Skip to main content

Jadi Dia Punya Kenalan "Orang Dalam"? Terus Kamu?

Assalamu'alaikum Blogger :")
Bagaimana jumatnya hari ini? Berkah? Jumat saya? Iya berkah ko -berkah, sore dihabiskan hang out sama si barbie, dan malam WiFi-an saja di rumah ^^

Terinspirasi dari keluhan teman-teman saya (dan mungkin saya sendiri), saya rasa topik ini cukup menarik untuk dibahas pada kesempatan kali ini. Ok, here we go!

Kehidupan paska kampus.

Ya, setelah jatuh bangun melalui kehidupan kampus yang menyenangkan, potongan puzzle berikutnya yang harus dijalani adalah kehidupan paska kampus. Kehidupan paska kampus memang tidak jauh dari yang namanya 'cari kerja' atau mungkin lebih tepatnya 'cari penghasilan dengan bekerja'. 'Cari kerja' ini saya akui memang susah-susah gampang, karena kita tidak bisa hanya mengajukan satu kali lamaran, kemudian "Selamat! Anda kami terima". Cari kerja ini perlu ikhtiar, kesabaran, dan tawakal. Memang sih ada saja yang bernasib baik dengan hanya mengajukan satu kali lamaran dan langsung diterima, tapi ada pula yang mengajukan lamaran, kemudian ditolak, coba lagi di tempat lain, ternyata ditolak lagi, coba terus, tapi tetap ditolak terus. Ada yang seperti itu? Banyak! Ya, susah kan? Hehe. Tapi memang begitu kan hakikatnya? Namanya juga melamar, masa harus langsung diterima? :D 

Hakikat mencari kerja sebenarnya tidak hanya menyerahkan surat lamarkan kerja, CV, dan pas foto kece, kemudian kita langsung teken kontrak alias diterima. Pertama-tama pastilah kita harus mencari tau dulu, ada tidaknya lowongan ditempat tersebut. Anda ditolak, kan terkadang bukan karena Anda dinilai kurang berkompeten, mungkin mereka memang belum perlu tambahan tenaga kerja. Jadi, sebelum Anda marah-marah karena ditolak terus, ada baiknya kita mencari tau, tanya kesana kemari, yah kepoin perusahaan atau instansi yang kita tuju, sedang perlu tenaga kerja atau tidak, atau kalau perlu tanyakan saja langsung ke perusahaan tersebut. Kalau memang sedang perlu, barulah kita mengajukan lamaran pekerjaan kesana.

First thing we have to do is 'asking'. Tapi sekali lagi saya tekankan bahwa cari kerja itu susah susah gampang. Saya yakin pastilah tidak segampang itu menggali informasi mengenai ketersediaan lowongan kerja. Kenapa? Karena tidak banyak orang yang mau berbagi informasi tersebut. Jadi disinilah skill ikhtiar dan kesabaran kita diuji. Teruslah berusaha dan bersabar. Insya Allah pasti ada jalan untuk mereka yang berusaha.

Sayangnya karena seringnya mendapat penolakan, kita kadang merasa jenuh dan putus asa. Jenuh ditolak terus, jenuh karena minimnya orang yang mau berbagi informasi, jenuh karena lapangan pekerjaan yang tidak banyak, dan masih banyak kejenuhan lainnya. Dalam kondisi jenuh dan putus asa, maka penyakit-penyakit hati mulai muncul, salah satunya adalah iri. Iri melihat teman kita sudah dapat pekerjaan yang mapan, nyaman, dan aman, padahal si teman tadi kita anggap worse daripada kita. Kita yang lebih ulet, kita yang lebih sungguh-sungguh cari kerja, ko dia yang malah sudah dapat kerja duluan? Padahal si dia saja orangnya malas, kurang cekatan, dan bla bla bla. Sering kan punya pikiran seperti itu? Lantas kita akan bilang, oh wajar dia punya kenalan orang dalam atau dia punya koneksi kuat (sinyal kali ya) hehe.

Nah sebenarnya yang ingin saya bahas di postingan ini perihal punya kenalan orang dalam, tapi prolognya panjang bener ya? :D

Sebenarnya prinsipnya sih seperti ini, saya rasa ini murni rejeki. Teman yang kita anggap tidak lebih baik dari kita, ternyata rejekinya luar biasa, see?  Mungkin saya perlu mengingatkan bahwa: "dunia ini kejam, Kawan" :') Hehe. Ini bukan hanya tentang siapa yang baik, lebih baik, atau kurang baik saja, terkadang ini masalah rejeki, dan rejeki itu rahasianya Allah. Mereka yang dapat rejeki berupa punya kerjaan yang mapan, ternyata adalah mereka yang juga punya koneksi. Modal pintar saja tidak cukup, IPK yang sangat memuaskan atau kumlot adalah nilai lain yang ada di CV kita, tapi kita juga dituntut untuk punya kelebihan lain, apa itu? Ya, koneksi!

Tanpa koneksi, kita memang bukan apa-apa. Tapi bukan berarti lantas kita kesana kemari mencari muka, berharap punya koneksi dimana-mana, mungkin bukan dalam artian seperti itu. Maksudnya disini adalah kita keep in touch dengan orang-orang di sekeliling kita. Kita jalin silaturrahim seluas-luasnya dengan kenalan yang kita punya, dengan teman lama kita, teman bermain kita, tetangga, saudara, dan semuanya lah. Kita jelaskan bahwa kita perlu pekerjaan, jujur saja, terbuka, siapa tau dari merekalah kita dipertemukan dengan pekerjaan yang kita idam-idamkan selama ini? Inilah yang disebut dengan the power of sillaturrahim. Bukankah Nabi bersabda, “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi? Kenapa tidak kita coba?

