Langsung ke konten utama

Kalau Tidak Bersyukur Sekarang, Kapan Lagi?

Sengaja bikin judul panjang, flashback tulisanku jaman dulu. Judulnya selalu panjang lebar kayak mau bikin makalah. 

***

Tahun 2020 ini, rasanya kalau aku tidak mengucap syukur, kok rasanya durhaka? 
Allah Maha Baik dan Pemurah banget. Keterlaluan kalau sampai kualat :(

Tahun ini banyak nyawa terenggut disebabkan wabah corona. Penularannya cepat. Virusnya kasat mata. Tapi aku dan keluargaku? Alhamdulillah sehat! 
Karena apa? 
Bukan karena minum jahe atau habatusauda, apalagi pakai kalung anti- eh. Ya pokoknya bukan karena itu semua. 
Sehatnya aku dan keluarga, dan kalian yang membaca tulisan ini, murni karena Allah memberikan kita nikmat sehat :') 
Kalau Allah mau kasih sakit, ini detik ini juga kalian bisa saja batuk batuk dan sesak napas. 

Tapi? 
Tidak. Allah tidak mengijinkan kalian terserang wabah. 

Terus apa hal yang kita lakukan karena Allah sebaik itu? 
Bukannya sombong. "Eh ni liat kalian semua, kami sekeluarga sehat walafiat! Coba kalian contoh life style kami"
Tidak sama sekali!
Nonsense. 
Atau bukan juga kita santai, bandel, bahkan menantang penyakit. Sengaja kemana mana padahal tidak ada keperluan. Main sana sini tidak pakai masker. 
Bukaannn. 
Justru Allah sedang menguji, ini kalau dikasih sehat, kira kira bersyukur tidak? Begitu.

Takutnya, kalau kita lalai dan tidak bersyukur, malah Allah akan berikan kita sakit. Bukan karena Allah tidak sayang, tapi Allah mau uji, ini kalau dengan sehat tidak bersyukur apa barangkali kalau dikasih sakit jadi bersyukur? 

Pilih mana? 

Mending saat sehat seperti ini, bersyukur :'(

***

Kemudian aku, tiap malam, tiap waktu... Kalau lihat dan dengar bapak, adek, dan ibuku berpergian. Dalam hati aku khawatir, cemas, dan berdoa semoga mereka selalu dalam lindungan Allah. 
Baiknya Allah, mereka selalu balik ke rumah dalam kondisi sehat seperti sedia kala. 
Maka nikmat mana yang kamu dustakan? 
Dikasih Allah nikmat begini, masa masih tidak bersyukur? :(

Saat ini banyak orang yang berjauhan bahkan kehilangan keluarganya, kerabat, ayah ibu.
Aku masih dikelilingi mereka, kenapa aku masih kesulitan menemukan alasan bersyukur? :(

Kan aneh ya?

Tahun ini juga, kalau aku dan kita masih napas, masih bertahan, masih bisa makan minum tidur, masih ada tempat bernaung, masih punya satu dua rupiah di saku baju, kok ada yang masih mengeluh? 
Huhu
Jaga perasaan orang orang yang berduka. Jaga perasaan orang yang terlilit hutang demi beli beras, orang yang menjual magic com demi susu anak, orang yang dini hari masih dibalik gerobaknya mengais sampah kota. 
Dan kita, malahan ada yang mengeluh, ada yang santai bercerita dia habis beli patung buat halaman rumah seharga jutaan, gonta ganti skincare mahal padahal kemarin barusan beli juga, beli helikopter karena kamu bosan naik mobil, dan beragam ketidakpedulian alias miskin empati pada dunia yang penuh air mata.

Mungkin kita enggan membantu, enggan menyisipkan lembaran lima puluh ribu pada mereka yang kuyu memikirkan hidupnya, mungkin tangan kita seberat itu. 
Aku sangat sangat tidak punya hak menghakimi. 

Tapi aku mohon, sangat bermohon, mohon jangan mengatakan hal apapun, jangan memamerkan hal apapun pada mereka tentang betapa lancarnya hidupmu :(
Tentang betapa borosnya kamu karena pengeluaranmu yang seluarbiasa pendapatanmu. 
Tentang kamu, saudaramu, anakmu yang agak picky dalam makanan sehingga tidak mau makan sembarangan. 

Padahal orang di hadapanmu, bisa saja belum makan seharian. Tapi dia diam. Tidak sedikitpun berharap kamu kasihani. Hanya berharap kamu pahami, tolong jangan kamu menceritakan hidup mewahmu padanya. 
:(

Pun mengeluhkan keadaan dapurmu yang berantakan pada seseorang yang tidak memiliki dapur.
Mengeluhkan kenakalan anakmu pada seseorang yang tidak punya anak (yang begitu memimpikan punya anak).
Mengeluhkan rumah tangga sampai sifat suamimu pada seseorang yang broken home.
Mengeluhkan motormu yang tidak trendi pada seseorang yang hanya bisa mengayuh sepeda.
:(

***

Tahun yang hebat ini, banyak hal terjadi. 
Kalaulah kita bisa selamat dan tetap bahagia, bersyukurlah pada Allah. Semua berkat kemurahan hatiNya. 

Tidak hanya dengan mengucap "alhamdulillah" saja. Bukankah rasa terima kasih atas nikmat yang Ia beri patut untuk kita wujudkan juga dalam tindakan?
Kita bisa melakukan banyak hal! 
Manusia tidak pernah kekurangan ide dalam berbuat baik. 

Kalau boleh aku beri saran,
tidakkah kita bisa berbagi kebahagiaan dengan sekadar menguatkan lewat kata kata? 
Sesimpel itu!
"Kamu sudah berusaha keras, hebat!"
"Semangat, semua akan baik baik saja!"
"Kamu bisa melaluinya!"

Kalau punya lebihan tenaga, beri uluran tangan. 
Kalau punya lebihan materi, sisipkan tanpa mempermalukan.

Bukankah ini saatnya kita mewujudkan rasa syukur atas semua hal baik yang terjadi pada kita?
Kenapa tidak turut ambil bagian dalam kebahagiaan orang lain?

Dan ayo kita berhenti mengeluhkan hidup kita yang hebat ini.
Mengeluhkan pendapatan kita, pekerjaan kita, urusan rumah tangga kita... dan semuanya.
Mari perlahan kita ganti semua kekurangan itu dengan kelebihan yang kita miliki.
Hidup ini kalau dicacat, sampai mati juga akan cacat. Tapi kalau kita mau melihatnya dari sisi lebih baik, pasti kita akan temukan kebaikannya. 

Masya Allah. Hwaiting! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.