pengawas Ujian Nasional

Assalamu'alaikum, Blogger.
Senang sekali rasanya bisa menyapa kembali setelah puluhan tahun vakum :p
Anyway, saya ingin berbagi secuprit pengalaman mengawas ujian nasional. Seru? Tidak juga sih, tapi lumayanlah buat baca-baca di waktu senggang :D

18 April 2011.
Hari pertama ujian nasional.
Pagi ini terasa berbeda. Wajah para remaja tanggung yang dibalut seragam putih abu-abu itu mendadak asing. Semua tampak kurang tidur dan tertekan. Oh. Tapi saya pun mungkin tampak begitu.

Jumlah anak SMA yang mewarnai lalu lintas benar-benar berkurang hampir 65%. Maklum, anak kelas X dan XI mungkin lagi menarik selimut di rumahnya masing-masing. Hari ini dapat dipastikan, yang terlihat mondar mandir di jalan raya hanya anak kelas XII. Well ini hari pertama dari serangkaian hari menegangkan ujian nasional. Besok-besok akan lebih menggenaskan lagi tampaknya. Ah lalui saja. Semoga beban di pundak bisa menguap sedikit demi sedikit.

Tadi pagi sambil mendengarkan lagu, saya menjalankan rutinitas pagi. Sarapan, berberes dll. Saya menghabiskan waktu yang lumayan lama mematut diri di depan cermin. Sesekali merapikan dasi. Meneliti lagi kelengkapan yang akan dibawa, kartu ujian, pensil, penghapus, kaca, buku, pulpen, uang jajan, hp. Melirik jam dinding di dapur, okay time's up!

Dan disinilah saya, di depan gerbang sekolah. Saya mengalungkan kartu ujian dan menyimpannya di saku. Memperlihatkan tali kuningnya saja yang berseliweran di leher. Saya melangkah menuju ruang ujian.

Satu persatu teman seperjuangan pun mulai muncul. Wajah-wajah pasrah nan lelah. Maklum, waktu belajarnya sekarang kan jadi nambah. Bahkan anak yang paling badung saja sepertinya tadi malam membuka bukunya.

Bel pun dibunyikan tanpa permisi. Membuat kami yang sedang khusyuk memandangi buku pelajaran langsung terkesiap berdiri. Pengawas masuk. Tak berapa lama kami pun menyusul. Menduduki bangku yang sudah disiapkan. Beradaptasi dan mempelajari situasi. Ya, mempelajari situasi. Guru kami sebenarnya tidak pernah menyuruh kami contekan atau perbuatan curang lainnya, mereka hanya mengingatkan kami untuk belajar dan bekerja sama. 'Bekerja sama' yang ambigu. Kami sang anak-anak badung pun mengartikannya menurut versi kami sendiri.

4 April 2016.
Hanya momennya yang sama, ujian nasional. Semuanya jelas berbeda. Dan disinilah 'saya yang sekarang', duduk manis di hadapan 20 kepala yang asik menekuni soal ujiannya. Saya si pengawas ujian.

Today is my first day sebagai pengawas ujian nasional. Coba tebak apa yang saya lakukan hari ini? Briefing pengawas dilakukan jam 6.30. Ini terlalu pagi untuk guru yang hobinya datang kesekolah jam 9! Oke, saya profesional. Maka jam 5 subuh tadi saya sudah terjun ke kamar mandi untuk mandi dan mencuci. Tapi ternyata, ritual mencuci menghabiskan waktu 35 menit. God. Saya pun buru-buru menyelesaikan ritual pagi berikutnya. Sarapan dan dandan. Hingga sampailah saya di gerbang sekolah jam 6.28. Uh telat deh!

Sebenarnya tidak telat sih, wong janjinya jam 6.30, tapi sebagai junior unyu-unyu, saya kalah langkah dari senior yang sudah berkumpul. Sesampainya di depan ruang pengawas, saya pun celingukan sepersekian menit. Kebingungan yang menyebalkan. Ditambah outfit of the day yang sepertinya tidak kompak. Semua senior memakai baju krem alias baju kebangsaan PDHnya (Pakaian Dinas Harian). Dan saya? Pakai blazer hitam, rok hitam, dan kerudung merah! Bisa dipastikan bahwa semua mata yang sedari tadi sibuk mempelajari denah dihadapannya langsung menatap saya. Dan dalam sekejap, mereka langsung bisa ingat si junior yang datang sungguh tepat waktu.

