Assalamu’alaikum
Blogger….


Kemudian ada satu ruangan yang tertutup tepat di hadapan toilet pria. Saya beranikan diri untuk membuka. Sesuai dugaan saya, itulah musholla yang dimaksud tulisan tadi. Astaghfirullah. Satu kata “tragis”! Tempatnya kecil sekali Blogger, mungkin ukurannya sekitar 2x3 meter. Lebih besar kamar saya, bahkan lebih besar ruangan toilet pria di hadapannya. Tempatnya agak kotor, tidak ada lemari kecil untuk menyimpan sajadah atau alat sholat lainnya. Alhasil, sajadah-sajadah berhamburan di lantai. Tidak ada juga pembatas antara saff akhwat dan ikhwannya. Bayangkan saja, ukuran mushollanya pun kecil, bagaimana bisa ada pembatas yang membatasi saff akhwat ataupun ikhwannya?
Singkat cerita, setelah melihat
ke-tragis-an musholla yang ada di pusat perbelanjaan ini, saya mengurungkan
niat untuk shalat di situ. Teman saya yang kebetulan menemani saya sedari tadi,
menyarankan saya untuk memposting hal ini ke blog. Akhirnya, lahirlah postingan
“mall dan musholla” ini. Hal yang menggelitik saya dari pengalaman saya ini
adalah mall yang luasnya lebih luas dari lapangan bola, ternyata hanya
menyisakan secuil luasnya untuk musholla. Padahal urusan akhirat itu ribuan
kali lebih penting daripada urusan dunia kan, Blogger? Sementara faktanya di
lapangan, manusia hanya diberikan 2x3m untuk mengurusi akhiratnya dan ribuan
meter untuk urusan dunianya. Kenapa ya, tidak ada mall yang menyediakan ruangan
musholla besar dan letaknya di tempat yang layak? Bukannya meletakkan musholla
di pojokan dan bersebrangan dengan toilet seperti ini. Ini baru satu contoh
dari salah satu mall yang ada di kota saya. Bagaimana dengan kota Anda? Ayo
share.
Semoga bisa diambil hikmahnya :)
Komentar
Posting Komentar