Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2021

Hak Istimewa

"Emang kakak tau Mukti yang mana?" "Oh yang (menyebut fisik aku dalam hal positif, karena ketika itu aku belum berhijab ya), dan ngomong inggrisnya bagus pake aksen Indonesia" (Padahal gimana atuh ngomong Inggris pake aksen Indo)  Sebuah balas balasan di komentar Facebook temen aku yang secara sengaja ku ketahui. Soalnya temen aku langsung mention aku. Hehe.  Nggak papa sih hari ini aku pengen mengatakan hal hal baik tentang aku aja. Mengingatkan ke diri aku, bahwa aku cukup baik dari sudut pandang orang lain.  :')  Dulu aku sering ikut lomba pidato Bahasa Inggris waktu SMP. Dan itulah momen dimana guru mulai menaruh perhatian padaku. Perkataan guru Bahasa Inggris aku saat itu, "oh bagus ya, apa.. Pronunciationnya bagus"  Sejak itu... Aku sering dipanggil buat ikut lomba dan disebut juga namaku dalam apel... Karena menang :p Kemudian...aku masuk ke tim debat di SMA... Dan itu membanggakan buat dikenang. Walau aku pengen minta maaf ke temen temen di tim

Cerita Ajaib Ketua Osis

Aku juga bingung sama hidup aku yang ajaib.  I am not that beautiful... Not famous. Standar lah. Yakali standar, malah kadang bagi sebagian orang, aku di bawah standar. Hehe. Gapapa.. Gapapa, you're enough (nepuk kepala sendiri).  Tapi, aku bisa bisanya ngalamin hal hal yang unbelievable.  Cerita aja kok. Please dont missunderstanding.  Jadi dulu waktu kuliah semester dua, musim main Twitter... Aku kan nyampah ya. Hehe. Biasalah gadis patah hati kekekeke Terus ada satu mention masuk, said "jangan sedih lagi, Mukti :) " Nah lo. Saking berkesannya, sampe detail banget ingatan aku.  Aku langsung cek sampai ke akar akarnya. Ternyata adek kelas aku SMA dan masih sekolah dia. Kok bisa bisanya ngomentarin twit aku gak pake embel embel "kak". Tapi karena yaudahlah, uhuk, diskriminasi nak cowok. Jadi ku biarin aja. Cowok kan gitu ya? Sering abai sama panggilan gitu. Lama kelamaan, dia sering mention buat hal hal receh. Dan karena emang nyambung, ya seru aja sih. Lagian a

Manusia yang Dirindukan

Setiap pengalamannya mengisyaratkan perjalanan hidup yang berat, namun penuh hikmah.  Setiap perkataannya sederhana, tapi penuh nasihat.  Setiap pandangan hidupnya sarat kebijaksanaan.  Maka tiap detik bersamanya begitu bermakna.  Hingga tidur pun menjadi sebuah kemewahan.  Ada segelintir manusia di dunia ini yang tidak menyadari bahwa kehadirannya sangat dirindukan.  Bahwa kebersamaan dengannya terasa berharga. Setiap tindak tanduknya menjadi teladan.  Bila belum mampu menjadi manusia seperti itu, minimal belajarlah darinya. Hingga lambat laun pribadi kita bisa tertempa menjadi lebih baik. 

Syukur

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” QS. Ibrahim: 7 Syukur itu menambah nikmat. Titik. Perkataan Allah. Dan nikmat tidak melulu perihal nominal, bisa saja dalam bentuk kualitas rejeki, kemudahan mendapatkannya, maupun keberkahannya.  Masya Allah *** Bagaimana caranya bersyukur?  Berhenti mengeluh dan berputus asa, bersegera mengeluarkan zakat dari harta kita, dan terus berusaha mendapatkannya dengan cara yang halal. 

Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat

Menyampaikan ilmu laksana mengetuk pintu.  Perkara dibukakan atau tidak, terserah si pemilik rumah.  Tugas kita sampai pada mengetuk saja.  Idealnya mengetuk pintu diperbolehkan sampai tiga kali.  Artinya satu, usaha dalam menyampaikan ilmu pada seseorang tidak cukup sekali, tapi bisa terus diulang.  Jangan bosan dalam menyampaikan ilmu. Arti kedua, kita hanya bisa sebatas menyampaikan ilmu semampu kita, sisanya terserah apakah orang tersebut mau menerima atau tidak. Tidak ada unsur paksaan dan tidak perlu 'berlebihan'.  Kewajiban kita, sampaikanlah walau hanya satu ayat.  💜

