Langsung ke konten utama

Society~

Bismillahirrahmanirrahim

Berkali kali berniat menuliskan hal ini... Tapi ada saja udzurnya. Nah alhamdulillah kali ini berkesempatan menulis, semoga bermanfaat. 

Ini pure pengalamanku, jujur aku malu menuliskannya, cuman ku pikir yasudah ditulis saja, diambil hikmahnya. 

***

Karena terlahir dalam keluarga biasa saja dan tidak terpandang, aku melalui banyak hal dengan susah payah.

Pun kehidupan sosial yang kurang ramah dan terkesan mendiskriminasi mewarnai hidupku sejak kecil. Sampai aku akhirnya membuat kesimpulan bahwa 'seseorang dipandang dari siapa teman mainnya'.

Aku menjadi lebih sering bergaul dengan teman teman yang 'aman'. Kalian tau kan? Kadang dalam sebuah pertemanan selalu ada saja yang dikucilkan dan dijauhi? Sebenarnya bukan selalu memandang fisiknya, tapi lebih kepada obrolan dan pola pikirnya. Artinya beberapa atau seseorang dijauhi karena dianggap 'aneh', 'nerd', atau 'tidak nyambung'. Walau memang selalu ada juga yang dijauhi karena fisiknya. 

Beruntungnya aku bukan 'yang dijauhi'. Hanya karena lingkunganku begitu, aku juga membebek menjaga jarak dengan 'yang dijauhi'. Bukan karena membenarkan tindakan yang lain tapi lebih karena tidak ingin menjadi 'seseorang yang dijauhi' juga.

Aku sibuk mengejar ketertinggalan. Sibuk berlari membersamai teman teman berprestasiku. 

Sampai aku masuk kuliah dan... Aku berada dalam lingkungan yang baik :') 
Lingkungan yang menerima aku apa adanya tanpa memandang latar belakangku. Lingkungan yang tidak menjudge siapapun. Lingkungan yang cukup ramah dan masa bodoh pada kekurangan seseorang. Terima kasih angkatan kimia 2011 ku. Aku bangga dan bersyukur berada di antara kalian.

Walau kenyataannya aku juga berlari kala itu, namun aku memiliki waktu untuk melihat dan peduli pada sekelilingku :) 

Aku leluasa berteman dengan siapapun. Tidak ada yang dijauhi. Tidak ada yang dikucilkan. Aku tidak perlu menutupi apapun kekuranganku, aku hanya perlu bersikap menjadi diriku, dan semua menerima itu. 

Aku kemudian lulus dan bekerja. Dalam perjalanan ini aku diberikan Allah kesempatan untuk meluruskan semua kesalahpahaman yang ku buat dulu.
Seolah direstui semesta, teknologi saat ini memudahkan kita mencari dan dicari. Aku beranikan diri menyapa teman temanku yang pernah ku tinggalkan, aku minta maaf dan ridhonya. Dan hebatnya mereka dengan lapang dada memaafkan dan memaklumi semua yang pernah terjadi di masa lalu. :) 
Masya Allah. 

Ah ya, 'teman yang ku tinggalkan' bukan berarti kayak... Aku memutus silaturrahmi ya dulunya. Tapi... Aku terlalu fokus pada diriku dan 'teman baik'ku, sampai aku kurang memperhatikan bagaimana perasaan sekelilingku, termasuk mereka 'yang dijauhi' dan hal remeh temeh lainnya. 
Mereka yang ketika dulunya dikucilkan, bukan berarti dibully atau dihina, dipukuli babak belur dll, hanya menjadi orang yang tidak prioritas di society.

Fyi lagi, untuk menjadi prioritas, too much hal yang harus kalian miliki. Orang orang yang menjadi prioritas di societyku adalah
1. Orang yang good looking
2. Orang yang supel-ramah-gaul
3. Orang yang berprestasi
4. Orang yang backgroundnya bagus (Ayah Ibunya orang terpandang) 

Aku? Oh aku bukan prioritas, cuman orang biasa. Hehe. That's why aku saja, sibuk untuk menyamai langkahku dengan mereka semua, bagaimana bisa aku 'masa lalu' memperhatikan orang lain dengan baik? 
:) 

Yah begitulah. 
Sejujurnya aku berteman dengan orang orang yang sefrekuensi, kurasa semua orang juga begitu kan? 
Misalkan sama visi misinya, sama ideologinya, sama hobi passionnya, dan kesamaan lain. 
Namun, walau kita tidak satu frekuensi, bukan berarti kita jadi abai sama yang lain ya? 
Nah aku di masa lalu, adalah seseorang yang sibuk bersama yang satu frekuensi saja. Oleh karenanya, sekarang aku berusaha menebus beberapa kurangku dulu. 

