Langsung ke konten utama

Menciptakan Keberanian

Tahapan dalam hidup kadang memang seunik itu.
Dan sungguh hidup bukanlah sebuah perlombaan.
Setiap manusia memiliki garis waktunya masing masing.

Aku menemukan banyak sisi lain dari diriku di tiap garis usiaku, dan itu berbeda dari teman sebayaku.

Misalnya aku hari ini, di usia 30 tahunku, aku banyak berani melakukan sesuatu yang dulunya aku merasa malu untuk melakukannya.

Hari ini aku senam pramuka bersama teman kantorku,
Sekadar informasi, aku dulu tidak suka senam. Karena malu melakukan gerakan senam di hadapan banyak pasang mata yang memandang.
Tapi kini, aku suka senam (yang gerakan dan musiknya memang sopan ya).
Aku bersemangat melakukannya.

Setelah senam, aku merasa free untuk melakukan kegiatan lainnya, aku membawa tali keluar kantor.
Ternyata banyak temanku tertarik dan ingin mencoba.
Aku akhirnya bermain bersama sama.
Aku suka memberanikan diri bermain tali dan mengakui ketidakmampuanku dalam bermain. Dan itu tak apa, kami bersenang senang!

Setelah main tali, aku memainkan rujak, kamu tau? Itu loh permainan menggunakan tutup botol.

Bosan bermain rujak, aku bermain bulu tangkis. 
Juga bermain intingan salah satu permainan tradisional masa kecil. Seru sekali! Aku bersyukur teman temanku antusias ikut bermain. 

Kami juga bermain kasti!
Aku dulu ketika SD tidak pernah bisa terampil memukul bola, hanya bisa berlari dan menghindari pukulan bola. Kini aku mengumpulkan keberanian untuk sekuat tenaga memukul bola.
Hasilnya cukup memuaskan :) dan aku bangga pada diriku sendiri! Ah, I really did my best!

Kami sangat bahagia sekali hari ini. Bermain seperti anak kecil.
Siswa siswa hanya menonton kami dari pinggir lapangan, sesekali bersorak menyemangati. Aku harap mereka menyaksikan betapa serunya kami bermain dan di kemudian hari mereka bisa meniru semangat ini :)
Time flies when you're having fun!

Dalam perjalanan pulang kerja tadi siang, aku menyadari bahwa aku suka olahraga.
Olahraga semenyenangkan itu!

Aku suka basket, suka voli, suka kasti, suka lompat tali, suka bulu tangkis, aku suka banyak hal.
Suka saja ku rasa cukup, tidak perlu malu mengatakan suka walau aku tak mahir bukan?

Hanya dulu aku tidak cukup berani untuk menunjukkan prosesku. Dulu kita seolah harus bisa. Padahal tak bisa saat itu pun tak apa. Kita hanya belum bisa. Kita hanya tak diberi cukup waktu untuk berlatih. Kan?

***

Selain olahraga, aku juga sudah berani naik mobil mainan di mall. Untukku, itu sebuah pencapaian. Aku anak yang sangaaaat pemalu. Aku bersyukur saat ini aku sudah berani :)

Aku juga berani membuka diri untuk kegiatan di sana sini.
Aku berani berbicara di mikrofon. Aku berani mengambil keputusan.

Aku jalan sehat di taman kota, aku berfoto di tempat umum, aku menyampaikan pendapat dalam sebuah forum, aku menjadi pengurus inti sebuah komunitas kerjaku, aku mendirikan komunitas ngajiku, aku bekerjasama dengan orang penting, semua terasa baru dan luar biasa.

Kadang aku berpikir, kenapa ya aku tidak seberani ini dulu?
Tapi balik ke paragraf awal, semua manusia memiliki garis waktunya sendiri.
Dulu aku pemalu, tapi kini aku lebih berani :)

Aku menemukan sisi lain dari diriku yang menyenangkan. 

***

Aku harap kamu pun sama.
Untuk hal hal baik yang ingin kamu lakukan, aku harap kamu bisa menciptakan keberanian untuk melakukannya!
Gagal pun tak apa, kamu harus setidaknya mencoba.
Banyak orang yang tidak terlalu peduli pada hidupmu, kamu tidak perlu memusingkan pandangan orang lain.

Cobalah untuk berani, karena momen saat ini tidak akan terulang kembali.

