Langsung ke konten utama

Bismillah Menguatkan Diri

Kemarin adalah kali kesekian mau mundur... Tapi karena susahnya nyari kerjaan, apalagi di masa kayak gini, yaudah bertahan (lagi). 

Jujur cuapek banget. Sumpek. Nangis terus. 

Tapi di sisi lain aku mikir, ini aku aja kali yang baper ya? Mungkin orang lain mengalami hal yang sama juga, tapi dibawa enjoy? Ya Allah. 

Saking nahan emosi dan beban di pundak yang makin berat, aku drop juga semingguan. Gini banget nyari sesuap nasi ya? 

Aku mikir... Ini aku kerja gini lillah gak sih? Apa cuman kayak rutinitas? Sayang banget malah gak jadi ibadah :(

Ku rasa, lingkungan memang lumayan berpengaruh. Sama kayak katak, kalau dia dikurung aja dalam tempurung, lompatnya gak bakal bisa jauh. Beda kalau dibiarin di tempat aman bebas luas lapang. 

Sepengamatanku, tiap guru "baik" akhirnya bakalan jadi hebat, kalau dia diapresiasi dengan baik. At least sama siswanya. Semua ide idenya, kreatifitas, dan inovasinya bakalan bisa berkembang kalau siswanya ngerespon. Dan aku baru sadar kalau aku dulu cukup bisa dikatakan guru yang "baik" :(

Aku dulu kerja 101% untuk gaji yang bahkan 33% dari UMK. Tapi unfortunatelly, semua kerja kerasku gak dapat dukungan positif dari siswa. Justru banyak dari mereka yang emang niat dan motivasi belajarnya minim, walaupun aku udah yang berapi api kasih semangat. Semua yang aku kasihin ke mereka, mereka gak ngerti dan gak hargain. Bahkan sampai ketika gajiku udah 55% dan aku pindah kerja. Ternyata masih banyak siswa yang gak bisa apresiasi juga. 
Aku bahkan nyiapin materi, bersemangat, sampai gak bisa tidur saking excited mikir ide apa apa aja buat aktivitas belajar mereka, namun akhirnya cuman nelan kecewa. 

Lambat laun aku mengendor, masa bodo, sekarepmu wae. Yang aku jujur gak mau juga kayak gini, tapi daripada aku capek capek dan kecewa, ujung ujungnya sakit hati, yaudah aku gak mau terlalu berekspektasi sama siswaku. 

Mereka bahkan pernah bilang "bu, ibu jangan berekspektasi sama siswa terlalu tinggi". Lah. 
Harusnya manusia normal yang punya ambisi dan harapan dalam hidupnya, bakalan seneng. Itu berarti mereka dipercaya bisa ada di level itu dengan kemampuan mereka. Mereka mampu. Eh malah sebaliknya, malah aku yang justru dinasehati mereka untuk gak boleh terlalu ngarepin mereka sehebat itu :(

Fyi, aku baru sadar semua ini setelah aku punya siswa les baru baru ini. Dia bilang "enak banget belajar sama kakak, aku cepet ngerti". Terus waktu aku buka bukain berkas yang mau aku kasihin ke dia buat bahan belajar, disitu aku nemuin banyak lembaran yang ku siapin buat siswa sekolahku belajar, tapi gak kepake. 
Aku baru ingat bahkan taun lalu, walau telah nangis dan dikecewakan untuk ratusan kali, aku tetap nyiapin banyak soal soal free buat bekal siswa ujian nasional. Aku pinjem dari temenku, aku gandain, aku bawain buat mereka belajar. Tapi yang ku temuin di kemudian hari adalah, beberapa soal yang ku bagiin ke mereka berhamburan di tanah, basah, lecek, keinjek. 

Satu satunya alasan mereka nyimpen cuman karena takut dihukum. Tapi setelah materinya selesai terus ganti materi lain, yaudah buang aja gak guna. 

Bisa bisanya hal kayak gini terjadi sama aku :'(

Aku nangis, sesak banget, aku pengen mundur sejak lama... Dan semakin kesini keinginan itu semakin kuat. 

Tapi balik lagi mikir real, this life is really tough, dan aku perlu uang. Ya mau gak mau sebelum aku punya penghasilan lain, aku harus nguat nguatin diri. Walau sekarang ini bangun tidur lemes gak semangat mau kerja. Tiap mikir kerja bawaannya sensitif emosian... Moga aku bisa tetap baik baik aja. 

Bahkan doaku saat ini, gak cuman pengen sehat fisik.. Pengen sehat mental juga. Mentalku agak agak terganggu :(
Huhu

Mungkin lain cerita kalau aku jadi guru dengan siswa siswa yang minat belajarnya tinggi, yang kompetitif, mungkin bukan cuman siswa yang bakal berkembang, skill aku juga bakalan terasah. 

Cuman ya udah. Memang gini kan jalannya. Aku gak nyalahin lingkungan, gak nyalahin siapa siapa. Toh aku melamar kerjaan pun semua atas kehendakku. Aku bertahan di pekerjaan ini juga atas kehendakku. 

Aku berharap... Hatiku bisa lebih lapang. Lebih sabar. Lebih bisa nerima apapun takdir yang Allah gariskan. Aku berharap emosi dan egoku bisa tersalurkan dengan baik. Bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi. Bisa berkepala dingin dalam menghadapi semua yang terjadi di depanku. 

Bismillah :(

Kuatkan ya Allah... dan tolong ampuni semua salah khilafku.. Tolong ridhoi apapun yang aku lakukan :( aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.