Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum!
Ini sebuah pengalaman pribadi dan ngasih tau diri sendiri aja.
Kalau ada yang pernah nasehatin buat "off sosmed dulu" karena sosmed memberikan dampak yang agak mencemaskan, sebenernya iya juga. Ku alamin sendiri selama beberapa kali. Hehe
Jangan sering main sosial media yuk, nanti puyeng sendiri :)
Nanti kebaca opini yang buat kita sedih, nanti kita ngebaca cerita yang buat kita negative thinking, dan lain lain.
"Jangan sering" tuh bukannya nggak main sama sekali, tapi main seperlunya.
Dan berhenti mikir bahwa apa yang selama ini kita lakukan salah setelah kita baca opini yang lalu lalang di sosmed. Why? Karena kondisi kita beda, situasi kita nggak sama.
Karena mereka yang beropini itu ya, manusia. Kayak kita.
Beda sama Al Qur'an dan As Sunnah yang fleksibel, jadi sesuai sama semua manusia.
Kalau sebatas opini sesama manusia, take it easy aja.
Misalkan kayak "jangan kasih anak makan tahu tempe, nanti mereka kurang gizi"
Terus kita langsung dheg, mikir apakah selama ini yang kita lakukan keliru, lalu menyalahkan diri sendiri.
No. Stop.
Atau kalimat parenting lainnya seperti "jangan bilang JANGAN ke anak anak, tapi ganti dengan bla bla bla"
Lalu kita mojok di sudut kamar sambil menyalahkan diri sendiri, karena kita selalu mengatakan kata "jangan" ke anak tersayang kita.
Selama itu sekadar opini, dan bukan penelitian secara ilmiah (medis), kita boleh mengabaikan saja.
***
Buat aku ya, as long as we have done our best and always try to do our best, udah cukup.
Selama kita berniat baik dan terus berusaha, yaudah.
Kalau kita fakir ilmu dan perlu masukan dari orang lain, nggak papa, tapi cari orang yang bener bener bisa jadi teladan. Bukan asal beropini.
Cari seseorang yang berpedoman dengan Al Qur'an dan As Sunnah, yang juga telah mengamalkan itu dalam hidupnya.
Jadi semua nasehatnya enak diterapin, dia nggak akan menghakimi kita, dia akan membimbing.
***
Karena metode parenting, nasehat, motivasi tentang cinta dan kehidupan milik orang lain bukan indikator benar salah.
Kalau mereka melakukan A, kita melakukan B, bukan selalu dia yang benar, kita keliru.
Kita nggak bisa menjadikan opini manusia sebagai dasar. Manusia kan nggak sama. Beda beda. Bahkan tulisanku saat ini juga bukan patokan yang bisa kalian ikutin.
Tulisan ini mungkin sesuai di aku, nggak sesuai di kalian, ya nggak papa.
Karena kebanyakan opini orang lain di kepala kita tuh, bikin stres malah.
Banyak banget yang bilang, "nggak boleh mandi malam nanti rematik", akhirnya kita yang misalkan baru nyampe kerumah maghrib jadi nggak mandi. Eh malah besoknya panuan. Karena jorok.
Ada juga yang, "nggak boleh makan tahu dicampur bayam, nanti bisa bikin A B C", sementara uang di dompet nipis kayak jeruk, yang cuman cukup buat masak tahu dan bayem. Akhirnya karena nurut sama informasi tadi, kita bingung mikirin mau masak apaan. Sampe kelaperan.
Hehe
Itu analogi aja yak.
***
Sosial media itu bagus kok. Manfaatnya banyak. Informatif, hiburan, dan nyambung silaturahmi juga.
Cuman ya gitu, nggak boleh berlebihan dosisnya.
Dan... Nggak boleh menjadikan semua informasi dari sosial media itu patokan hidup kita.
Nggak boleh menjadikan standar sosial media sebagai ukuran benar salah kita, pun bahagia atau nggaknya kita.
Sewajarnya aja, semampunya kita :)
Cekian
Komentar
Posting Komentar