Kita memang tidak bisa menjadi seorang yang sempurna bagi semua orang. Kita tidak bisa menyenangkan semua pihak. Tapi, setidaknya kita bisa peduli pada mereka.

Kita tidak harus berteman dengan semuanya, tapi kita bisa paling tidak jangan jadi musuh bagi mereka. 

Begitulah kira kira maksudku. Hehe

Yaudahsih mau cerita seperti ini saja. 
Mungkin kalau aku bisa kembali ke masa lalu, aku hanya ingin ramah dan menanyakan pada mereka 'yang dijauhi', menanyakan "apakah kalian baik baik saja?" :') 
Atau mungkin aku juga perlu bertanya pada diriku sendiri, "apakah aku juga baik baik saja?"

Aku tidak menyesal berada dalam lingkunganku dengan society yang begitu (kurang ramah), because thats how the world works. 
Hanya aku menyesal karena aku terbawa arus dan tidak bisa menjadi the best version of me.

Pesanku... Mungkin sesekali kita bisa menarik dari dari kesibukan selama ini, dan... bernapas. Untuk kemudian memperhatikan sekitar. Adakah yang saat ini tengah kesulitan? Adakah yang depresi dan tertekan? Adakah hal baik yang bisa kita lakukan agar keberadaan kita terasa bermakna bagi yang lain? :) 

Semoga kita bisa membantu sesama ya, dan tidak perhitungan. Hehe~

Ciao bella :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bersyukur

Hari ini aku mengajar. Menjelaskan dengan suara lantang dan tangan yang ku masukkan di saku. Oh ayolah. Jangan kaku begitu. Jangan kamu bilang aku sombong karena gesture ini. Tangan yang dimasukkan ke saku...memang seenak itu! Rasanya letih sekali kalau harus kamu kritik hal itu. Di sela mengajar, Anak anak kelas lain lewat sambil menoleh ke kelasku, bergantian memberikan senyum untukku, atau melambai padaku. Pun ketika aku berjalan di koridor, sapaan, tawa, malu malunya mereka, hal remeh yang ternyata menyenangkan untuk dirasakan :) Semoga semua perlakuan itu tulus dari hati. Dengan begitu, hatiku juga bisa nyaman menerimanya. :) Terima kasih ya Allah. Aku bersyukur.

Kapsul Waktu Part 1 (Teknologi)

Membicarakan masa lalu memang seseru itu. Anak anak kelahiran tahun 90an pasti sangat relate. Tapi tidak banyak yang bisa berlama-lama membicarakan masa lalu lagi saat ini, waktu semakin menghimpit, beban semakin berat di pundak, banyak pekerjaan yang mencapai tenggat. Padahal seandainya mau meluangkan waktu, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk mengupas masa lalu tak akan pernah sebentar. Mari kita bercakap-cakap masa lalu yang luar biasa itu disini saja, sebab kini kita sudah kehilangan banyak kesempatan. Kali ini temanya teknologi, tapi mungkin tidak runut ceritanya, aku minta maaf dulu :D Dan semoga ada kesempatan berikutnya untuk kita membicarakan tema lainnya. *** Aku punya sebuah kotak kardus kecil di lemari, isinya adalah beberapa kenangan di waktu sekolah dulu. Saat aku menyimpannya, aku tak punya maksud apa-apa selain terlalu sayang untuk membuang benda tersebut. Tapi kini aku bersyukur masih memiliki benda-benda itu, aku seperti sedang mengubur kapsul waktu. Benda-benda itu...

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu. Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan. Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing. Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku. Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya. Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku, Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang. Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya). Aku bersemangat melakukannya. Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor. Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba. Aku akhirnya bermain bersama sama. Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang! Setelah main tali, aku memainkan ru...

Win Some and Lose Some

"That's how it is. You win some you lose some. That's how the world works. I don't have any regrets at all" Suga BTS said after their concert. Sederhananya kurang lebih, untuk mendapatkan sesuatu kita harus siap kehilangan yang lain. Aku merenung sebentar. Maksudku, ku pikir aku yang tidak bisa mengatur waktuku disini. Atau...aku yang salah dalam melangkah. Nyatanya, ini semua hanyalah sebuah hukum alam yang sulit tertampik. Aku sering merasa bersalah meninggalkan rumah dari pagi sampai sore, kemudian di kamar sepanjang malam dan baru keluar kalau lapar. Rasa rasanya, aku tidak mampu kalau harus sekadar bercengkrama selepas maghrib di ruang tivi. Karena kantuk dan penat yang sangat rindu kasur. Apalagi kalau harus bekerja lagi  di rumah, seperti memasak, menyapu dan sebagainya. Di kantor semua energiku terkuras habis, tidak hanya di badan, di pikiran juga, pun di hati juga. Jadi pulang ke rumah, aku hanya ingin mengistirahatkan semua dan kemb...

