Orang bijak bilang, "Kalau kita mau mencari hal-hal baik dalam hidup, maka kita akan menemukan banyak kebaikannya. Sedangkan kalau kita hanya mencari keburukannya, maka yang muncul juga keburukannya. Tinggal kita mau fokus melihat yang mana."
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar Rum: 41)
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Araf: 56)
Deep.
dan sulit.
Aku sedang kesulitan mencari hal-hal baik dalam hidupku, entah apakah dunia sebobrok itu, atau aku yang sekaku ini.
Melihat banyaknya kemunkaran, kemunduran dalam mindset, aturan pemerintah yang semrawut, aku bingung harus bagaimana.
Aku seolah merasa harus melakukan sesuatu, tapi aku bingung harus melakukan apa, saking banyaknya.
Siswaku yang sering berkata kasar, aku ingin membuat mereka meninggalkan kebiasaan buruk itu. Tapi bagaimana? Kalau sosial media saja isinya kata kasar semua? Kolom komentar dipenuhi dengan bahasa yang vulgar dan kotor. Video pendek yang hilir mudik isinya cacian, makian, sumpah serapah. Lantas bagaimana aku bisa membuat mereka meninggalkan kebiasaan itu?
Siswaku yang mencontek saat ujian. Ku katakan pada mereka, kalian harus jujur! Kalian harus punya integritas.
Tapi siapa peduli? Kalau bahkan orang dewasa pun kerap berbuat kecurangan. Pejabat pun korupsi.
Siswaku yang pacaran. Ku ingatkan pada mereka, terutama anak perempuannya, untuk menghargai diri mereka sendiri, menjaga kehormatan mereka.
Tapi anak muda dengan ratusan ribu pengikut, yang kemudian menamakan dirinya selebgram, yang membranding dirinya dengan sebutan ustadz atau ulama, justru tak malu berzina. Ia pertontonkan hal ini untuk dunia. Dan itulah yang dilihat siswaku dan semua orang. Yang tua tak mau kalah, koar koar di khalayak ramai, bahwa tak apa pacaran asal jangan kelewat batas. Batas bagaimana yang dimaksud? Bukankah Allah sudah jelas mengatakan untuk menjauhi zina?
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”Siswaku yang pacaran dan melampaui batas. Bukankah mereka punya orang tua dan keluarganya yang harusnya mengingatkan? Bukan membiarkan dan tak jarang mempercayakan begitu saja anak-anaknya berdua-duaan?
Kenapa aku yang hanya gurunya, yang malah mencelos melihat kenyataan ini?
Lingkungan yang rusak, sampah dimana-mana, anak anak bahkan tak malu meninggalkan sampahnya di tempat peribadatan saat kegiatan Isra Mi'raj kemarin.
Bagaimana mereka bisa menjaga lingkungannya sendiri? Bagaimana mereka ku minta untuk tidak buang sampah di jalanan, selokan, atau sembarang tempat? Saat rumah Allah saja tak segan dikotori.
Lingkungan yang rusak, tapi sebagian tampak acuh. Mereka menerbangkan balon-balon sebagai puncak sebuah perayaan. Tidakkah kamu pikir bahwa balon-balon itu akan meletus dan menjadi sampah? Apakah kamu mengira balon itu akan menguap dan lenyap ditelan langit?
Genosida di P*lestina. Ku katakan pada mereka untuk "ayo kita tunjukkan dukungan kita Nak, kita bisa memboikot brand yang terafilisiasi dengan isrhell"
Tapi orang dewasa di sekitarku yang berhijab lebar dan shalat lima waktu pun, makan siang di kf* tanpa merasa berdosa. Apa yang harus ku katakan pada anak anak?
Marwah yang makin morat-marit.
Tua muda, laki-laki atau perempuan, saling menunjukkan aibnya tanpa malu. Melalui sosial medianya, dengan dalih mencari jati diri, mencari sesuap nasi, atau ribuan alasan lain yang seyogyanya tak akan pernah dibenarkan.
Mereka saling berlomba-lomba untuk melakukan hal yang semakin tidak masuk akal.
Perempuan yang menanggalkan hijabnya, transgender, konten kreator yang melakukan hal gila, tindakan asusila, dan banyak sekali, sampai aku pun menuliskan ini dengan gejolak emosiku yang tidak terbendung.
***
Apakah ini akhir zaman yang Engkau maksud?
Satu persatu manusia yang mestinya menjadi seorang panutan, justru melakukan hal tidak terpuji.
Guru? Ada yang berzina.
Ulama? Ada yang korupsi.
Penegak hukum? Menggunakan narkoba.
Para pejabat? Mereka mengkhianati rakyat.
Hakim? Mereka bisa disuap.
Siapa? Siapa manusia yang bisa ku jadikan teladan? Siapa manusia yang bisa dengan bangganya ku jelaskan pada siswaku untuk "Ini Nak, kalian contoh saja ini!". Tidak ada.
Tidak ada satu pun.
***
Aku tau, aku tidak akan bisa mengubah semua ini. Aku tidak bisa mengubah orang lain, tidak pula bisa mengubah sistem.
Tapi ku rasa, aku harus melakukan sesuatu.
Hanya saja aku terlalu bingung harus melakukan apa.
Rasanya sulit sekali menemukan hal-hal baik dalam hidup.
Aku harus bagaimana?
Kenapa semua yang ku lihat hanya kerusakan? Apakah karena aku terlalu fokus pada kerusakan itu? Atau memang terlalu banyak kerusakan yang terjadi?
Apakah tidak ada hal baik yang bisa ku syukuri?
Aku sangat ingin bersyukur dengan hal-hal baik dalam hidup ini.
Lagi-lagi aku termenung, dan kadang menanyakan pada teman dudukku, "Apakah aku yang terlalu kaku? Rasanya aku begitu benci dengan semua ini."
Sebenarnya...
Aku khawatir, apakah aku juga tanpa sadar adalah bagian dari orang-orang yang berbuat kerusakan?
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Araf: 56)
Komentar
Posting Komentar