Salah satu fitur WA yang mungkin dimanfaatkan beberapa orang yang punya banyak penggemar, atau yang lebih menyukai sepi, adalah mematikan ceklis birunya.
Aku benci mereka yang meninggikan suaranya, hanya agar terlihat lebih pintar, lebih mampu, lebih punya wewenang, lebih punya kuasa atas nasib manusia lainnya.
Dan merendahkan serendah rendahnya manusia di hadapannya.
Bahkan kalau ibu penjual nasi padang tidak sudi membungkus nasinya pakai kertas minyak, apakah dia bisa membawa nasinya dengan modal genggaman tangan?
Bahkan dan bahkan kalaulah Allah mengabulkan banyak doa orang orang yang ia persulit selama ini, bisakah ia menghindar dari buah kedzalimannya?
💔💔💔
Kamu tau apa skenario paling buruk dari mereka yang semenamena karena merasa punya kuasa atas manusia lainnya?
Ketika mereka ada di ujung bumi paling bawah, tidak ada yang bersedia membantu, karena banyak yang terlanjur sakit hati dibuatnya.
Atau, ketika mereka perlu pertolongan... nyatanya manusia (yang selama ini mereka permainkan nasibnya) yang bergegas menolong mereka.
Malumu, tidak akan terbendung!
Sampai mati mereka menanggung malu karena sudah menjadi jahat.
Seratus persen tidak salah, hak dia, WA punya dia, suka suka dia.
Dan aku? Hanya menuliskan risauku saja disini.
Kalian tau...
Dalam dunia kerja, akan selalu ada pasang surut. Akan selalu ada momen dibutuhkan-membutuhkan. Akan selalu ada kesempatan menolong dan ditolong.
Selalu begitu, adil. Berputar. Tidak pernah stuck di satu tempat.
Kalian akan merasakan ketika dibutuhkan, pun merasakan membutuhkan.
Apa yang bisa kalian simpulkan dari siklus ini?
Satu saja.
Maka selalu jadi baik.
Kalian tidak akan tau kapan dibutukan orang lain, atau suatu saat nanti justru membutuhkan mereka.
Jadilah baik semampumu :)
💔💔💔
Sayangnya, banyak yang terlena. Merasa di atas awan, di puncak yang tak bisa dijangkau.
Merasa dibutuhkan, diperlukan, merasa menjadi yang paling dicari. Lantas lupa diri.
Mengubah status WA-nya menjadi "NO CALL, CHAT ONLY"
Ditulis huruf besar, atau pakai bahasa Indonesia yang agak jelas "Melayani hanya pada jam kerja, dari jam 00.00 sampai jam 24.00", misal...
Tak apa, manusia yang memerlukan mereka memang sering lupa.
Lupa bahwa manusia lain juga punya kesibukkan.
Kepentingannya sendiri akhirnya sering mengaburkan adab. Jadi kapanpun perlu, menelpon, kapanpun mendesak, menghubungi tanpa mempertimbangkan jam kerja, dan hal hal mengesalkan lainnya.
Apakah yang ia hubungi sedang tidur, sedang beribadah, sedang mengiris bawang, sedang memanen padi, bodo amat. Aku perlu, aku telpon!
Akhirnya dengan pola pikir begitu, wajar jika ada yang mengubah status WA nya seperti tadi. Sekedar pengingat bagi manusia lainnya.
Lupa bahwa manusia lain juga punya kesibukkan.
Kepentingannya sendiri akhirnya sering mengaburkan adab. Jadi kapanpun perlu, menelpon, kapanpun mendesak, menghubungi tanpa mempertimbangkan jam kerja, dan hal hal mengesalkan lainnya.
Apakah yang ia hubungi sedang tidur, sedang beribadah, sedang mengiris bawang, sedang memanen padi, bodo amat. Aku perlu, aku telpon!
Akhirnya dengan pola pikir begitu, wajar jika ada yang mengubah status WA nya seperti tadi. Sekedar pengingat bagi manusia lainnya.
💔💔💔
Salah satu bentuk perlindungan diri agar tidak dirongrong balasan sesegera mungkin, yaitu mematikan ceklis biru.
Karena manusia, kalau sudah melihat chatnya dibaca tapi tak kunjung dibalas, mereka biasanya lebih brutal. Hehe
"Kok tidak dibalas?"
"Jadi bagaimana?"
"Kenapa dibaca saja?"
"Ditanya malah diam saja! Dibalas dong"
"Ditanya malah diam saja! Dibalas dong"
Wajar akhirnya ia memanfaatakn fitur tsb. Silakan saja matikan ceklis birunya. Toh semua manusia berhak punya hidup yang damai.
Tapi, ada tapinya.
Mematikan ceklis biru tidak menjadikan kalian abai, mestinya.
Kebanyakan manusia, mematikan ceklis biru karena menunda. Nanti dibalas, tidak sekarang. Kan begitu?
Kebanyakan manusia, mematikan ceklis biru karena menunda. Nanti dibalas, tidak sekarang. Kan begitu?
Kemudian ada beberapa manusia yang mengira fasilitas ceklis abu abu ini, menjadi pembenaran untuk tidak merespon/membalas sama sekali. "Toh dia tidak tau sudah dibaca apa belum" kilahnya.