Salam hangat dariku, si pemberani yang pemalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kos Putri 165

  Assalamu'alaikum, Blogger...   Tidak terasa sudah 3 tahun saya tinggal di kota cantik ini. Menjadi pendatang memang bukan h al yang mudah, karena selain kita harus bisa beradaptasi, kita juga harus bisa menemukan tempat tinggal yang cocok dan nyaman. Selama ini saya sudah 3 kali pindah kos-kosan. Mulai dari di daerah Yos Sudarso, Pangeran Samudera, dan yang terakhir di Borneo. Alhamdulillah, sekarang saya sudah menemukan kos yang sesuai dengan keinginan saya. Nah, dengan segala kerendahan hati saya :D Hari ini saya akan berbagi pengalaman selama berada di kos saya ini, yaitu Kost Putri 165. Yuk disimak!

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.

Happy Graduation Kelas XII 2019

Ditujukan untuk anak anak baik yang berhati lapang dan berpikiran terbuka. Bagi yang hatinya sempit, pikirannya tertutup, emosian, sebaiknya tidak perlu membaca❤ hihi Bismillahirrahmanirrahim... Assalamualaikum... Memenuhi janji nulis tadi. Let me say this first ya, "Selamat perpisahan anak-anak!" Alhamdulillah hari kemarin nggak ada yang nangis. Semuanya happy. Semuanya cantik cantik dan ganteng ganteng as always. Sebenarnya cuman mau nulis "sorry and thank you" aja sih ini. Hehe. Sebelumnya juga ibu minta maaf, karena tulisan ini ditujukan untuk anak anak seangkatan, ibu nggak bisa kalau harus menuliskan nama kalian satu satu dan mengulasnya. Gimana ibu bisa nulis ulasan buat 199 anak? Too much ya, Nak. Bisa nangis jari jari ibu. Anyway. Ya, akhirnya kita sampai di hari ini. Ibu bahagia untuk kesempatan yang sudah Allah berikan pada ibu. Ibu bisa mengantarkan kalian sampai disini. Selesai sudah tanggung jawab ibu. Untuk beberap

Semua Aku Dirayakan💜

Terkadang hal sepele untuk kita, bisa sangat berharga bagi yang lain. Ditulis di hari jumat, sehari sebelum hari guru. Hari yang ku takuti :') Hari guru menjadi sakral untukku setelah aku jadi guru, 7 tahun yang lalu. Sejak itu, tiap bait lagu hymne guru selalu bermakna. Merayakan hari guru seyogyanya bukanlah kewajiban siswaku, tapi entah kenapa aku terluka bila mereka tak merayakannya bersamaku. Aku benci perasaanku ini. Aku minta maaf telah membebani mereka. Dan teman sejawatku pun begitu. Mereka bilang, "anak anak tidak perlu kasih hadiah, eh tapi kalau tidak dikasih kok sedih juga. Lihat yang lain dikasih, kok aku tidak". Begitulah hati guru, fragile nan rapuh.  Sebenarnya bukan kadonya yang membuat hari guru spesial, tapi melihat usaha mereka merayakan hari guru, membuatku terkesan. Anak anak boleh mengatakan, "ibu maaf tidak membelikan kado, kami sayang ibu, selamat hari guru", itu pun tak apa. Aku menyukainya. Anak anak boleh hanya mengucapkan, boleh mem

Cerita Ramadhan

Minggu terakhir kerja... Setelah ini libur hari raya. Ah. Akhirnya terlalui juga masa masa ramadhan sambil bekerja. Setiap pagi berangkat dengan menggigil kedinginan. Perut begah, melilit, dan tidak nyaman. Tapi karena terus dijalani, ternyata dua minggu sudah berlalu. Dan kini memasuki minggu ketiga. *** Ramadhan ini selalu menyisakan gurat kesedihan dan banyak harapan. Kesedihan tersebab tidak maksimal menjalani ramadhan, dan harapan agar bertemu ramadhan berikutnya. Aku merasa aman di bulan ini, seolah bulan ini punya magis yang bisa menguatkan setiap keimanan manusia, menjadi tameng bagi hati hati yang rapuh, dan menjadi penyembuh bagi luka yang ada. Namun selama menjalani ramadhan, ternyata tidak mudah juga. Harus bergelut dengan rasa tidak nyaman karena maag, rasa mual dan sakit perut. Hingga untuk mendirikan shalat dhuha saja selalu banyak alasan. Atau kantuk yang tidak tertahankan ketika bangun sahur, lagi lagi mencari alasan untuk tidak shalat tahajud. Pikiran yang dipenuhi in

