Langsung ke konten utama

Tanggapan Surat Anak Anak


Bismillahirrahmanirrahim... 

Hari rabu pagi, dibuka dengan challenge anak anak menuliskan surat untuk Bapak Ibunya, dan untuk dirinya sendiri. 

Setelah membaca keseluruhan surat, ibu bingung juga bagaimana menanggapinya satu persatu karena terlalu banyak surat. Pun ketika ibu harus membahasnya di kelas rasanya agak kurang etis juga, mengingat semua anak memiliki cerita masing-masing. 

Maka biarlah surat anak anak, ibu tanggapi disini, agar kalian bisa membaca sendiri :) 

***

Semua surat anak anak dituliskan dengan baik, walau dengan bahasa dan kata yang sederhana. Karena surat tersebut ditulis dengan emosi yang tulus maka semua pesannya sudah sampai dengan baik. 

Hidup anak anak berat, tapi anak anak sudah hebat karena mampu bertahan. 

Ada yang memiliki orang tua lengkap, tapi kurang komunikasi. 
Ada yang orang tuanya tidak lengkap, tapi kasih sayang dari salah satunya (atau keduanya) tetap sempurna. 
Ada yang tidak memiliki orang tua lagi di sisinya, tapi tetap bisa disayangi oleh yang lain. 

Setiap anak memiliki ujiannya masing masing. 
Setiap orang tua punya kerumitan hidupnya masing masing. 

Tidak perlu saling menyalahkan, karena tidak akan ada habisnya.

***

Dari surat yang ibu baca, ibu menyadari bahwa
Banyak anak anak yang sejatinya memahami kerja keras orang tuanya,
Tapi masih belum bisa menyampaikan rasa terima kasihnya... 

Banyak anak anak memaklumi perhatian orang tuanya yang tidak ia dapatkan, 
Tapi masih banyak pula yang dikuasai perasaan kecewa dan marah... 

Banyak anak anak mengerti saat orang tuanya tidak bisa memberikan semua keinginannya, 
Tapi masih banyak yang mengedepankan egonya sehingga sering merajuk dan berwajah masam ketika ia tidak mendapatkan keinginannya. 

***

Memang tidak mudah, berdamai dengan semua hal dalam hidup kita. 
Memang rumit dan sulit. 
Tapi bukan berarti tidak bisa. 

Anak anak sudah cukup usia untuk dewasa, maka dewasalah. 
Menyimpan perasaan marah dan kecewa pada orang tua adalah wajar, tapi tidak baik untuk disimpan selamanya. 

Menerima semua kekurangan orang tua juga tidak bisa instan, merupakan sebuah proses panjang yang menyakitkan. 
Menerima bahwa kita tidak memiliki orang tua, 
Menerima bahwa orang tua kita tidak lengkap, 
Menerima bahwa orang tua tidak akur, 
Atau menerima keadaan orang tua yang sakit berkepanjangan sehingga melelahkan mengurusnya,
Menerima orang tua yang kurang mampu secara finansial, 
Menerima orang tua yang memarahi kita sepanjang waktu, 
Semua memang perlu waktu... 
Dan waktu bukanlah obatnya. 
Melainkan Allah. 

Hadapi semua duka dan lukanya, 
Telan semua kepahitannya, 
Biarkan Allah yang melapangkan dan menyembuhkan kita. 

Tidak mudah memang, tapi bukan suatu hal yang mustahil. 

***

Banyak anak anak yang ingin membalas jasa orang tuanya, 
Tapi baru bisa menjanjikan 'suatu saat saya akan membalas jasa orang tua saya'.

Padahal tidak perlu menunggu lama, tidak perlu menunggu nanti untuk membalas jasa mereka. 
Sekarang pun bisa, sekarang adalah saat yang tepat. Kenapa? karena waktu kita dan orang tua terbatas. 

