Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2019

Believe

Bismillah. Percaya rencana Allah. Siang ini selepas dzuhur, pakde dilarikan ke rumah sakit karena pingsan. Aku membayangkan mencari beliau di kamar inap, mencari tiap ruang, menelusuri nama nama ruangan dan tersesat seperti biasanya. Nyatanya, sesampainya di rumah sakit, beliau masih di ruang tindakan di IGD. Lagi lagi di bayanganku, pakdeku cuma sedang dipasangi infus dan gelang pengenal seperti biasa. Tapi tindakan dokter untuk beliau ternyata lebih serius dari dugaanku. Harus pakai kejut jantung. Masya Allah. Berkali kali ku dengar dari balik tirai, dokter dan perawatnya bergumam. Mungkin sekitar 20 menit, tak kunjung disingkap tirainya. Kami tak bisa melakukan apapun selain memanjatkan doa pada Allah. Aku pun menelpon keluarga besar, meminta mereka menghampiri kemari. Perawatnya sempat memberitahukan pada kami "jantungnya sudah lemah bu, kami sudah coba berkali kali. Doanya aja ya". Bude ku hanya diam kebingungan. Aku pun bingung harus melakukan apa. Nam

Nasihat untuk Para Bapak

Pesan dari para ibu ibu kemarin pagi "Mukti nanti kalau cari suami harus yang berlebih ya (materi)" Ku jawab, "Yang kurang aja belum tentu dapat bu" hihi ❤❤❤ Nggak usah senegatif itu bacanya. Para ibu itu menceritakan tentang lelahnya jadi wanita karir. Mereka meninggalkan anak demi mendapatkan penghasilan. Bukan, sungguh bukan hanya karena mereka mengejar gengsi. Tapi karena penghasilan suaminya dirasa belum mencukupi. Mereka harus bekerja di luar, itu demi membantu perekonomian bersama. Wanita karir yang harus bekerja dan meninggalkan anak. Tidak sesederhana yang terlintas dibenak para bapak. :) Meninggalkan anak itu bukan perkara mudah. Apakah dengan menitipkannya ke pengasuh atau menitipkannya ke ibu mereka jadi solusi? Sejujurnya tidak. Tetap akan ada yang hilang di antara hubungan ibu-anak. Apa itu? Memori dan kedekatan emosional. Bukankah madrasah pertama itu jatuh ke tangan seorang ibu? Lantas bagaimana bisa ibunya mengaj

Ketinggalan Jaman

Pengumuman kelulusan yang entah kenapa selalu identik dengan aksi corat coret baju kemudian konvoi. Tahun 2011 yang lalu. Saat pengumuman kelulusan dilaksanakan. Sebenarnya sekolah pun melarang kami corat coret baju. Karena apa? Ya jelas karena tidak ada manfaatnya. Tapi sebagian besar dari kami tetap saja mewarnai baju kami dengan pylox dan kesana kemari mengedarkan tanda tangan. Aksi itu dilaksanakan di sekolah, dan guru-gurunya ada. Mungkin mereka akhirnya mengalah dan memaklumi kenekatan kami. Namun di sudut, ada beberapa dari kami yang lebih memilih untuk main game dan membiarkan seragamnya tetap polos. Tutup mata dengan keramaian di depannya. Asik dengan dunia mereka. Di jamanku sekolah, mungkin aksi corat coret baju sekolah masih in. Tapi untuk sekarang, kenapa kesannya kurang oke ya? Apa mungkin karena aku sudah melalui jaman itu? Apa faktor usia? Apa karena aku sudah menyadari sepenuhnya bahwa aksi itu sangat tidak manfaat? Apa karena it's boring?

Semua Orang Punya Cerita

Drama korea yang kalian sepelekan itu, beberapa diantaranya banyak sekali ilmunya. Ilmu tentang...berkorban. Di satu kantor kepolisian. Ada seorang detektif junior yang bekerja begitu rajin dan giat. Sangat antusias dan instingnya kuat. Suatu hari tim-nya menangani kasus penculikan dan dia tau siapa tersangka utamanya. Namun karena minimnya bukti, dia tidak bisa meminta surat perintah penggeledahan atau penangkapan. Dia sangat frustasi. Dan dia merasa 'seorang diri', karena sunbae-nya di tim tidak ada yang mendukungnya. Sampai suatu ketika dia memilih melepaskan jabatannya dan meninggalkan kantor, demi menangkap tersangka tersebut secara ilegal (tanpa surat). Kemudian semua sunbae-nya mengejar dan menenangkannya dengan kesal. Mereka mengatakan "kami tau dia tersangkanya! Kami pun stres karena tidak bisa menangkapnya! Kita kekurangan bukti!!". Ternyata, tanpa sepengetahuannya, sunbae-nya di tim sudah sering kali dimarahi oleh atasan mereka, akibat tindaka

Kata Ustadz Hanan Attaki

Kalau kata ustadz Hanan, "Qolbi, jannati" atau "hatiku, surgaku". Karena surga kita ada di hati, bukan di tempat lain. Walau beberapa orang (termasuk aku) kadang kebingungan mencari bahagia. Mengira kebahagiaan ada di mall, ada di gunung, pantai, atau tempat tempat lain. Mengira kebahagiaan ada di benda, seperti handphone, sepatu, mobil, uang, emas, berlian atau benda bernilai lainnya. Memang tidak bisa ditampik, dengan adanya mobil, beberapa orang bahagia. Dengan memiliki uang, beberapa orang mengaku gembira. Namun, sifatnya tidak kekal. Ada banyak orang yang memiliki mobil, masih bermuram durja. Ada banyak orang yang kaya raya, hidupnya depresi sampai nekat bunuh diri. Lantas bahagia seperti apa yang melekat di benda benda seperti itu? Bahagia itu disini (hati). Tidak mudah :') aku pun kesusahan. Tapi bismillah, yakini saja. Bahagia dengan mensyukuri dan menerima. Berdamai dengan keadaan❤ Semoga kita bisa terus berbahagia hing

Happy Graduation Kelas XII 2019

Ditujukan untuk anak anak baik yang berhati lapang dan berpikiran terbuka. Bagi yang hatinya sempit, pikirannya tertutup, emosian, sebaiknya tidak perlu membaca❤ hihi Bismillahirrahmanirrahim... Assalamualaikum... Memenuhi janji nulis tadi. Let me say this first ya, "Selamat perpisahan anak-anak!" Alhamdulillah hari kemarin nggak ada yang nangis. Semuanya happy. Semuanya cantik cantik dan ganteng ganteng as always. Sebenarnya cuman mau nulis "sorry and thank you" aja sih ini. Hehe. Sebelumnya juga ibu minta maaf, karena tulisan ini ditujukan untuk anak anak seangkatan, ibu nggak bisa kalau harus menuliskan nama kalian satu satu dan mengulasnya. Gimana ibu bisa nulis ulasan buat 199 anak? Too much ya, Nak. Bisa nangis jari jari ibu. Anyway. Ya, akhirnya kita sampai di hari ini. Ibu bahagia untuk kesempatan yang sudah Allah berikan pada ibu. Ibu bisa mengantarkan kalian sampai disini. Selesai sudah tanggung jawab ibu. Untuk beberap