Saya pun memasuki ruang pengawas. Dilema berikutnya. An empty seat! Karena datang nyaris telat, saya benar-benar celingukan mencari kursi kosong. Ada dua yang kosong. Tapi letaknya itu loh, ngga banget. Dalam satu meja panjang, ada empat kursi yang tersusun rapi. Dua ditengahnya kosong, iya ditengah. Artinya kalau mau nekat duduk disitu, saya harus permisi ke penunggu di kiri kanannya. Diujung kanan, seorang ibu yang terlihat menyeramkan, sedang sibuk main hp. Di ujung kiri, seorang bapak yang sedang menunduk dalam-dalam memindai denahnya. Akhirnya saya lebih memilih mengusik si bapak. Karena laki-laki lebih mudah diajak negosiasi. Setelah bilang permisi dengan penekanan, sang bapak berdiri mengijinkan si newbie saltum ini menempati kursi di tengah. Tidak lupa mengucap terima kasih dan memberikan senyum paling manis.

Another fate! Saya satu-satunya yang tangan kosong. Kiri kanan asik dengan denahnya, dan saya? Oh ayolah. Tidak adakah panitia yang berbaik hati memperhatikan si kecil ini? Akhirnya setelah ber ah-uh dengan tetangga sebelah, saya beranikan diri meminjam dari si ibu yang tampak menyeramkan. Tapi waw...dont judge the book from its cover, Honey! Si ibu ternyata meminjamkan denahnya dengan seulas senyum. Awkward moment yang tidak berlangsung terlalu lama antara saya dan para tetangga karena beberapa saat kemudian seorang panitia memegang mik dan memulai briefing.

Tidak ada yang menarik. Kelas membosankan sekali saat ini. Ah andai saja ada anak yang melucu. Sejak dibunyikan bel tanda dimulainya ujian, saya hanya memperhatikan pemandangan yang sama selama satu jam penuh. Memandang anak-anak yang sibuk di mejanya masing-masing. Kadang ada anak yang sedang kedapatan berbicara sendiri, ada yang menguap, ada yang melamun, ada juga yang menatap saya *eh.

Daritadi tangan ini sebenarnya gatal mau main hp. Buka tutup sosial media. Tapi, pengawas tidak boleh main hp katanya. Maka saya putuskan untuk kembali menekuri wajah-wajah di hadapan saya.

Menit-menit berlalu. Tiba-tiba ada bunyi nyaring khas hp Nok*a. Saya menengok ke samping, melihat rekan sesama pengawas yang sedang merogoh tasnya. Hm si ibu mah gitu, curang.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga, 9.30! Sebenarnya sedari tadi saya menunggu waktu sih, bukan menunggu anak-anak. Akhirnya dengan penuh wibawa saya pun berdiri dan menjalankan tugas saya.

Mungkin ini yang juga saya rasakan di masa lalu. Senin 18 april itu, bisa jadi hari yang membosankan juga. Menunggu. Oh ya, kenapa saya begitu ingat tanggalnya? Padahal sudah 5 tahun berlalu. Mungkin karena ada hari bersejarah lainnya yang kebetulan punya tanggal yang sama. Tapi hari bersejarah yang satunya saya lupa, iya lupa.

Saya pun kembali ke ruang pengawas dengan satu amplop naskah dan lembar jawaban. Ruangan ternyata sudah penuh daritadi. Cemilan tersisa hitungan jari. Padahal bel selesai ujian baru saja bunyi beberapa menit yang lalu. Saya pun segera mengambil sepiring cemilan dan mencari tempat pewe sembari celingukan mencari 'teman baru'. Ini mudah sebenarnya, tapi baru saja mau berkenalan dengan ibu di sebelah, sang panitia ujian menghampiri, "Ibu yang ngawas ruang tiga kan? Ini ada ttd yang ketinggalan". Argh malunya. Kenapa senior yang jadi partner saya tadi juga lupa ya T-T akhirnya setelah membubuhi ttd di amplop LJK saya pun mengembalikan ke panitia. Sambil meminta maaf tentunya. Ayolah jangan terlalu terlihat amatirannya. Eh ko panitia hapal kalau saya yang jaga ruang tiga? Pasti karena ootd ini!

