Langsung ke konten utama

Pengalaman Pertama Scalling

Assalamu'alaikum...

Pada kesempatan kali ini, saya akan sharing pengalaman pertama scalling. Hihi

Apasih scalling?


Jadi scalling itu semacam perawatan pembersihan karang gigi. Normalnya, scalling dilakukan enam bulan sekali. Tapi saya baru melakukan setelah 24 tahun berlalu. Duh. Bayangin betapa keselnya dokter giginya nanganin saya ya.


Sejujurnya niat scalling itu sudah ada sejak jaman purba. Sayangnya tabungannya belum cukup dan masih belum siap dieksekusi. Selain itu, keperluan lain selalu minta didulukan. Dan kemarin juga, mau scalling, tapi klinik facial lagi diskon :'( menggiurkan sekali.

Singkat cerita, setelah berpuluh puluh tahun maju mundur dengan alasan dan gangguan yang seabrek. Akhirnya kemarin saya berangkat memberanikan diri ke dokter gigi.
Bikin appointment sorenya, terus datang lagi sehabis maghrib.
Alhamdulillahnya, pas saya datang, klinik masih sunyi sepi malam, masih belum ada pasien, jadilah saya ditangani duluan.

"Ada keluhan apa?" Tanya ibu dokternya
"Mau scalling bu"
"Oh yaudah ayo. Silakan duduk disitu"
"Sakit nggak bu?"
"Nggak, cuman ngilu dikit"


Maka duduklah saya di kursi pasien. Sambil terus ketakutan. Wkwk.
Bahkan sampai si dokternya sudah duduk manis di sebelah saya dan siap ngubek ngubek mulut saya, saya masih sekali lagi nanya, "Bentar bentar. Sakit nggak, bu?"
Untung dokternya masih sabar, "nggak kok" sahutnya. Mungkin dalam hati dokternya, subhanallah nih orang, niat nggak sih.


Akhirnya sambil baca bismillah, si dokter memasukan mesin entah apa itu, pokoknya horor. Tapi di menit menit pertama, mesinnya tidak bekerja. Jadi asistennya sibuk mencari cari bagian mana yang belum hidup. Padahal saya sudah dag dig dug duer. Berharap mesinnya cepat nyala dan saya cepat kabur dari situ. (Fyi, disitu ada empat orang ya. Saya, bu dokternya, asisten, dan perawat.)
Hingga di menit kesekian, baru mesinnya hidup.
Dimulailah pembersihan karang giginya. Berasa kayak mau dioperasi aja. Lampu di atas kepala. Mulut saya penuh alat seperti selang. 

Alat scallingnya juga berisik sampai menulikan. Dan saya cuman melipat tangan sambil terus melihat jam dinding di ujung ruangan. Tik tuk tik tuk.

Satu kata. Ngilu.


Jadi rasanya di scalling itu tidak sakit. Tapi cuman ngilu. Kalau kalian pernah merasakan ngilu pas lagi makan makanan yang masam dsb, maka begitulah rasanya. Pokoknya ngilu banget.
Pas di scalling juga, mulut penuh sama air. Selang penghisap yang dipegang perawat di sebelah saya, rasanya kurang maksimal mengosongkan air di mulut. Beberapa kali dokternya berhenti dan meminta saya berkumur. Tapi entah kenapa, kali ini pas mulut lagi penuh penuhnya, dokternya masih belum meminta saya berkumur, dan saking penuhnya, airnya dengan sangat terpaksa ketelen!. Wkwk. Semoga bakterinya tidak ketelen ya Allah.

Sambil terus di scalling, sambil terus mikir, ini bakal lama apa tidak ya. Baru sepuluh menit, ngilunya pol.
Semoga cepat selesai. :(


Dan ternyata setelah 15 menit, dokternya menyudahi acara scalling.
"Sudah mbak" katanya.
"Oh iya" saya langsung kumur kumur.
Hmm. Kayak ada yang hilang. "Jangan jangan gigi saya ada yang hilang nih" gumam saya.
Rasanya agak aneh aja isi mulut. Ah dan juga ada asin asin darahnya. Hehe

Tapi proses scalling saya lumayan cepat lo. Paling cepat mungkin ya. Entah gara gara dokternya udah males, atau memang tidak ada lagi yang bisa dibersihkan dari gigi saya. Ya whatever lah. Penting selesai.

Sepulang dari scalling, saya sikat gigi. Dan ngilunya kerasa lagi. Jangankan sikat gigi, kumur aja ngilu. Mau makan juga mikir. Berasa kayak punya gigi sensitif.
Kesan kesannya dari scalling adalah ... Bagus dan sangat bermanfaat. Walau cukup nguras dompet.
Saya rasa, scalling sangat penting dilakukan, minimal sekali seumur hidup deh. Kenapa? Karena ya membersihkan gigi dengan sikat gigi atau obat kumur saja tidak cukup. Sesekali perlu juga merogoh kocek untuk perawatan ke dokter. Karena ada beberapa hal yang tidak bisa kita tangani sendiri, dan perlu bantuan ahli. Ya salah satunya adalah scalling.


Jadi saran saya, nabung dan beranikan diri ke dokter gigi. Jangan coba coba scalling sendirian dengan berbekal video di youtube. Takutnya salah, dan malah membahayakan.
Pasca scalling, ada beberapa perubahan yang saya rasakan. Pertama, kesehatan. Scalling menyehatkan gigi, karena nafas lebih segar. Beda lo saat sebelum di scalling, saya takut sekali kalau dekat dekat sama orang. Tapi sekarang jadi percaya diri. Karena kan giginya sudah bersih dan nafasnya tidak bau.
Penyebab nafas bau, selain makanan adalah adanya karang gigi. Jadi cobalah scalling dan rasakan perbedaannya (berasa bener iklannya ya). Perubahan kedua, masalah kebiasaan. Saya jadi aware dan sedikit sedikit memperhatikan gigi. Abis makan langsung kumur. Abis makan kumur. Kumur, kumur, dan kumur. Pokoknya kumur kumur everytime. Bukan karena demi sehat sih, tapi karena sayang. Hehe. Sayang abis scalling mahal mahal, jadi berusaha semaksimal mungkin untuk jaga kebersihan gigi. Biar tidak scalling lagi. Wkwk.

Tapi efek sampingnya adalah ngilunya belum hilang sampai dua hari. Jadi ya bertahan dan bersabar sajalah. Hihi.

Yap. Karena sudah maghrib, saya sudahi saja ya ceritanya.
Hihi. Begitulah sedikit pengalaman yang saya rasakan mengenai scalling. Semoga membantu.

Salam gigi sehat! :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.