Ikhtiarnya Siti Hajar

Nasihat, ceramah, motivasi, dan semua perkataan perkataan dari pihak lain, baru bisa menembus diri kita saat kita memang sedang berada dalam posisi tersebut.  Misal, sedang bahagia, tapi mendengar ceramah tentang "kesedihan", ya lebih sering lewat begitu saja kan ceramahnya? Karena kita tidak sedang di posisi itu. *** Tadi pagi, dapat rekomendasi video Ustadz Adi Hidayat tentang konsep rejeki dari yutub.  Langsung nyes. Mengangguk angguk takjim. Sambil mau nangis. Hehe.  Ibunda Siti Hajar bersama anaknya, Nabi Ismail yang baru lahir, dibawa oleh Nabi Ibrahim ke sebuah lembah tandus. Kemudian ditinggalkan begitu saja. Siti Hajar bertanya pada suaminya, "apakah ini perintah Allah?", Nabi Ibrahim mengiyakan. Siti Hajar lalu menjawab, "kalau begitu, Allah tidak akan menyianyiakan hambaNya". Hingga peristiwa yang diabadikan dalam rangkaian ibadah Haji itu terjadi.  Nabi Ismail menangis, kehausan dan kelaparan. Sementara air susu ibunya sudah kering. Lalu Ibunda

Memikul Tanggung Jawab

Tiap jiwa akan menghadap Tuhannya sendiri sendiri.  Mempertanggungjawabkan satu demi satu amalannya semasa hidup. Tidak ada sedikit pun yang dicurangi. Semua akan dibalas dengan hitungan yang seadil-adilnya. Maka... Mestinya kita begitu takut dan khawatir. Apabila sampai detik ini masih bergumul dengan dosa dosa.  Mungkin dosa itu bisa "dimaklumi" manusia lainnya, mungkin dosa itu "dibiarkan" manusia lainnya... Mungkin juga dosa itu "turut dikerjakan" manusia lainnya.  Namun itu tetaplah dosa.  Banyak tidak selalu benar.  Sedikit tidak selalu salah.  Ramai orang meminum khamr bukan indikator bahwa itu benar.  Sedikit orang yang memakmurkan masjid di kala subuh tidak menandakan itu salah.  *** Ketika Allah meniupkan kecemasan akan dosa dan maksiat di dalam dada kita, hal itu merupakan rambu rambu untuk segera meninggalkan perbuatan tersebut.  Kecemasan terkadang menjadi rahmat bagi manusia. Tidakkah kita berpikir?  Karena ketika hari mulai gelap gulita, dan

Seni Memaafkan

Tidak produk Y*ungliving saja yang memiliki Forgiveness. Manusia juga mesti memilikinya. "Sudut pandang" dalam seni memaafkan itu menarik.  Bagaimana kita memposisikan diri sebagai si pembuat masalah, bagaimana kita memahami isi pikirannya. Barangkali dengan mengubah sedikit sudut pandang kita, kita jadi bisa lebih berlapang dada menyikapi khilafnya.  Bila setiap manusia kita anggap "baik", maka sebab ia melakukan kesalahan bukan berarti karena ia tidak baik, tapi belum baik.  Bisa jadi dengan kita berusaha melembutkan hati, memaafkan, memberikan ia kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, mungkin satu maaf kita dapat menggiring dan menjadi momentum titik balik hijrahnya? Wallahu'alam.  *** Menjadi guru, lekat sekali dengan masalah. Tentu anak anak yang belum dewasa itu selalu saja mengira bahwa tiap kesalahannya hanya perlu ditebus dengan permintaan maaf.  Pun orang tua siswa yang sering mengedepankan emosi dan harga dirinya, tekanan dari para elit penguasa,

Dengan Menyebut Nama Allah

Aku berharap langkahku tetap kuat...  Rasanya air mata sudah ada di pelupuk, hampir saja tidak terbendung...  Tapi aku tidak ada waktu untuk itu :')  Semua beban terasa semakin rumit di kepala, bingung bagaimana menguraikannya.  Sesak di dada masih belum bertemu sang lega.  Kendati matahari semakin berani memancarkan sinarnya, pandanganku masih mendung dan berkabut. Anehnya kakiku terus maju, sesekali tertatih, kehilangan pijakan, terjatuh, namun berdiri kembali. Karena untuk diam di tempat terasa buntu, maka aku memberanikan diri tetap melangkah.  Aku gemetar, seandainya kamu ingin tau.  Beberapa kali aku terpejam menahan tangis.  Kakiku penuh sayat, namun kulitku terjahit rapi, seolah telah dirawat dengan hati hati.  Tanganku masih berpegangan pada apapun yang ada di depanku, sekalipun itu hanya tanaman yang merambat.  Aku ketakutan dan khawatir.  Aku menggigit bibir kelu.  Jemariku mati rasa, sebab ku rapatkan keduanya sampai buku jariku memucat.  Kakiku tak lagi kuat berdiri. A