Berani

Bersemangat di satu pilihan, tidak lantas membuat hati ringan. Karena seringkali muncul tanda tanya, benarkah pilihan ini? Rasa takut, khawatir, dan cemas mulai berkerumun, seperti semut yang mengerumuni gula. Seperti tahun lalu, yang mestinya aku tidak perlu ikut karnaval agustusan, tapi tiba tiba aku ingin ikut. Rasanya aneh kalau tidak ikut. Beberapa teman baik tidak bisa ikut, aku mulai merasa takut, apakah ikut karnaval adalah pilihan yang benar? Perasaan khawatir, cemas, dan takut untuk memulai sesuatu, adalah hal yang wajar dirasakan. Tapi memberanikan diri untuk terus maju adalah hal yang mestinya dilakukan. Jadi tak apa merasa tidak nyaman di awal :) Walau takut, tapi tetap maju, adalah keberanian. Kita sudah hebat. :) Kita tidak membiarkan perasaan tidak nyaman itu menguasai kita, yang lantas membuat kita mundur. *** Seperti hari ini, rasa tidak nyaman itu muncul lagi. Ah. Tapi tak apa :) Bismillah

Nasihat untuk Para Bapak

Pesan dari para ibu ibu kemarin pagi "Mukti nanti kalau cari suami harus yang berlebih ya (materi)" Ku jawab, "Yang kurang aja belum tentu dapat bu" hihi ❤❤❤ Nggak usah senegatif itu bacanya. Para ibu itu menceritakan tentang lelahnya jadi wanita karir. Mereka meninggalkan anak demi mendapatkan penghasilan. Bukan, sungguh bukan hanya karena mereka mengejar gengsi. Tapi karena penghasilan suaminya dirasa belum mencukupi. Mereka harus bekerja di luar, itu demi membantu perekonomian bersama. Wanita karir yang harus bekerja dan meninggalkan anak. Tidak sesederhana yang terlintas dibenak para bapak. :) Meninggalkan anak itu bukan perkara mudah. Apakah dengan menitipkannya ke pengasuh atau menitipkannya ke ibu mereka jadi solusi? Sejujurnya tidak. Tetap akan ada yang hilang di antara hubungan ibu-anak. Apa itu? Memori dan kedekatan emosional. Bukankah madrasah pertama itu jatuh ke tangan seorang ibu? Lantas bagaimana bisa ibunya mengaj

Jealous

I wished you the best of All this world could give And I told you when you left me There's nothing to forgive But I always thought you'd come back, tell me all you found was Heartbreak and misery It's hard for me to say, I'm jealous of the way You're happy without me

Pintu Surgaku

Banyak jalan menuju Surga, pintu-pintunya terbentang di hadapan. Pilih mana yang kamu mampu, yang kamu bisa. Kita bisa memilih lewat pintu mana saja, tapi terkadang kita pun tidak berdaya. Ada pintu sedekah, ada pintu tahajud, pintu puasa, dan... pintu birrul walidain . Ya, pintu berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu. *** Birrul walidain?  Pada masa kecilku, ku maknai sebagai tugas yang mudah. Tapi setelah dewasa seperti saat itu, aku baru menyadari tugas ini ternyata berat. Aku di masa lalu, bahkan dengan gagah beraninya meminta pada Allah, "Ya Allah jadikan aku tulang punggung keluarga! Aku tidak mau bapak ibuku kelelahan dan bekerja hingga di usia senja mereka." Ku pikir, aku tidak mungkin tega menelantarkan mereka, tidak apa aku bekerja banting tulang demi mereka. Tapi lagi lagi tidak semudah itu... *** Ujian kehidupan hadir, di momen yang paling getir. Aku bahkan mulai mengoreksi doaku, aku kira aku salah dalam meminta. Aku diuji dengan sebuah apresiasi. Aku suda

Butterfly Era

Liat di IG tentang tulisan butterfly era di usia yang ketiga puluh membawaku dalam sekejap berada di tahun 2019 awal. Ternyata sudah lima tahun yang lalu. Butterfly era. Been there. Era dimana aku jatuh suka dengan seseorang, yang dengan kehadirannya, semua hal sederhana terasa begitu manis. Membuatku semangat menjalani hari. Membuatku senyum keGRan walau hanya membaca balasan WA. Melihat story IG atau story WA-nya.  Ah. Butterfly era. Saat aku mendadak salah tingkah. Saat rasanya usiaku kala itu (yang sebenarnya adalah 26 tahun) terseret kembali di masa aku remaja. Padahal hanya bertukar cerita via WA, tapi bahagianya bisa seharian. Apalagi saat menatapnya, yang tentu saja membuat aku kikuk. Saat dia di sampingku atau di hadapanku, ia berbicara apa saja begitu lepas, terkadang juga berbicara dengan malu malu. Semuanya tentang dia, aku suka. Aku yang sudah dewasa saat itu, jadi seperti anak SMA. Butterfly era itu benar adanya, di usia berapa saja bisa tetap dirasakan, semua tergantung