Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Yang Terlewatkan

Mungkin salahku melewatkanmu 'Tak mencarimu sepenuh hati, maafkan aku Kesalahanku melewatkanmu Hingga kau kini dengan yang lain, maafkan aku Jika berulang kembali Kau 'tak akan terlewati - Sheila on7 *** Keadaanku sudah lebih baik hari ini. Aku akan baik baik saja, seperti sebelumnya. Aku akan selalu baik, seperti dulu saat aku terjatuh melewati semua ujian ujianku. Akhirnya aku akan berdiri perlahan, berjalan tertatih, dan bisa berlari kembali. Walau, berat sekali rasanya. Kita semua pasti pernah berada di titik terbawah dalam hidup kita. Aku tetap berprasangka baik pada Allah, aku tau Dia Baik. Aku akan bertahan hidup dengan keyakinan itu. Aku tau kabar gembira itu akan hadir. Aku percaya padaMu. Dan aku tau, Kau selalu menepati janjiMu.

Aku Suka Ari

Aku suka Ari... Kamu kenal Ari, kan? Tokoh fiksi dalam novel Esti Kinasih, Jingga dan Senja, Hehe. Aku suka Ari, novelnya juga seseru itu. Sayang novelnya semakin ber-seri lagi, membuat aku bingung dengan jalan ceritanya. Harusnya sejak seri Jingga untuk Matahari, Esti penulisnya menyudahi trilogi novel tersebut, harusnya . Tapi dia melanjutkan sampai aku pun agak kebingungan, konflik Ari dan Ata terus berlanjut, yang padahal di seri terakhirnya sudah berbaikan sampai kuliah. Aduh. Anyway, aku suka sekali membaca dan menulis. Tapi menulis novel agak melelahkan sekali, huhu, apalagi kalau tidak ada yang membaca, hahaha. Aku suka membaca juga, membaca novel tapi agak tricky , karena kadang kita tidak sreg dengan jalan ceritanya, tapi kadung nyemplung. Beberapa judul novel yang tidak akan pernah gagal menurutku tentu karangan Esti Kinasih. Sebenarnya aku juga bingung mau menulis apa di tulisan kali ini. Sangat random. Hari ini hujan, besok senin. Aku sedang mendengarkan lagu One Directi...

Kehilangan Arah Lagi

Rasanya pencapaian apapun terasa getir, setidaknya saat ini. Semua yang sudah termiliki, yang akan atau yang ingin termiliki, rasanya tidak terlalu manis, Aku tau betul kenapa.  Karena aku tidak memiliki teman berbagi cerita pencapaian itu. Aku yang sudah maju melangkah, hari ini seperti kembali ke posisi awal. Memulai lagi dan kebingungan. Tidak ada teman yang sungguhan menemani kita sepanjang waktu, semua akan pergi di masanya masing-masing. Perlahan semua temanku begitu. Mereka telah melaksanakan tugasnya dengan baik, yakni menemani aku. Dan kini aku sendiri lagi. Kehilangan arah lagi.
Bagaimana kabarmu? Aku selalu bertanya tanya, apakah kamu baik? Aku kehilangan semua kontakmu, tapi aku harap dimanapun kamu berada dan bagaimanapun kamu saat ini, doaku, nothing but the best for you. Hihi.

Kabar Gembira

Satu lagi kabar gembira, teman baikku akan menikah. Aku berdoa saat mendengar kabar itu, aku harap aku segera bertemu teman hidupku juga Seseorang yang menjadi tempat cerita dan dukungan yang baik, dalam sebuah hubungan pernikahan tempat kami bertumbuh, memperbaiki diri, dan beribadah. Semoga. Di waktu yang tepat, bersama orang yang tepat. Aamiin Aku lelah juga, selalu berada bersama orang orang yang salah. Kalaupun orangnya benar, waktunya salah. Kalaupun orangnya benar, waktunya benar, perasaannya bisa salah. Rumit juga. Dasar aku.