Memang saya akui, kalau kita tidak mengenal siapa pun, kita akan kesulitan mendapatkan kerjaan. Tidak adil ya? Hey, dunia kan memang tidak adil. Tapi, mereka yang punya pekerjaan mapan karena kenalan orang dalam saya rasa ialah mereka yang start lebih dulu. Misalnya si A, dia bisa kerja jadi guru kontrak di sekolah unggulan karena ayahnya kepala sekolah disitu. Kemudian kita akan beranggapan, 'ah ya wajar saja, sekolahan punya ayahnya'. Tapi coba kita telusuri lebih dalam, si A itu bisa kerja karena ia sudah start duluan, ayahnya lah yang start duluan. Jadi ketika mungkin ayahmu jadi dokter dan ayahnya jadi guru. Kemudian tahun-tahun berlalu, ayahmu sudah jadi dokter hebat, ayahnya pun naik jabatan jadi kepala sekolah. Ayah kita sama-sama punya pekerjaan mapan, maka pilihan ditangan kita, mau tidak kita melanjutkannya? Semacam lari estafet, ayah kita sudah setengah jalan, kita hanya tinggal melanjutkan perlombaannya. Namun masalahnya adalah, apakah ayah kita, orang tua kita, kerabat kita punya profesi yang kita inginkan?

Disitulah letak permasalahnya. Jadi mereka yang kita sebut-sebut punya kenalan orang dalam, adalah orang-orang yang sudah start lebih dulu, bagaimana dengan kita? Kita tidak punya? Jangan khawatir, Kawan. Kalau kita tidak punya 'pelari pertama'nya, maka jadilah pelari pertama itu, jadilah orang yang mengambil start, membawakan tongkat estafet, dan berlarilah lebih cepat. Katakanlah kita memang tertinggal lebih jauh dari teman kita yang punya koneksi, itu tidak mengapa, Kawan, berlarilah dan samai kedudukannya, atau justru kita lewati dia dan menangkan lombanya!. Mungkin seperti itu :')

Jangan justru kita benci setengah mati dengan istilah 'punya kenalan orang dalam', salahkan diri kita, kenapa kita tidak punya?

Tapi, pekerjaan dan semua urusan menyebalkan ini tidak hanya tentang 'punya kenalan orang dalam', ini tentang ikhtiar, kesabaran, dan tawakal. Ada kan mereka yang sukses tanpa harus dibantu orang dalam? Banyak ko. Jadi jangan bersedih, berusahalah lebih giat dan lebih keras. Jangan mengeluh terus, semangat saja. Bisa jadi ini bukan perihal tidak punya kenalan orang dalam, mungkin kita yang terlalu cepat putus asa dan menyalahkan keadaan.

Kalau kita tidak punya kenalan orang dalam, kenapa kita tidak berkenalan saja dengan orang dalam?

Sekian, semoga bermanfaat :)
Selamat mencari kerja untuk para job seekers semoga sedikit membantu.
Tolong tambahkan saran dan maaf kalau pikiran kita tidak sejalan mengenai isi postingan ini :* ^_^

Comments

Popular posts from this blog

Semua Aku Dirayakan💜

Terkadang hal sepele untuk kita, bisa sangat berharga bagi yang lain. Ditulis di hari jumat, sehari sebelum hari guru. Hari yang ku takuti :') Hari guru menjadi sakral untukku setelah aku jadi guru, 7 tahun yang lalu. Sejak itu, tiap bait lagu hymne guru selalu bermakna. Merayakan hari guru seyogyanya bukanlah kewajiban siswaku, tapi entah kenapa aku terluka bila mereka tak merayakannya bersamaku. Aku benci perasaanku ini. Aku minta maaf telah membebani mereka. Dan teman sejawatku pun begitu. Mereka bilang, "anak anak tidak perlu kasih hadiah, eh tapi kalau tidak dikasih kok sedih juga. Lihat yang lain dikasih, kok aku tidak". Begitulah hati guru, fragile nan rapuh.  Sebenarnya bukan kadonya yang membuat hari guru spesial, tapi melihat usaha mereka merayakan hari guru, membuatku terkesan. Anak anak boleh mengatakan, "ibu maaf tidak membelikan kado, kami sayang ibu, selamat hari guru", itu pun tak apa. Aku menyukainya. Anak anak boleh hanya mengucapkan, boleh mem

Paska Ujian Kompre

Bismillah... telah menyelesaikan ujian komprehensif selama tiga puluh menit dengan baik. You are really doing fine! :) Setelah menerjang badai di akhir desember sampai pertengahan maret, yang ternyata masih menyisakan hujan lebat hingga bulan mei kemarin, aku sungguh basah kuyup dan kedinginan. Tapi aku bertahan, bahkan dengan kekuatanku yang tidak seberapa, aku memberanikan diri ikut PPG. Masya Allah. Kalau diingat-ingat, kuasa Allah sangat besar padaku :') Perjalanan yang sangat sangat tidak mudah. Hm...sekian intronya ya. Hihi.  *** Anyway, sebelum ujian komprehensif hari ini, selasa malamnya temen temen di grup kim A ada beberapa yang bermaaf-maafan. Disitulah aku mulai sedih juga. Karena aku baru pertama kali menjalani pendidikan ini (dan ku rasa semua orang juga menjalani yang pertama dan terakhir kalinya), aku clueless untuk tau setelah ini tahapannya apa, setelah ini bagaimana, dll. Tapi sepertinya setelah ini ya kami akan pe-pe-el dan bakal masuk di kelompok yang lebih kec

Tulisan oleh Ust. Salim A. Fillah

Tulisan ini keren dan heart warming. "Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!" Oleh : Salim A. Fillah Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?