Jam kedua.
Sama seperti jam sebelumnya. Membosankan. Tapi kali ini ada yang berbeda. Kelas pertama yang saya masuki, anaknya benar-benar bersih. Apa mereka semalas itu untuk, yah kode-kodean dengan teman. Atau jangan-jangan diamnya mereka cuma akting? Saya akui akting mereka luar biasa kalau begitu! Atau mungkin mereka tidak mencontek atau sejenisnya karena mereka sudah terlanjur menuliskan sumpah untuk jujur di LJK? Atau mereka mungkin bingung mau mencontek siapa? Atau mungkin mereka sungguhan menjunjung tinggi agama mereka sampai enggan berbohong dan curang? Wah kalau begitu sih, keren namanya. Kesan untuk kelas pertama sungguhan bersih.

Apa semua kelas begitu? Mari kita tengok kelas kedua. Tidak ada sih anak yang aneh-aneh di kelas ini. Menebar kode, main mata, gerakan tangan yang mencurigakan, tidak ada. Tapi ada beberapa hal yang aneh. Ada satu anak di barisan keempat yang setiap menitnya pasti melihat ke arah saya. Anehnya adalah saya-nya! Saya kan pengawas. Mustinya saya lihat balik itu anak. Tapi, saya malah pura-pura tidak melihat -.-
Keanehan kedua, ada anak laki-laki yang duduk di pojokan paling depan. Jamnya yang aneh maksud saya. Masa setiap 5 menit itu jam selalu bunyi. Dan setiap bunyi, si anak akan menekan tombol kecil di jamnya. Keanehan berikutnya, terjadi pada beberapa siswa yang mungkin bosan. Berkali-kali mereka melirik jam dinding di belakang saya, padahal di tangan mereka juga melingkar jam. Seharusnya seperti saya donk. SMA dulu, saya tidak pernah pakai jam tangan. Jadi kalau mau liat jam, sah-sah saja. Dan taruh jam dinding jangan di depan kelas, rugi. Taruh aja di belakang kelas. Jadi kan bisa sekalian melakukan aktifitas lainnya, misalnya nanya jawaban *loh.

Dulu saya memang suka gelisahan kalau ujian. Gelisah di menit terakhir, bosannya itu loh. Maka jam dinding di belakang serasa jadi penyelamat. Sekedar memutar tubuh sebentar. Yah sambil menebar umpan, kali aja ada yang makan -_- atau kalau sudah terlampau bosan, ijin ke wc jadi pilihan. Keluar sebentar menghirup udara segar, masuk wc, numpang kecipuk-kecipuk air, kemudian balik lagi.

Ternyata jadi pengawas juga sama membosankannya. Coba boleh bawa laptop, kan lumayan sambil jaga ujian, satu episode RunningMan selesai. Wkkwk. Kalau perlu, saya mau pakai earphone, bawa keripik dan teh kotak. Wih pas banget!

But over all, saya suka. Ah jadi begini ya pengalaman mengawas ujian? Seru sih. Bisa ketemu wajah-wajah baru, sekedar basa basi dengan senior, main-main ke sekolahan lain, dapat cemilan dobel, dan banyak sekali. Daannn daaan daaaaaan itulah secuil pengalaman pertama mengawas ujian nasional hari ini. Besok saya bertekad akan jadi bunglon alias menyamarkan diri dengan yang lain. Saya akan pakai seragam PDH! Sebagai newbie, saya mau mencari aman saja, be invisible :p hehe

Ditulis dengan penuh penghayatan.
Salam sayang selalu~
Dari pengawas ujian nasional amatiran :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.