Nilai Oh Nilai~

Sedang mengerjakan erapor, rutinitas tiap akhir semester. Bagian paling berat adalah menuliskan nilai jujur ke anak anak. Sebenarnya bukan pelit nilai sih, tapi ya apa adanya aja ke anak, dan sebenarnya pun kalau harus apa adanya, nilainya gak akan sebagus itu hahaha Kayak 70 pun jauh kali, realnya gak sampe 70. Terus juga mikirin efek psikologisnya ke anak anak, kalau dikasih nilai segini, nanti gimana ya efeknya? Makin semangat atau gimana ya? Mikir juga, nilai ulangannya jujur atau curang ya? Gak bisa mentah-mentah ngambil nilai ulangannya, kudu ditelusuri juga kesehariannya gimana, aktif gak? Lengkap gak tugasnya? Sama guru lain gimana? Hehehe Jadi kalau ada yang bilang ibu pelit nilai, sini ku kasih lihat real-nya nilai, dan perhitungan matematis dan pertimbangan attitudenya juga. Maka  kamu akan tercengang dengan nilainya :P Dan fyi aja, nilai nilai itu sudah digodok dengan lama, dipikirin minimal tiga kali banget, kadang diubah karena kasihan, kadang diubah karena banyak hal...

Himdeureo

Jalan ini sulit, Apakah akan terasa mudah jika melaluinya bersamamu? Aku sekarang tidak mahir membuat tulisan panjang lebar lagi, mungkin karena aku tidak punya objek dalam tulisan ini. Tak ku tujukan pada siapapun, tak ku sematkan untuk siapapun. Tulisan tulisan tak bertuan. Miliki saja bila kau ingin. *** Aku ada disini. Dalam ratusan tulisan yang bisa kau baca tiap hari. Kau bisa mampir jika ingin. Kau bisa membacanya jika rindu. Seolah aku sedang bercakap di depanmu. Kau bisa membawaku dalam semua kegiatanmu. Saat kau menunggu antrian, saat kau sedang bosan, saat kau akan tidur. Aku selalu ada. Tapi bagiku, kau tidak ada dimanapun. Kau tidak bisa ku temukan dalam apapun. Kau tidak akan pernah hadir walau ku cari bertahun tahun. *** Aku membencimu, sebanyak aku ingin melupakanmu.

B E I N G G R A T E F U L

Aku begitu mencintai setiap fase hidupku. 30 desember 1993 kala itu. Aku terlahir bersama ribuan bayi mungil di luar sana.  Lahir sebagai bayi normal nan sehat. Menghirup udara yang lebih menyejukkan. Merasakan ruang yang lebih lapang. Aku menjadi jawaban yang ditunggu ibu selama sembilan bulan mengandungku. Diperdengarkan adzan sebagai tanda kepatuhan pada Rabb-ku. Diberi nama sebagai doa dan impian ayah ibu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap detik hidupku, aku dan semua manusia di belahan bumi manapun selalu dijaga malaikat. Di setiap malam kita terbaring pulas, ada doa ibu yang selalu menyelimuti. Dibesarkan dengan untaian doa doa terbaik. Dibahagiakan dengan kebesaran hati Tuhan yang Maha Baik. Diberi makan dan minum dari rejeki yang halal. Dianugerahi nikmat anggota tubuh yang sehat dan lengkap. Dilindungi dengan cinta dan harapan. Direngkuh dengan kasih dan sayang.

Takdir

Ada yang mengejarku selama ini, aku menghindar. Entah apa yang salah, mungkin aku membenci caranya mendekatiku. Setiap perhatiannya memuakkan. Aku juga kebingungan dengan diriku ini. Ternyata memaksakan diri jatuh cinta memang tidak mudah. Mungkin begitulah aku di matamu? Seketika itu aku bercermin. Melihat pantulan diriku yang begitu hebat masih mengejarmu. Mungkin kamu sangat terganggu dan kebingungan menghindariku. Dasar aku, kamu, dan takdir ini.
Mau produktif menulis, tapi makin kesini makin membuncah rasa malasku, Hati yang khawatir, cemas berkepanjangan, tiba tiba datang menyerang, Aku ingin produktif, tapi terlalu malas

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.