Langsung ke konten utama

Be Tough

Bismillahirrahmanirrahim...


Pura-pura itu menghabiskan energi.
Bikin sering lapar, dan aku kurang suka lapar.

Aku berada disini, di ujung juangku. Menghadapi dunia yang seringkali membuatku terisak. Tapi aku tak punya alasan untuk menyerah, Karena hidup memang begini adanya.

Setiap orang sungguh punya ujian yang berbeda-beda.

Ada yang diuji dengan sakitnya, setiap hari harus berinteraksi dengan jarum suntik dan obat-obatan. Tubuh yang kian melemah, jarum yang silih berganti ditusukkan ke pembuluh yang berbeda-beda., menyisakan bekas biru lebam. Obat yang tak pernah ada habisnya diminum.
Pikiranmu yang mulai jenuh seolah hidup ini hanya tinggal menghitung hari. Setiap hari disuguhkan makanan yang tak menyelerakan, tak dimakan lapar, dimakan terasa tak nyaman. Badan yang kian kurus, wajah yang selalu kuyu. Tawa yang tak lagi terdengar, bahkan seulas senyum pun tak ku dapatkan dari wajahmu.
Dulu kerabatmu sering mengunjungimu, menanyakan kabar. Kini mereka tak lagi ada, mulai sibuk dengan hidupnya masing-masing, dan mulai bosan dengan kabarmu, kenapa tak kunjung membaik.

Kamu ingin menangis, menjerit, mengadu kenapa harus aku yang menjalani hidup seperti ini?
Tapi rasanya hampa. Bahkan air matamu pun kering sudah.
Bahkan kalau boleh meminta, kamu berkali-kali memohon agar diambil saja ke pangkuanNya. Karena kamu tak sanggup lagi menenggak obat pahit itu. Dan kamu tak lagi sanggup merasakan nyerinya ujung jarum yang menembus dagingmu.
Hingga dalam sunyinya malam itu, kau terisak dan mempertanyakan satu kalimat sakral pada Tuhanmu.
Ya Allah, kenapa harus aku?

***

Ada pula yang diuji dengan berpisah dari keluarga, yang sama tak menyenangkannya.
Kamu jauh dari orang tua, demi sesuap nasi, yang ternyata ketika kamu suapkan ke mulutmu rasanya jadi hambar. Tak seenak yang kamu bayangkan.
Kamu jauh dari orang tua, demi sebuah titel, yang ternyata ketika hari kamu diwisuda, orang tuamu tak hadir karena sudah ringkih.
Kamu jauh dari orang tua, demi sebuah keluarga kecil barumu, yang ternyata ketika kamu berbahagia, kamu tak bisa memeluk orang tuamu.
Kamu jauh dari orang tua, demi satu masa depan yang tak pasti, yang ternyata setiap harinya kamu lalui dengan terseok-seok menahan pedih.
Kamu jauh dari orang tua, demi hidup yang lebih baik, tapi nyatanya hidupmu tak kunjung baik.
Dan yang lebih membuat skenario ini semakin terasa buruk adalah orang tuamu lebih dulu pergi dipanggil Illahi, ketika kamu tak bersama mereka. Memilukan, ketika pulangmu hanya disambut raganya yang siap berselimutkan tanah dingin.

Berapa kali kamu ingin menyerah di tanah rantau?
Berapa kali kamu ingin membuang semua harga dirimu dan menangis memeluk orang tuamu. Kamu ingin kembali menjadi anak kecil yang sedikit-sedikit menangis, sedikit-sedikit mengadu.
Namun usia dan pikiranmu menghalangi semuanya. Aku tak ingin membebani mereka, pikirmu. Tapi ditanggung sendiri, sungguh pundakmu tak kuat bukan?

Sudah hampir ratusan kali ingin menghubungi mereka dan bilang "Bapak. Ibu. Boleh aku pulang saja? Ini terlalu berat". Tapi semua kalimat itu masih tercekat di tenggorokan. Tidak sampai hati keluar.
Bukankah bapak dan ibumu juga harus menghadapi hari yang tak mudah juga. Lalu untuk apa anak kesayangannya ini tiba-tiba menangis mengeluhkan hidupnya?
Kamu tidak setega itu, kan?
Dan lagi-lagi, kamu hanya bisa berdiam diri, mencoba kuat. Lalu ketika pertahananmu runtuh, hanya satu kalimat yang kemudian kamu pertanyakan di hadapan Tuhanmu.
Ya Allah, kenapa harus aku?

Inilah dunia dan seisinya.

Aku tau tak mudah, aku pun tak mampu kalau harus bertukar posisi denganmu. Kamu pun pasti tak akan mampu bila harus menjadi aku.

