Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

Ikhlas

Pada akhirnya aku harus melepaskan seseorang yang bahkan belum sempat termiliki. Nanti akan tiba masa, saat aku melihatmu, gugupnya sudah tidak sama lagi,  riaknya sudah tidak bergemuruh lagi,  sudah tidak menggebu-gebu lagi. Sudah tidak antusias lagi. Cintanya mungkin tidak hilang, tapi ikhlasnya yang semakin besar. - dapat insipirasi dari tulisan di IG, diadaptasi dengan sedikit perubahan.

5 Tahun

Barusan tadi sore menghapus chat wa, kebiasaan jelek. Karena aku merasa capek aja liat chat kalau numpuk, jadilah aku suka menghapus chat yang gak perlu. Tapii.. Aku sering dapat masalah karena hal ini. Misalkan ada chat yang sebenarnya penting, tapi malah ku hapus. Dan aku tidak pernah belajar dari pengalaman! Malam ini sebelum tidur, aku menyadari telah menghapus chat wa dari ibuku, yang tidak pernah ku hapus selama 5 tahun terakhir ini. Aku bolak balik berpikir bagaimana cara mengembalikannya. Tapi buntu. Chatnya qadarullah memang harus hilang dan tidak bisa balik. Dasar akuuuuu!!!!!!

Cacat

Aku menangis, Kegiatanku tiap malam adalah, menangisi konten yang lalu lalang di IGku. Dari sekian banyak konten yang ku tangisi, satu di antaranya adalah konten dari Leyla. *** Hari ini ku lihat ibuku tertawa lepas, seperti ibuku biasanya. Namun aku tak lagi tertawa bersamanya, aku hanya tersenyum. Hatiku kecut menyaksikan pemandangan ini. Karena hatiku takut, bahwa dalam hitungan detik, menit, atau hari di depan sana, ibuku akan menekuk wajahnya dan tak mau bertegur sapa denganku lagi, seperti yang biasa ia lakukan . Aku rindu ibuku, aku rindu kelakarnya. Di saat yang bersamaan, aku sangat terluka dengan apa yang terjadi selama ini. *** Aku telah berkorban banyak hal, ibuku juga melakukan hal yang jauh lebih besar daripada pengorbananku. Tak akan pernah sebanding. Tak akan bisa aku membayar semua pengorbanan itu. Tapi, hati dan perasaanku valid adanya. Saat aku terluka, maka aku memang berduka. Tak akan pernah bisa serta merta ku hapuskan rasa luka itu dengan perasaan syukur. "S...

Older

I used to shut my door while my mother screamed in the kitchen I'd turn the music up, get high and try not to listen To every little fight, 'cause neither one was right I swore I'd never be like them But I was just a kid back then The older I get the more that I see My parents aren't heroes, they're just like me And loving is hard, it don't always work You just try your best not to get hurt I used to be mad but now I know Sometimes it's better to let someone go It just hadn't hit me yet The older I get I used to wonder why, why they could never be happy I used to close my eyes and pray for a whole another family Where everything was fine, one that felt like mine - Sasha Alex Sloan Sebuah lirik yang menyakitkan :')

Rumah yang Hangat

Aku mungkin menginginkan banyak hal, tapi ada satu yang pasti, rumah yang hangat. Aku rindu, makan bersama, saling tertawa. Aku rindu, bercanda, tanpa ada kesalahpahaman. Aku rindu, obrolan tanpa penghakiman. Aku rindu, kehangatan rumahku. Kalau tak ku dapatkan di kehidupan ini, kapan lagi? Sementara di kehidupan mendatang tak akan pernah ada. Aku benci, kerumitan. Aku benci, harus berhati-hati bersikap di depan orang tuaku. Aku benci, harus memperhatikan mood mereka untuk bahkan sekadar basa basi. Aku benci, rumahku yang tidak hangat. Tidak adakah kerinduan dalam dada mereka akan kehangatan? Kenapa mereka tetap terlihat baik baik saja, bahkan setelah pertengkaran hebat yang terjadi? Atau setelah amarah dan emosi yang disalurkan dengan tidak tepat? Apakah rumah yang seperti ini tak apa bagi mereka? Aku seperti menopang beban di luar kendaliku. Aku muak. Tidak bisakah kita sama-sama usahakan rumah itu? Rumah yang hangat? Rumah yang aman bagi kita untuk beristirahat? Rumah tanpa penghak...