Aku menangis,
Kegiatanku tiap malam adalah, menangisi konten yang lalu lalang di IGku.
Dari sekian banyak konten yang ku tangisi, satu di antaranya adalah konten dari Leyla.
***
Hari ini ku lihat ibuku tertawa lepas, seperti ibuku biasanya.
Namun aku tak lagi tertawa bersamanya, aku hanya tersenyum.
Hatiku kecut menyaksikan pemandangan ini.
Karena hatiku takut, bahwa dalam hitungan detik, menit, atau hari di depan sana, ibuku akan menekuk wajahnya dan tak mau bertegur sapa denganku lagi, seperti yang biasa ia lakukan.
Aku rindu ibuku, aku rindu kelakarnya.
Di saat yang bersamaan, aku sangat terluka dengan apa yang terjadi selama ini.
***
Aku telah berkorban banyak hal, ibuku juga melakukan hal yang jauh lebih besar daripada pengorbananku.
Tak akan pernah sebanding. Tak akan bisa aku membayar semua pengorbanan itu.
Tapi, hati dan perasaanku valid adanya. Saat aku terluka, maka aku memang berduka.
Tak akan pernah bisa serta merta ku hapuskan rasa luka itu dengan perasaan syukur.
"Sudah tidak usah terluka, kamu harusnya bersyukur ibumu masih ada"
Kalimat memuakkan itu terngiang di kepala.
Seolah rasa luka yang ku rasa tak boleh ada.
Maksudku, aku bersyukur ibuku ada. Aku bersykur bapakku sehat. Tapi merasa terluka dan kecewa karena perdebatan atau pertengkaran dengan orang tua, bukan berarti aku tidak bersyukur!
Aku minta, tak usah kamu membenturkan dua hal itu.
***
Aku terlalu tamak jika meminta keluargaku hangat tiap saat. Tapi tidak bisakah aku meminta itu?
Kini derai tawa yang mengisi rumah tak lagi terdengar sama.
Ketakutanku tak henti selalu menjamah.
***
Aku...aku menyayangi orang tuaku.
Aku bersyukur dan mendoakan mereka.
Aku memperhatikan mereka dan berusaha menjaga mereka.
Tapi,
Aku juga manusia biasa.
Aku bisa menangis atas apa yang terjadi.
Aku bisa terluka.
Aku bisa lelah dan mengeluh.
***
Konten Leyla terasa menyakitkan di banyak hal.
Aku merasa belum mampu membahagiakan orang tuaku.
Aku getir melihat mereka bisa berkomunikasi dengan baik.
Aku sibuk mencacati diriku sebagai anak yang kurang baik.
Walau kenyataannya, aku sudah berusaha.
Iya. Aku sudah berusaha.
Persetan dengan omongan mereka.
Komentar
Posting Komentar