Apa Mungkin

Arungi malam Terjaga kala semua t'lah terbenam Berkaca, bertanya, apa ku buat salah? Kalaupun iya, apa? Apakah sebesar itu hingga Kau pergi tanpa aba-aba? Bahkan tanpa alasan Hingga ku harus menerka-nerka Salahku di mana Apa mungkin caraku bicara? Apa mungkin caraku tertawa? Apa mungkin dengkurku saat tertidur lelap? Apa mungkin kamu yang tak lagi cinta? Sampai sekarang Dariku belum ada yang berubah Ku bisa salah, maka itu jelaskanlah Di mana letak yang tak kausuka - Bernadya NB: Harusnya lagu ini ada sejak lama, biar ku tulis liriknya saat itu juga :I Lagu ini, ku persembahkan untuk kamu yang pergi begitu saja, tanpa penjelasan, tanpa memberiku ruang untuk bertanya, tanpa menyempatkan untuk mendengarkan apa yang terjadi. Apakah memang bukan aku orang yang kamu cari?

Kenapa Aku Masih Kesulitan Bersyukur?

Ba'da maghrib ini temenku memberikan sebuah hadiah, mukena yang berbahan ringan dan wangi. Padahal beberapa belas menit sebelumnya saat aku lagi shalat maghrib di luar, sempat terbesit saat memperhatikan mukena pinjaman yang ku kenakan, iyaya, nggak pernah punya mukena ringan gini, enak juga. Ternyata tidak lama kemudian, aku mendapatkannya. Ajaib ya dunia ini? Dengan semua perihnya, yang padahal sepaket dengan bahagianya. Sayangnya aku terlalu fokus pada perihnya, sehingga hari demi hari ku lalui dengan tangisan, ratapan, dan keluhan. Aku pun muak dengan semua tangis itu, apalagi teman dekatku yang ku bagi tangisan itu tiap detik. Padahal kemudahannya banyak, Allah tidak kurang-kurang dalam memberi. Tapi kenapa aku sibuk saja mengabaikan nikmatNya. Teman baik? Makanan yang mengenyangkan? Rumah yang layak huni? Kendaraan? Kesehatan? Harta benda yang pantas? Aku sudah memiliki lebih dari cukup. Ya Allah, maafkan aku yang telah melampaui batas. Maafkan aku yang ingkar ini. Maaf ya Ra...
Hari ini bapak bersedih, ah menyakitkan, hidup apakah memang semenyakitkan ini kah? Bapak sedih, ibuku sedih, semua keluarga sedih. Bagaimana ya Allah melalui ujian ini?

Penghujung Minggu

Apakah kamu masih disini? Rasanya baru kemarin hari jumat, kini sudah di penghujung minggu, besok bekerja. Kamu? Apakah bekerja juga besok? Apakah kamu juga merasakan hal seperti ini? Seperti rasa bosan dan penat? Hari ini aku sedang bekerja di depan laptop, mendengarkan lagu si Bernadya, sambil mencetak rapot pts siswaku, ah hari minggu yang sibuk. Aku sekarang rajin berolahraga, tapi tanganku agak memar sedikit dan pegal, dan kepalaku pusing karena tadi pagi melewatkan sarapan, huf. Apakah kamu masih disini? Begitu tertarik membaca keseharianku? Aku hari ini diberikan amanah menjadi sekretaris cabang sebuah organisasi, rasanya sulit juga ya menerima itu, di saat aku berkejar-kejaran dengan waktu yang bergulir sangat cepat ini. Aku bingung mau membagikan cerita apa lagi, kapan kapan ya, semoga ada banyak hal menyenangkan yang bisa ku bagikan.

Dear Diary Friday

Bismillah... Jumat kelabu. Hari ini aku menahan tangis, tapi tetap bekerja ke kantor dengan sangat tepat waktu, tidak, maksudku di awal waktu . Sudah beberapa hari aku berkorban untuk sesuatu (yang tidak bisa ku jelaskan). Aku tidak apa, tapi jujur lelah juga. Tidak masalah kan merasa lelah? Tapi lelahnya seperti domino. Mestinya aku bisa meluangkan waktu untuk diriku sendiri, seperti sarapan, workout, tapi ku relakan demi melakukan sesuatu tadi. Sayangnya, begitulah kemudian pengorbanan ini diuji. Aku tidak diapresiasi dengan baik, seringkali aku justru disalahkan. Dan aku selalu di momen ini teringat pada kajian Ustadz Hanan, yang menceritakan tentang sumpah Abu Bakar yang disanggah Allah dalam Al Quran.  " Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapa...