Langsung ke konten utama

Bukan “Dimana” tapi “Bagaimana”

Assalamu’alaikum Blogger…

Di pagi yang cerah ini saya ingin sedikit sharing, ya lumayan lah kalau bisa menambah motivasi dan semangat pagi kalian.

Semua sudah tau kan kalau saya ini mahasiswi? Tapi saya masih sweet seventeen ko. Percaya deh! Hehehe. Oke tapi bukan itu yang ingin saya bahas disini.

Saya kuliah di Universitas Palangkaraya. Ya, semua juga tau kalau kampus itu tidak akan sebanding dengan Harvard atau semacamnya, dengan kampus UGM saja tidak sebanding. Nah, disitu letak masalahnya.
Saya pribadi sih masa bodo sama hal itu. Kan niatnya kuliah ya cari ilmu, bukan sekedar cari gengsi. Setuju? Tapi kalau ditelusuri lebih lanjut, ya memang disitulah semua masalah berawal. Mulai dari fasilitas yang tidak memadai, kampus yang kurang ‘menawan’ dan bla..bla..bla.. jadi kalau ada yang membandingkan kampus saya sekarang dengan sederet kampus top di Indonesia, ya saya tidak akan protes. Karena memang itulah kondisinya. Kampus saya yang mengaku masih dalam tahap ‘development university’ mampu menurunkan tingat kepercayaan diri mahasiswa-mahasiswanya beberapa puluh persen. Beberapa teman saya yang pernah saya temui, rata-rata mengaku malu kuliah disini. Heran, mereka kan kuliah pakai uang sendiri, kalau kuliahnya pakai uang suap sih wajar aja malu. Alasannya yang pasti bukan itu, mereka malu kuliah disini karena penilaian orang lain dengan citra kampus saya sendiri. Coba saja kalau iseng ketemu teman lama dan saling bertukar kabar, trus ujung-ujungnya mereka tanya “kuliah dimana?”, polos saja jawab “UNPAR (Universitas Palangkaraya.red).” (iseng ya, beneran iseng) coba perhatikan reaksi mereka, kadang reaksi lawan bicara kita akan berubah. Entah meremehkan atau apalah itu. Kalau saya pribadi sih cuek saja, toh saya ambil jurusan yang  tingkat kesulitannya di atas rata-rata, jadi lawan bicara akan sedikit enggan. Hahaha…
Tapi, percayalah. Manusia itu menarik. Tempat menimba ilmu saja dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Seperti kasus saya ini. Hehe… tapi yang lebih menarik lagi, hal sepele ini suka dikait-kaitkan dengan kesuksesan loh. Kalau kuliah disini, kamu kurang sukses, kalau disana bisa sukses. Ah itu cuma mitos!
Padahal Blogger, saat Anda sukses kelak, orang-orang di luar sana tidak akan ambil pusing untuk menanyakan dimana Anda dulu belajar. Karena ada banyak hal yang jauh lebih inspiratif yang ingin mereka tau dari Anda, seperti “Bagaimana kiat Anda sukses?” atau “Berapa penghasilan Anda perbulannya?” Kalaupun ada yang iseng menanyakan dimana Anda kuliah, mereka pasti memandang takjub tanpa ada pandangan meremehkan sedikitpun. Percayalah! Kalau Anda tidak percaya, saya yang akan membuktikan teori ini untuk Anda. “Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil!”
Tapi teori ini akan gagal kalau diri Anda masih pesimis. Kuncinya ada pada diri Anda sendiri. Niat, tujuan, usaha dan doa. Niat di dalam diri Anda yang Anda tanamkan sangatlah besar pengaruhnya. Contoh simple saja, bedakan antara laparnya orang yang puasa dan tidak. Orang yang berniat puasa, kalaupun lapar, mereka tidak akan kelaparan yang begitu hebat. Sebaliknya, orang yang tidak berniat puasa, kalau sudah lapar maka rasanya seperti mereka sudah akan mati kelaparan. Betul? Yah, itu hanya sekelumit keajaiban dari niat. Niat. Niat. Niat. Notice it!

Selain niat, kita harus punya tujuan. Shalat saja punya niat kan? Tapi tidak sekedar niat dan gerakan shalat, ternyata ada tujuan dibaliknya, yaitu mencari ridha Allah SWT. Nah, untuk urusan seperti ini, kita juga harus menuliskan tujuan kita. Boleh lebih dari satu, tapi harus bisa berjalan semua secara sistematis, jangan sampai keteteran loh. Kuncinya FOKUS. Saya, punya niat untuk sukses dan bermanfaat bagi orang lain, tujuannya ya mencari ridha Allah SWT dan berbakti pada orang tua. Itu. Sederhana tapi maknanya dong Blogger, luar biasa! Hehehe

Niat dan tujuan saja tidak cukup, kita butuh usaha nyata. Percuma saja guru yang sibuk mengajarkan pentingnya kejujuran pada muridnya, kalau sang guru saja masih suka menerima uang suap. Sama juga dengan saya yang sibuk mengobarkan semangat ini kalau toh saya juga tidak menerapkannya. Satu hal yang harus Anda tau Blogger, saat saya tengah menulis ini, saya sedang di level “usaha” saya untuk sukses.  Kalau Anda? Jangan cuma mangggut-manggut baca teori kacangan seperti ini, ayo move on, move on! ^^

Bukan awal, tapi proses. Nikmati saja semua prosesmu menuju kesuksesan Blogger, jangan mudah menyerah dan mengeluh. Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Maka, bersemangatlah!

And the last, doa. Doa itu tidak kalah ajaibnya dengan niat. Kalau niat itu munculnya dari diri sendiri, kalau doa hubungannya sama Yang Kuasa. Sekeras apapun usaha Anda, kalau lupa sama Allah, ya sia-sia. Seperti kacang lupa kulit lah.

Kesimpulannya adalah, lupakan soal dimana Anda kuliah atau menimba ilmu sekarang. Lupakan kurang populer dan bergengsinya kampus Anda, toh jutaan orang di luar sana malah tidak punya kesempatan untuk kuliah. Lupakan ejekan atau cibiran orang mengenai kampus Anda, kalau memang kampusnya jelek ya jelek saja, tapi Anda harus tunjukkan pada mereka kalau Anda kuliah untuk ilmu bukan gengsi semata. Bukankah mutiara yang cantik akan tetap cantik walau diletakkan di timbunan sampah sekalipun, Anda pun begitu! Kalau ada yang perlu dirubah, maka itu diri Anda sendiri.

Kadang menjadi cuek itu bagus, cuek saja dengan cibiran itu. Jangan terlalu sibuk mengurusi penilaian orang terhadap kita, biarkan saja. Nanti juga capek sendiri. Sibukkan diri Anda dengan hal bermanfaat. Misalnya, ya seperti saya, nulis. Atau olahraga, belajar mengaji, menghapal juz amma, belajar masak, ah masih banyak hal positif yang bisa Anda lakukan Blogger. Lakukan apa saja, asal itu membawa manfaat bagi orang lain, atau setidaknya bagi Anda.

Ingat, kita tidak sedang mempersoalkan "dimana" kesuksesan berawal. Tapi BAGAIMANA kesuksesan berawal. 

Saya rasa, cukup sekian Blogger. Sudah saatnya mandi, sarapan dan mengurus rumah. Hehe… I’m going to go back as soon as possible. Kita lanjut nanti Blogger. Wassalamu’alaikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.