Bagaimana cara membalas jasa orang tua? 
Jadilah anak berbakti. 
Tegakkan shalat, tunaikan ibadah dengan baik, doakan orang tua, berusaha dan belajar dengan sungguh sungguh. 
Maka semua cukup. 
Membalas jasa orang tua tidak melulu tentang memberikan mereka uang atau materi. 
Karena menjadi anak sholeh dan sholehah bagi orang tua kalian sudah luar biasa. 

Sama halnya ketika orang tua telah tiada, berbakti pada mereka tetap keharusan. 
Mentaati perintah Allah, perbanyak istighfar, menutup aurat dengan sempurna, dan masih banyak lagi bentuk bakti yang bisa dilakukan. 

Jadi tidak perlu menunggu nanti, karena sekarang lah saatnya. 

***

Mungkin ibu tidak mengerti bagaimana rasanya menjadi kalian, dengan semua lika liku hidup kalian yang tidak mudah. 
Namun ibu berterima kasih atas surat yang kalian tulis. Terima kasih telah mengekspresikan perasaan kalian dalam surat yang indah. 

Tapi kalau boleh ibu berpesan, daripada larut dalam perasaan sedih yang tak berkesudahan, coba berdamailah atas semua hal yang terjadi dalam hidup kalian. 

Istirahat kalau itu terasa melelahkan, 
Namun jangan menyerah. Jangan pula berbalik arah. 

Hidup kalian milik kalian sendiri, bukan milik siapapun. 
Lingkungan kalian boleh tidak ramah pada kalian, tapi menjadi seperti apa diri kalian adalah pilihan kalian sendiri. 
Jadilah anak yang ramah dan baik. Jadilah hebat dan kuat. 

Mungkin orang tua kalian tidak berhasil menjadi orang tua yang baik bagi kalian, tak apa. Kita tetap harus baik pada keduanya. 

Mungkin mereka tidak bisa memberikan kecukupan materi, tak apa. Kelak kita saja yang mencukupi keduanya. 

***

Dan terakhir dari ibu, 
Let's see pov kedua orang tua kita. 

Kadang sebagai anak kita merasa menjadi korban. Sehingga perasaan marah dan kecewa yang mendominasi. 

Tapi anak anak, pernahkah kalian merasakan posisi orang tua kalian? 

Bapak yang semakin menua, sibuk bekerja, sampai tidak ada waktu untuk berbasa basi menanyakan hari ini kalian belajar apa? 
Hari ini dapat nilai berapa? 
Hidup bapak yang terlalu keras sudah sangat melelahkan, bahkan untuk dirinya sendiri terkadang ia tidak punya waktu. 

Ibu yang semestinya menjadi ibu rumah tangga, menjaga anak dan mengurus rumah, ternyata tak begitu hidupnya. Ibu juga harus bekerja demi mencukupi kebutuhan. Sibuk di luar, pulang hanya tidur dan makan. Tanpa sedikitpun menoleh pada anaknya.

Atau ibu yang menjadi ibu rumah tangga, tapi tak jua menanyakan kabar kita sepulang sekolah. Apakah kalian tau jam berapa ia bangun untuk mengurus rumah? Dan jam berapa ia akhirnya bisa tidur? 

Tentang bapak ibu yang berpisah. Bapak yang pergi dari rumah tidak ada kabarnya. Bapak yang jahat. 
Tapi apakah memang sejahat itu? Atau jangan jangan bapak juga melewati hari yang berat? 
Ibu yang meninggalkan rumah dengan egoisnya, ibu yang jahat? 
Apakah sejahat itu? Atau ibu menjadi sosok yang sangat terluka sehingga harus pergi tanpa pamit? 

Kadang manusia tidak sejahat itu, mereka terbatas. Mereka tidak mampu. 
Orang tua kita pun begitu, manusia biasa. 

***

Lepaskan rasa marah dan kecewa. 
Kalian berhak untuk hidup yang lebih baik. 
Berhenti menyalahkan keadaan. 
Ikhlaskan. 

Takdir Allah itu baik, hanya kita yang belum bisa memahaminya. 

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
QS. Al Baqarah: 214

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.