Padahal di ujung sana, ada manusia lain yang dengan sabarnya menunggu balasan. Ingin mengirim chat lagi, namun enggan. Takut mengganggu.
Tapi di kepalanya berkecamuk banyak pertanyaan, "sudah dibaca belum ya?", "apa chatnya tenggelam?", "apa terlewat?", "apa susah terkirim atau pending balasannya?", "jadi bagaimana kelanjutannya?", "apa kuhubungi lagi?"
Malang sekali.
💔💔💔
Aku, bukan manusia yang mematikan ceklis biru.
Aku memang manusia yang kadang mengabaikan chat siswaku yang tidak memenuhi syarat untuk ku balas.
Aku selalu berusaha membalas semampuku (urusan pekerjaan).
Namun memang ketidaksempurnaan selalu tersemat padaku.
💔💔💔
Namun memang ketidaksempurnaan selalu tersemat padaku.
💔💔💔
Aku sungguh tidak peduli manusia lainnya yang tidak sepemikiran denganku, aku hanya muak.
Aku benci mereka yang sulit diajak kerja sama hanya karena merasa diperlukan.
Padahal semua sifatnya fana.
Aku benci mereka yang tidak peka, hingga membuat manusia lain mengemis bantuan padanya.
Apakah itu menyenangkan?
Apakah sebangga itu melihat kamu begitu dicari?
Aku benci mereka yang tidak becus menyempurnakan tanggung jawabnya.
Padahal itu bagian dari pekerjaannya, malah mereka sibuk sekali mengurusi yang lain (yang bukan kewajibannya), sehingga manusia lainnya ia buat menunggu.
Mereka yang perlu, mereka yang menunggu.
Kalauu tidak mau menunggu, silakan berlalu!
Kalauu tidak mau menunggu, silakan berlalu!
Aku benci mereka yang bodoh memisahkan urusan pribadi dan profesionalitas bekerja.
Larut dalam kehidupannya sendiri, hingga membuat manusia lainnya putus asa. Padahal bila ia mau memenuhi kewajibannya, ia sedang membantu menyambung hidup manusia lainnya.
Aku benci mereka yang meninggikan suaranya, hanya agar terlihat lebih pintar, lebih mampu, lebih punya wewenang, lebih punya kuasa atas nasib manusia lainnya.
Dan merendahkan serendah rendahnya manusia di hadapannya.
Aku benci mereka yang mengatasnamakan dirinya manusia, namun tidak manusiawi.
Mempersulit yang mudah.
Memperumit yang sederhana.
Meminta disembah.
Mengulur yang bisa dipersingkat.
Mengulur yang bisa dipersingkat.
Apakah dia mengira hidup ini berputar di sekitarnya saja?
Bahkan kalaulah bapak tambal ban enggan menambal ban motornya yang bocor, dia saja sudah kewalahan.
Mana bisa dia menambal sendiri?
Mana bisa dia menambal sendiri?
Bahkan kalau ibu penjual nasi padang tidak sudi membungkus nasinya pakai kertas minyak, apakah dia bisa membawa nasinya dengan modal genggaman tangan?
Bahkan dan bahkan kalaulah Allah mengabulkan banyak doa orang orang yang ia persulit selama ini, bisakah ia menghindar dari buah kedzalimannya?
💔💔💔
Kamu tau apa skenario paling buruk dari mereka yang semenamena karena merasa punya kuasa atas manusia lainnya?
Ketika mereka ada di ujung bumi paling bawah, tidak ada yang bersedia membantu, karena banyak yang terlanjur sakit hati dibuatnya.
Atau, ketika mereka perlu pertolongan... nyatanya manusia (yang selama ini mereka permainkan nasibnya) yang bergegas menolong mereka.
Malumu, tidak akan terbendung!
Sampai mati mereka menanggung malu karena sudah menjadi jahat.
💔💔💔
Bukan ceklis biru yang beralih jadi abu abu yang salah.
Manusianya yang menyalahgunakan-lah yang menjadikannya salah.
💔💔💔
Semoga bisa terus memperbaiki diri, apalagi menyangkut kepentingan manusia lainnya, yang diamanahkan di pundaknya.
Kita hanya perpanjangan tangan dari pertolongan Allah. Maka sempurnakanlah semampunya.
Dipermudah, jangan dipersulit.
PS: aku juga belajar agar bisa memudahkan urusan manusia lain, sebisaku.
Tulisan ini pengingat, karena kita sering alpa.
Bukan ceklis biru yang beralih jadi abu abu yang salah.
Manusianya yang menyalahgunakan-lah yang menjadikannya salah.
💔💔💔
Semoga bisa terus memperbaiki diri, apalagi menyangkut kepentingan manusia lainnya, yang diamanahkan di pundaknya.
Kita hanya perpanjangan tangan dari pertolongan Allah. Maka sempurnakanlah semampunya.
Dipermudah, jangan dipersulit.
PS: aku juga belajar agar bisa memudahkan urusan manusia lain, sebisaku.
Tulisan ini pengingat, karena kita sering alpa.
Comments
Post a Comment