Kita punya ujiannya masing-masing. Jangan kemudian kamu katakan 'Aku ingin menjadi kamu', karena kamu tak akan bisa menanggungnya.

Lalu apa jalan keluarnya?
Shalat dan sabar.

Klise memang. Basi kamu bilang.
Tapi memang itulah jalan keluarnya. Kamu hanya perlu shalat dan sabar.

Semua orang diuji, tapi mereka tidak memperlihatkan kesusahannya di hadapan yang lain. Dan kalau pun ada yang memperlihatkannya, it's okay, manusiawi.
Tugas kita hanya tidak perlu merasa hidup ini tidak adil. Jangan pernah berpikir, kenapa hidup mereka senyaman ini? 
Sayang, kamu hanya tidak tau. Kamu tidak pernah tau luka seseorang, dan kamu tidak perlu mencari tau.

Memang dunia, sekeras ini. Memang harus seberdarah-darah ini.
Dunia ini memang begitulah fitrahnya.
Aku pun sering kali jatuh, mempertanyakan kepadaNya, kapan ini semua akan berakhir?
Tapi Dia hanya diam. Aku pun ribuan kali menangis, Ya Allah kenapa sesulit ini? Dan Dia lagi-lagi tak memberiku jawaban. Aku sampai pada permintaan, Ya Allah tolong bicaralah padaku. Doa yang nyaris putus asa.

Aku pun mengalami apa yang kamu rasakan, ini tidak hanya tentang kamu dan ujianmu, semua orang sedang berjuang di ujiannya masing-masing.
Maka, jangan merasa sendirian.

Allah punya rencana, dan kita harus percaya itu.

Allah sudah memberi jawaban, kita yang hanya tak mendengar jawabnya. Mungkin pendengaran kita perlu dibuat peka sedikit. Allah menguatkanmu selama ini, hanya tangismu yang tak kunjung reda, membuatmu tak sadar bahwa Allah sudah memberikan pertolongan.

***

Ujiannya para Nabi, sahabat Nabi, dan orang-orang sholeh terdahulu, berkali-kali lipat lebih perih. Mereka juga diuji. Mereka orang-orang yang tak perlu dipertanyakan lagi perihal keimanannya pada Allah. Mereka diuji.
Dan kita, yang seharusnya dipertanyakan keimanannya, barusan diuji dengan ujian yang lebih ringan dari mereka. Lantas kenapa kita khawatir?
Kita pun tidak boleh menyerah.
Cerita mereka disampaikan dalam Al Quran, untuk menjadi penawar kesedihan generasi sesudahnya.

Maryam yang memiliki Isa tanpa seorang bapak, menghadapi semua fitnah seorang diri. Mengandung dan melahirkan tanpa bantuan siapapun. Tapi Maryam sesungguhnya tidak sendirian, dia bersama Tuhannya. Kemudian Allah menurunkan Malaikat Jibril untuk memberikan kabar gembira dan meneguhkannya.
"Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu" (QS. Maryam : 24)

Masih banyak lagi cerita perjuangan orang-orang sholeh yang diuji dan bagaimana cara Allah menenangkan kesedihan mereka.

Jadi, Sayang, jangan bersedih.
Subhanallah, sekeras apasih hidupmu?
Tersenyumlah. Kita punya Allah yang akan segera memberikan pertolonganNya.

Be tough
Jangan menangis terus.

Be tough
Berhenti terlalu cemas dan khawatir.

Be tough
Tuhanmu tiada pernah meninggalkanmu (QS. Ad Duha).

Be tough
Tuhanmu tidak akan membebanimu melampaui batas kesanggupanmu.

Be tough
Tuhanmu sedang mempersiapkan bahagiamu.

Sayang, kuatlah. Tangguhlah.
Jadikan Allah satu-satunya penolongmu, cukuplah Allah sebagai sebaik-baik penolong.
Perbaiki shalatmu, perbanyak shalatmu, dan seringlah memohon agar diberikan kekuatan menghadapi semua ini.

Taukah kamu apa yang dilantunkan oleh Nabi Yunus ketika beliau berada di dalam perut ikan paus?
Beliau tidak berdoa meminta dikeluarkan dari perut ikan tersebut, beliau justru berdoa memohon ampunan kepada Allah.

Sayang, mungkin doamu belum banyak. Perbanyak lagi doamu ya. Basahi lisanmu dengan dzikir yang tak boleh putus.

Sayang, be tough ya!

*** 
PS:

"Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku ..." (QS. Thaha)
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan berikan rahmat kepada kami" (QS. Al Baqarah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.