Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2024

My Hardest Part (4)

Bismillahirrahmanirrahim... Baca dulu part sebelumnya ya, part 1 , part 2 , dan part 3 . Hari-hari berjalan perlahan. 21 Maret itu aku mulai memberanikan diri jalan berdua dengan temanku ke kafe di kota kami. Pagi-pagi kami sudah duduk manis memesan es stroberi dan nasi goreng. Kafe-nya masih sepi. Sejak itu, aku mulai berani membuka diri di keramaian (yang sepi). Selama sakit aku sama sekali tidak keluar rumah untuk main, pikiranku runyam sekali, aku lebih suka tiduran di samping ibuku. Dan kini aku menatap jalan raya dari balik jendela kafe. Ah. Menyenangkan bisa kembali setelah nyaris kehilangan diriku . Setelah dari kafe, kami ke miniso, kemudian jalan memutari sebuah kebun hijau. Aku bersyukur untuk banyak hal. Aku mulai kembali kerja lagi. Walau masih tertatih. Atasanku sangat bijaksana saat itu, beliau memberikan aku ruang dan waktu hingga pemulihanku. Beliau tidak menuntut banyak hal. Aku menjalani hari yang terik dan hujan yang dingin. Ku nikmati tiap detailnya dengan baik. Bu

My Hardest Part (3)

Bismilahirrahmanirrahim Ditulis selepas shalat maghrib. Baca dulu part sebelumnya ya, part 1 dan part 2 *** Berbagai metode dan pendekatan sejatinya sudah pernah ku jajal. Mulai dari ruqyah syyariah bersama ustadz, dibacakan doa oleh ibuku sendiri, dibuatkan air doa dari air wudhu oleh ibuku sendiri, diberi tips dzikir oleh suami sepupuku, dibawakan air zam-zam dari temanku, dibawa ke psikiater, diskusi dengan psikolog, bahkan juga mencoba hipnoterapi. Tapi khusus hipnoterapi aku pribadi sangat tidak menyarankan. Karena menurut ust Zaidul Akbar pun beliau tidak membolehkan. Padaku juga dampaknya langsung terasa, kambuh maag-ku sepulang dari sana, dan keadaanku semakin memburuk. Awalnya aku masih bisa makan minum dan kerja, setelah sesi hipnoterapi justru aku muntah-muntah, diare, sekujur tubuhku dingin dan ngilu. Banyak sekali naik turun terjalnya perjalananku. Sulit untuk ku ungkap secara detail, saking ruwet dan kompleksnya. Aku masih terus menemui psikiater hingga awal bulan maret.

My Hardest Part (2)

Bismillahirrahmanirrahim Tulisanku kedua, yang pertama bisa baca disini . Aku tidak tau kapan tulisan ini akan rampung ya.  *** Aku dan ibu akhirnya membuat janji temu dengan psikiater. Malam-malam gerimis kami memesan taksi online. Aneh rasanya di sepanjang perjalanan, apalagi saat supirnya mencoba ramah dengan bertanya apakah kami mau berobat? Berobat apa? Padahal satu-satunya dokter yang ada saat itu adalah dokter jiwa. Aku bertemu psikiater. Rasa di dalam dadaku campur aduk. Takut, malu, sedih, dan emosi lain silih berganti. Aku menceritakan apa yang ku alami pada dokternya, sambil menggegam erat buku jariku, sesekali aku menangis. Dokternya merespkan obat, mengatakan padaku bahwa sakitku ini memang ada, namanya anxiety disorder  atau gangguan kecemasan berlebih, dan bisa diobati.  Waktu pengobatannya enam bulan. Tapi sebenarnya waktu pengobatannya fleksibel, bisa lebih cepat, bisa juga lebih lama. Bahkan bisa tahunan. Aku lemas dan gontai berjalan keluar ruangan. Pukul 9 malam. Ak

My Hardest Part (1)

Bismillahirrahmanirrahim... Aku akan memberanikan untuk membuka sebuah luka dalam hidupku. Ini tentang sesuatu yang menimpaku setahun yang lalu. Jika ada dari kalian yang merasa tidak nyaman dengan tulisan ini, bisa skip saat ini juga. Tulisan ini entah akan jadi berapa bagian. Saking panjang dan lamanya. *** Kalian mungkin pernah mampir ke tulisanku di bulan maret 2023, judulnya NKTCTHI (Nanti Kita Tidak Cerita Tentang Hari Ini) yang juga ada part 2-nya .  Aku kekeuh selama itu tidak ingin membuka luka ini di blog-ku, karena aku masih beranggapan ini adalah sebuah aib. Tapi waktu berlalu, banyak pengalaman yang ku dapat, banyak artikel dan cerita orang lain bersliweran, yang membuat aku mengerti bahwa ini bukanlah aib, dan tak apa kalau kita terbuka membicarakan ini. Luka ini seperti luka luka lain yang normal untuk dimiliki dan bisa sembuh. Luka ini bisa terjadi pada siapa saja. Luka ini pun bukanlah dosa, jadi tak apa. Tujuan aku menceritakan luka ini adalah aku sangat berharap ora

2nd Choice

Gimana rasanya jadi second choice? Jadi ban serep? Tentu ini sangat melukai, nggak nyaman, memuakkan. Kalau ini dalam hubungan asmara lawan jenis, aku jelas akan cut off. Tapi bagaimana kalau ini dalam hubungan pertemanan? :') Hm.. *** Dari dulu temanku memang tidak banyak. Aku introvert. Aku tidak terlalu suka bertemu dalam circle yang besar. Aku suka pertemuan satu dua orang yang intimate, membicarakan hal hal penting seperti self improvement, atau sekadar deep talk. Fyi, introvert itu bukan ansos ya. Aku suka berteman. Tapi tidak di keramaian saja. Dalam pertemanan, aku sangat tulus dan all out. Aku bisa saja berselancar di market place berjam jam untuk mencari hadiah untuk teman temanku. Random saja. Walau akhirnya masih di keranjang dan uangnya tidak pernah cukup. Jelas sebagai teman, aku sangat menyadari aku punya banyak kekurangan. Aku cerewet, berisik, clingy, manja, bossy, tidak mandiri, attention seeker, dan banyak sekali kekurangan lain. Tapi ku rasa tiap orang punya ban

Si Pengagum Benda Langit

Aku akan membeberkan rahasia kecilku disini... Tentang bagaimana aku sebenarnya sangat mengagumi benda langit. Benda langit ya, bukan langitnya. Entah sejak kapan, aku sangat suka melihat bulan, bintang dan pelangi. Sepertinya sejak kecil. Tapi berhubung masih belum sempurna akalnya, jadi aku hanya terkesima saja. Dan setelah sedewasa ini, rasa terkesima itu semakin besar. Saking besarnya, setiap kali melihat benda langit, aku selalu senyum lebar, bahagiaaaa sekali. Malam ini aku melihat bulan sebagian tepat di atas kepalaku. Bersinar terang sekali. Dengan gumpalan awan tipis di sekitarnya. Masya Allah. Bagus. Gemerlap bintang juga jumawa sekali berhamburan di langit malam. Sayangnya aku tidak bisa mengabadikan gambar bulan dengan bagus, karena aku lupa pengaturan kamera hpku, jadi paling banter hanya terlihat titik bersinar saja. Juga aku sering sudah mencoba mengingat ingat pengaturannya, tapi tidak pernah ketemu, dan kakiku habis digigiti nyamuk. Maka kali ini aku cukup memandanginy

H+++ Lebaran

Alhamdulillah hujan Jam 2 siang lewat 10 menit. Sudah dzuhuran, sudah makan, lagi rebahan. Ngantuk banget. Harinya hujan. Masya Allah banget. Sempurna. Uang ditabungan ada, uang di dompet ada. Bakso masih ada. Suasana lebaran yang menyenangkan.

