Pesan dari para ibu ibu kemarin pagi "Mukti nanti kalau cari suami harus yang berlebih ya (materi)"
Ku jawab, "Yang kurang aja belum tentu dapat bu" hihi
❤❤❤
Nggak usah senegatif itu bacanya. Para ibu itu menceritakan tentang lelahnya jadi wanita karir. Mereka meninggalkan anak demi mendapatkan penghasilan.
Bukan, sungguh bukan hanya karena mereka mengejar gengsi. Tapi karena penghasilan suaminya dirasa belum mencukupi. Mereka harus bekerja di luar, itu demi membantu perekonomian bersama.
Wanita karir yang harus bekerja dan meninggalkan anak. Tidak sesederhana yang terlintas dibenak para bapak. :)
Meninggalkan anak itu bukan perkara mudah. Apakah dengan menitipkannya ke pengasuh atau menitipkannya ke ibu mereka jadi solusi? Sejujurnya tidak.
Tetap akan ada yang hilang di antara hubungan ibu-anak. Apa itu?
Memori dan kedekatan emosional.
Bukankah madrasah pertama itu jatuh ke tangan seorang ibu?
Lantas bagaimana bisa ibunya mengajari anaknya bila mereka saja harus meninggalkan rumah di pagi buta?
Kemudian kalian (para kaum adam) berdalih, ''kan tetap bisa diajari sepulang dari bekerja?"
Tidakkah kalian lupa betapa lelahnya pulang bekerja itu?
Mereka yang pulang bekerja pasti merindukan rumah untuk istirahat. Kalaulah hanya raga yang lelah, tidak mengapa. Masih bisa ditunjang dengan suplemen atau secangkir kafein. Tapi suplemen apa yang bisa mengobati lelahnya jiwa?
Apakah kalian mengira jiwa para ibu yang bekerja di luar rumah itu setegar karang? Mereka pastilah kelelahan menghadapi deadline pekerjaan, salah paham antar rekan, atau tekanan dari atasan. Apakah kalian mengira mereka baik baik saja sepulang bekerja?
Maka luar biasa sekali untuk mereka mereka yang sepulang bekerja bisa menyelesaikan urusan rumah tanpa beban. Itulah yang ku sebut profesional, memisahkan antara pekerjaan dan rumah. Tapi perlu niat dan usaha ekstra. Mengingat hati manusia yang begitu rapuh. Haha
Ya semisal di kantor habis dimarahi atasan. Lalu pulang kerumah bisa tertawa tanpa beban. Jarang sekali ada manusia sekuat ini. Karena kebanyakan pasti pulang kerumah dengan lesu dan rambut yang kusut masai. Hihi
Sementara para ibu yang meninggalkan karirnya dan mengurusi rumah, mereka juga sama lelahnya. Pemandangan mereka hanya rumah. Mereka juga perlu bertemu teman temannya. Mereka rindu melihat keramaian di luar.
Mungkin ada satu waktu mereka ingin seperti wanita karir, pagi buta sudah rapi dan wangi. Pergi bekerja demi harga diri dan prestasi.
Tapi nasib berkata lain. Pagi ini sama seperti hari kemarin. Pakaian masih kumal, belum mandi, badan bau asap penggorengan. Rute yang dilalui tiap hari hanya rumah-pasar.
Apakah kamu mengira mereka baik baik saja? Apakah kamu kira mereka nyaman di rumah dan bebanmu menjadi kepala keluarga begitu berat? Apakah kamu kira mereka di rumah hanya bersantai? Kemudian kamu dengan kasarnya melontarkan kalimat "Bapak capek kerja seharian. Ibu kan di rumah aja nggak ngapa ngapain!"
Yaampun Ferguso.
Memangnya kalian pikir istri kalian itu tidur seharian? Lalu sayur sop yang sedang kalian kunyah itu siapa yang masak? Neneknya Keong Mas?
Belum lagi drama yang harus dilakoni ibu rumah tangga tiap bulannya adalah... ketika uang belanja mulai menipis, namun suami tak kunjung memberikan tambahan. Meminta sungkan, tidak diminta besok tak makan.
Sampai kemudian mereka mengumpulkan segenap keberanian untuk meminta uang belanja, dan kalian justru memijit pelipis sambil mendesah. Kalian menyodorkan uang belanja sambil bergumam "kenapa cepat sekali habisnya?". Manalah bapak tau harga ikan dan daging itu mahal? Sementara bapak selalu minta makan yang enak, dan kalaulah hanya disiapkan sayur bening, bapak menekuk wajah. Ckck.
Itupun cuma uang belanja. Si ibu sampai tak enak hati mau meminta untuk beli skinker.
💔💔💔
Di akhir tulisan ini, mungkin beberapa dari kalian berdehem. Menanyakan solusi padaku (yang bahkan belum berkeluarga). Solusinya simpel, cukup saling mengerti dan menghargai.
Ada sebuah tulisan yang berbunyi demikian,
"Bila istrimu adalah wanita karir, kamu harus menerima bila dia tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah.
Dan bila istrimu adalah ibu rumah tangga, kamu harus menerima keadaan dia yang tidak berpenghasilan"
Apakah kalian kira berumah tangga sesederhana itu?
Ya sederhana sih, kalau memang niatnya mencari teman hidup.
Lain cerita kalau niatnya mencari pembantu. Pffffttt
Padahal dulu sebelum menikah, kalau pasangannya ulang tahun dibelikan boneka ratusan ribu. Kadang juga dibelikan jam tangan Alexander yang harganya hampir sejuta.
Kenapa ketika pasangan ini memutuskan untuk hidup bersama kalian, justru kalian seperhitungan itu? Apakah hidup ini tentang untung dan rugi? Tentang give and take? Karena aku sudah bekerja, maka kamu harus memasak dan mencuci?
Karena aku bapak, dan kamu ibu, maka kamu yang bertanggung jawab mengurus anak?
Semoga kalian para bapak atau calon bapak, tidak pernah berpikir demikian. Semoga kalian berpikir untuk selalu membahagiakan pasangan kalian.
❤❤❤
Begitulah. Sepotong nasihat kemarin :)
Duududududuuuuu~
❤❤❤
BalasHapusHihiihiihihiihihiiiiiiiiiiii
Hapus