Langsung ke konten utama

Postingan

Featured post

Mood Booster❤

Bismillahirrahmanirrahim Sebaik-baik mood booster, adalah kalimat Allah. Buat kalian yang sedang bersedih. Semoga membantu. Terjemahan Al Quran, surah Fushilat. 30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: " Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu " 31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. From me, with a lot of love❤❤❤
Postingan terbaru

Gamang

Aku kehabisan kata, merayumu pada Tuhanku. Gamang. Dalam khayalku kamu begitu sempurna, tapi aku pun tak cukup berani memaksa Tuhanku. Karena aku tau kita sangat berbeda. Kamu tidak cukup berusaha, hanya menjadi dirimu tampil apa adanya di hadapanku. Tidak beruntungnya, justru aku jatuh suka. Aku takut berusaha. Tampil sekuat tenaga menjadi wanita kuat di depanmu, dan membiarkanmu pergi berlalu. Kamu bukan sederet nama yang singgah di kepalaku. Kamu masih menetap. Aku enggan mengakui itu. Semoga perasaanku segera sirna padamu.

Aku Takut

Ya Allah, Ku tuliskan apa yang sedang bergumul di dalam dada. Rasa bersalah, takut, khawatir, sedih, marah, lelah- Ya Allah... Aku tidak mampu lagi untuk melangitkan harapku. Aku pernah berdoa, ingin melakukan perjalanan dinas. Setelah 9 tahun aku berkarir, minggu lalu akhirnya aku melakukan perjalanan dinas keluar kota. Dalam perjalanan yang ku awali dengan ridho orang tua dan perasaan bahagia, ternyata ku iringi dengan tangisan sesak dan ketakutan. Ku akhiri perjalanan dinas itu dengan sisa air mata. Ada banyak pengalaman yang ku dapat. Ada pelajaran dan hikmah. Serta ada pula ujian di dalamnya. Tapi, Kini aku takut pada doa doaku. Aku takut itu tak baik untukku. Apa yang baik untukku? Bukankah aku pun tak mengerti ya Rabbi? Atas tiap doa yang ku rapal penuh harap dan tangis itu, apakah banyak yang tak baik bagiku? Tapi aku pun tak tau. Pada tiap potongan teka teki kehidupanku. Potongan puzzle yang perlahan tersusun dalam hidupku, Engkau yang paling paham bahwa aku ini hanya hambaMu

Pukul Tujuh Pagi

Rasanya aku dulu pernah memikirkan ide ini dan ku tulis. Entah kenapa dicari cari kok tidak ketemu. Anyway, akhirnya dengan segala kemurahan hatiku, ku tuliskan saja kembali. Ide tulisan ini muncul ketika aku sedang mengantre di klinik dokter, beberapa tahun silam. Sambil duduk dengan gelisah, aku memperhatikan orang orang yang sakit. Beberapa tampak mengobrol. Ada juga yang menenangkan anaknya dalam gendongan. Ada juga yang terpekur memandangi telepon pintarnya. Banyak juga yang diam tidak melakukan apa apa. Aku mengalihkan pandangan. Tidak banyak juga yang bisa diperhatikan di sini. Hanya jendela tinggi dan dinding klinik yang dicat putih membentang di hadapan, dimana salah satu sudutnya terpasang poster diare. Ada tangga menuju ke klinik atas. Sepertinya klinik anak dan gigi.  Juga pintu pintu ruangan klinik lain yang kosong. Ah. Begitulah jiwa penulis. Dimanapun kapanpun, ide selalu hadir tanpa permisi. Di saat orang lain bengong, otakku justru sibuk memaknai tiap peristiwa yang ad

Dear Aku

Dear aku, Semoga semua keberuntungan dan ketenangan dalam hidup ini merengkuhmu dengan sempurna. Semoga hal hal pahit dalam hidupmu, mereda dan menemukan sabarnya. Semoga keluargamu, temanmu, lingkunganmu, menjadi tempat ternyaman dan teramanmu, yang bisa dijadikan rumah, tempatmu pulang dari hiruk pikuk. Dear aku, Dear aku... Dear aku, kuatlah, hebatlah, Semoga badaimu segera bertemu pelangiNya.

Bahagia?

Bukankah seharusnya orang tua baru bisa bahagia ketika melihat anaknya bahagia? Kalau perihal menjodohkan paksa dengan penuh rahasia dan hal hal yang ditutupi, berujung pada tanda tanya. Lantas buat apa? Menyerahkan tanggung jawab pada anak. Abai pada tugas sebagai orang tua. Memaksakan dengan bayang bayang usia yang terlambat. Apakah anak akan bahagia? Kalau anak menjalani dengan terpaksa, di bawah ancaman, di bawah rasa bersalah dan ketakutan, apakah orang tuanya bisa bahagia dan berbangga dengan pencapaian yang mereka buat? Bukankah anak berhak punya rasa aman? Apalagi dengan orang tuanya. Ini bukan teman, bukan tetangga, ini orang tua. Tapi, belum menikah kan bukan aib? Kenapa aku seperti melakukan dosa besar karena masih belum menikah?