Sendiri Taat, Berdua Maksiat

Tentu seseorang lebih baik sendiri, namun taat. Ketimbang bersama orang lain yang justru melakukan maksiat.  *** "Kamu masih lajang ya? Kenapa sih udah tua lo" "Kamu mau sampai kapan gak nikah nikah?" "Kamu terlalu pemilih pasti kan?" Kata seseorang yang sudah menikah... Menanyakan hal tersebut kepada seseorang yang masih sendirian. Tak ada penyelesaian. Hanya sebuah rasa penasaran yang menggebu ingin dicurahkan.  *** Padahal yang bertanya itu, bukanlah seseorang yang menempuh jalan lurus.  Padahal yang bertanya pun... Banyak kekurangannya.  Ibarat seperti seorang koruptor yang menasehati rekan kerjanya yang miskin, "Makanya kamu jangan males. Kerja dong kayak saya. Nih saya udah beli rumah mewah" Paham gak sih?  *** "Kamu kenapa sih belum nikah?" Padahal ia tau bahwa jodoh, maut, rejeki ketetapanNya Allah.  Pertanyaan yang senada dengan "Kamu kenapa sih belum mati?" Jawabannya ya, memang belum saatnya.  "Kamu terlalu pem

Ternyata Kamu Terluka, Nak

Ada sebuah rumah kecil di tengah hutan. Rumah yang kamu bangun sendiri, kamu kumpulkan kayu, kamu rangkai, hingga menjadi tempat berteduhmu. Rumahnya memang tak mewah, justru kecil dan sempit.  Tapi kamu berlindung di sana, dari hujan dan matahari. Kadang terlalu dingin di malam hari, dan terlalu panas di siang hari.  Tapi tak apa. Rumah itu bukan hasil curang. Kamu dirikan dengan keringat dan air mata.  Kalau ada yang bertanya apa mimpimu, jelas membuat rumah lebih lapang dan layak adalah jawabnya. Namun, itu hanya mimpi. Kamu bahkan seringkali kebingungan di saat persediaan kayu bakarmu habis. Sehingga seringkali kayu yang tersusun rapi di ranjangmu kamu bakar, demi membuat rumah menjadi hangat.  *** Kamu tidak sendirian di rumah itu, kadang ada burung kecil yang bertengger di atap. Kamu menjumput sedikit biji bijian dan memberikannya.  Kadang, ada seekor bayi beruang yang tersesat tengah mencakar pintu, kamu rela membagi dua apelmu, bagian paling besar kamu angsurkan padanya.  Bahka

Qadarullah💜

"Kalau kamu punya pekerjaan tetap, pertahankanlah pekerjaan itu, dan mulailah membangun bisnis sampingan yang kamu impikan. Kerjakan terus menerus.  Gunakan waktu luangmu, mengerjakan bisnis yang ingin kamu wujudkan" Kata seseorang dalam sebuah video yang wara wiri di sosial media. Nasihat yang menarik dan wajib diamalkan.  Unfortunately... Tidak semua orang beruntung melakoni bisnis sampingannya.  Ada yang sudah mencoba bisnis A, B, C... Bertahun tahun... Belum juga membuahkan hasil... Sampai modalnya habis... Sisi baiknya, ia telah memuaskan rasa penasarannya...  Setidaknya dulu ingin membangun bisnis fashion, gagal. Ya tak apa. Begitu ternyata tantangannya, bisiknya kalem.  Ingin memiliki bisnis properti, jalan di tempat. Oh, kesulitannya di bagian ini itu... Ia berusaha introspeksi.  Bahkan sampai ingin punya bisnis cemilan, dijajal sampai titik rugi... Ya, minimal sudah mencoba, hiburnya dalam hati.  Sisi tidak baiknya adalah... Bisnisnya belum menemui titik terang, hing
Nangis denger lagu Here's Your Perfect.  Sedih banget...  Berkat adu domba tadi siang... Overthinking... Cemas... Semua jadi satu

Sigh

Kamis pagi. Sudah beberapa hari tidak sempat menulis di jurnal.  Ku tulis saja disini.  Alhamdulillah sehat.  Walau ini hari keempat bekerja full sampai siang. Tapi fisik dan mentalku aman.  Sementara... Kabar hatiku agak kritis :( Aku ternyata masih terjerat masa lalu. Padahal sudah beberapa tahun berselang.  Aku masih belum bisa menghapus kontakmu.  Bahkan sampai saat ini, mendengar namamu, aku masih merasakan butterflies in my stomach :') Ceilah.  Yaudah bismillah. Pelan pelan ya.