Jujur sebagai manusia biasa yang sedikit idealis, aku cukup lelah mental dan fisik.
Belakangan ini dunia semakin bercanda.
Negara semakin melucu.
Dan makin banyak manusia dengan ambisinya yang beragam, aku tentu berharap ambisinya baik untuk dunia, namun semua itu hanya khayalanku saja.
Bahkan tanpa ambisi itu, iklim dunia saja sudah amburadul. Pemanasan global, cuaca ekstrem, dan ancaman kerusakan bumi yang tak main main. Malah sebagian manusia rakus nan tamak justru dengan kesadaran penuhnya, makin semangat dan gelap mata merusak bumi gila gilaan. Ugh.
Masalah tiap harinya makin banyak. Baru saja membuka mata di pagi hari, gempuran berita buruk bermunculan.
Aku sampai kebingungan dan berharap tidak tau apa apa.
Sebagai manusia, aku seperti punya tanggung jawab untuk menjaga lingkungan dan moral di negara yang morat marit ini.
Terlebih peranku sebagai guru, aku makin harus 'ideal' untuk menyadarakan ratusan siswaku agar mereka juga mau berkontribusi demi kehidupan yang lebih baik.
Tapi, kamu lihat sendiri bagaimana kacaunya sistem ini.
Bagaimana kemudian kita diminta waras di negara yang sakit.
Aku seperti menguras air laut, mengecat pasir di pantai, menghitung milyaran bintang di langit.
Aku stres. Aku akui itu.
Manusiawi.
Walau aku mengatakan aku tidak perfeksionis, tapi alam bawah sadarku banyak menuntut kesempurnaan.
***
Biidznillah, Allah menghiburku lewat perantara ust Hanan.
Ust Hanan sampaikan dlm kajiannya, yang padahal temanya sederhana tentang "self doubt". Beliau menanggapai mengenai bagaimana peran kita bekerja dlm sebuah sistem yang bobrok.Ingat untuk 1. Tidak perlu perfeksionis, 2. