Langsung ke konten utama

Menemukan Hal-hal Baik dalam Hidup?

Orang bijak bilang, "Kalau kita mau mencari hal-hal baik dalam hidup, maka kita akan menemukan banyak kebaikannya. Sedangkan kalau kita hanya mencari keburukannya, maka yang muncul juga keburukannya. Tinggal kita mau fokus melihat yang mana."

Deep.

dan sulit.

Aku sedang kesulitan mencari hal-hal baik dalam hidupku, entah apakah dunia sebobrok itu, atau aku yang sekaku ini.

Melihat banyaknya kemunkaran, kemunduran dalam mindset, aturan pemerintah yang semrawut, aku bingung harus bagaimana.
Aku seolah merasa harus melakukan sesuatu, tapi aku bingung harus melakukan apa, saking banyaknya.

Siswaku yang sering berkata kasar, aku ingin membuat mereka meninggalkan kebiasaan buruk itu. Tapi bagaimana? Kalau sosial media saja isinya kata kasar semua? Kolom komentar dipenuhi dengan bahasa yang vulgar dan kotor. Video pendek yang hilir mudik isinya cacian, makian, sumpah serapah. Lantas bagaimana aku bisa membuat mereka meninggalkan kebiasaan itu?

Siswaku yang mencontek saat ujian. Ku katakan pada mereka, kalian harus jujur! Kalian harus punya integritas.
Tapi siapa peduli? Kalau bahkan orang dewasa pun kerap berbuat kecurangan. Pejabat pun korupsi.

Siswaku yang pacaran. Ku ingatkan pada mereka, terutama anak perempuannya, untuk menghargai diri mereka sendiri, menjaga kehormatan mereka. 
Tapi anak muda dengan ratusan ribu pengikut, yang kemudian menamakan dirinya selebgram, yang membranding dirinya dengan sebutan ustadz atau ulama, justru tak malu berzina. Ia pertontonkan hal ini untuk dunia. Dan itulah yang dilihat siswaku dan semua orang. Yang tua tak mau kalah, koar koar di khalayak ramai, bahwa tak apa pacaran asal jangan kelewat batas. Batas bagaimana yang dimaksud? Bukankah Allah sudah jelas mengatakan untuk menjauhi zina?
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Siswaku yang pacaran dan melampaui batas. Bukankah mereka punya orang tua dan keluarganya yang harusnya mengingatkan? Bukan membiarkan dan tak jarang mempercayakan begitu saja anak-anaknya berdua-duaan?
Kenapa aku yang hanya gurunya, yang malah mencelos melihat kenyataan ini?

Lingkungan yang rusak, sampah dimana-mana, anak anak bahkan tak malu meninggalkan sampahnya di tempat peribadatan saat kegiatan Isra Mi'raj kemarin.
Bagaimana mereka bisa menjaga lingkungannya sendiri? Bagaimana mereka ku minta untuk tidak buang sampah di jalanan, selokan, atau sembarang tempat? Saat rumah Allah saja tak segan dikotori.

Lingkungan yang rusak, tapi sebagian tampak acuh. Mereka menerbangkan balon-balon sebagai puncak sebuah perayaan. Tidakkah kamu pikir bahwa balon-balon itu akan meletus dan menjadi sampah? Apakah kamu mengira balon itu akan menguap dan lenyap ditelan langit?

Genosida di P*lestina. Ku katakan pada mereka untuk "ayo kita tunjukkan dukungan kita Nak, kita bisa memboikot brand yang terafilisiasi dengan isrhell"
Tapi orang dewasa di sekitarku yang berhijab lebar dan shalat lima waktu pun, makan siang di kf* tanpa merasa berdosa. Apa yang harus ku katakan pada anak anak?

Marwah yang makin morat-marit.
Tua muda, laki-laki atau perempuan, saling menunjukkan aibnya tanpa malu. Melalui sosial medianya, dengan dalih mencari jati diri, mencari sesuap nasi, atau ribuan alasan lain yang seyogyanya tak akan pernah dibenarkan.
Mereka saling berlomba-lomba untuk melakukan hal yang semakin tidak masuk akal.
Perempuan yang menanggalkan hijabnya, transgender, konten kreator yang melakukan hal gila, tindakan asusila, dan banyak sekali, sampai aku pun menuliskan ini dengan gejolak emosiku yang tidak terbendung.


***

Apakah ini akhir zaman yang Engkau maksud?

Satu persatu manusia yang mestinya menjadi seorang panutan, justru melakukan hal tidak terpuji.

Guru? Ada yang berzina.
Ulama? Ada yang korupsi.
Penegak hukum? Menggunakan narkoba.
Para pejabat? Mereka mengkhianati rakyat.
Hakim? Mereka bisa disuap.

Siapa? Siapa manusia yang bisa ku jadikan teladan? Siapa manusia yang bisa dengan bangganya ku jelaskan pada siswaku untuk "Ini Nak, kalian contoh saja ini!". Tidak ada.
Tidak ada satu pun.

***

Aku tau, aku tidak akan bisa mengubah semua ini. Aku tidak bisa mengubah orang lain, tidak pula bisa mengubah sistem.
Tapi ku rasa, aku harus melakukan sesuatu.
Hanya saja aku terlalu bingung harus melakukan apa.

Rasanya sulit sekali menemukan hal-hal baik dalam hidup.
Aku harus bagaimana?

Kenapa semua yang ku lihat hanya kerusakan? Apakah karena aku terlalu fokus pada kerusakan itu? Atau memang terlalu banyak kerusakan yang terjadi?

Apakah tidak ada hal baik yang bisa ku syukuri? 
Aku sangat ingin bersyukur dengan hal-hal baik dalam hidup ini.

Lagi-lagi aku termenung, dan kadang menanyakan pada teman dudukku, "Apakah aku yang terlalu kaku? Rasanya aku begitu benci dengan semua ini."

Sebenarnya...
Aku khawatir, apakah aku juga tanpa sadar adalah bagian dari orang-orang yang berbuat kerusakan?

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar Rum: 41)

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Araf: 56)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.