Dari Natasha Rizky Aku Belajar ...

Dewasa ini, mode pakaian makin beraneka macam. Kemudahan bertransaksi juga semakin ugal-ugalan. Semakin para perempuan berlomba menggunakan pakaian modis nan trend di jamannya, semakin aku juga sempat goyah dan menginginkan hal serupa. Celana kulot, rok span, kemeja yang lengannya bisa digulung, sweater atau hoodie, kerudung yang hanya disampirkan ke pundak. Padu padan pakaian warna bumi yang lucu lucu itu.  Padu padan yang tetap sopan namun tidak syari . Kamu kira aku tergoda? Jelas! Tentu iya! Sebagai manusia dan perempuan yang menyukai keindahan. Apalagi kalau IGS-ku isinya selebgram influencer yang pakaiannya begitu. Semakin menggebu keinginanku mencoba memakainya. Begitulah ujian kehidupan. Sudah berpakaian syari, digempur dengan kerudung segiempat ukuran 115 cm corak warna warni.  Tapi beberapa bulan terakhir aku tersadar. Dan aku bersyukur mengikuti IG Natasha Rizky. Tiap kali ku lihat pakaiannya yang syari dan sederhana, masya Allah. Semoga Allah mencurahkan kasih sayang dan pe

Merayakan Kemenangan

Bismillahirrahmanirrahim... Insya Allah besok 1 syawal, hari raya Idul Fitri yang ke-tigapuluhtahun untukku. Hari kemenangan bagi mereka yang telah memerangi ujian ujian sebelumnya. Setiap tahun momennya tentu berbeda, semakin tergerus, semakin terasing. Apakah aku yang menua hingga aku kehilangan ingatan hari raya, atau memang jamannya sudah berganti. *** Beberapa belas tahun silam, ingatanku kembali ketika adikku masih berumur 3 tahun. Aku menggenggam thr dari ibu. Adikku sudah tertidur dengan ibu di sebuah kasur besar berseprai kuning cerah, dan aku keluar rumah untuk melihat pesta kembang api, ku abadikan dalam handphone dengan resolusi yang tidak jelas. Suara takbirannya menggema, bertalu-talu tak berhenti hingga pukul 9 malam. Aku ingat malam itu. Dan malam ini, tak ada takbiran yang menggema, hanya sayup-sayup mengalun terdengar, seolah takut mengganggu dan dianggap tidak bertoleransi. Dentuman kembang api hanya dua tiga kali terdengar, mungkin banyak yang merasa bahwa membakar

Cerita Ramadhan

Minggu terakhir kerja... Setelah ini libur hari raya. Ah. Akhirnya terlalui juga masa masa ramadhan sambil bekerja. Setiap pagi berangkat dengan menggigil kedinginan. Perut begah, melilit, dan tidak nyaman. Tapi karena terus dijalani, ternyata dua minggu sudah berlalu. Dan kini memasuki minggu ketiga. *** Ramadhan ini selalu menyisakan gurat kesedihan dan banyak harapan. Kesedihan tersebab tidak maksimal menjalani ramadhan, dan harapan agar bertemu ramadhan berikutnya. Aku merasa aman di bulan ini, seolah bulan ini punya magis yang bisa menguatkan setiap keimanan manusia, menjadi tameng bagi hati hati yang rapuh, dan menjadi penyembuh bagi luka yang ada. Namun selama menjalani ramadhan, ternyata tidak mudah juga. Harus bergelut dengan rasa tidak nyaman karena maag, rasa mual dan sakit perut. Hingga untuk mendirikan shalat dhuha saja selalu banyak alasan. Atau kantuk yang tidak tertahankan ketika bangun sahur, lagi lagi mencari alasan untuk tidak shalat tahajud. Pikiran yang dipenuhi in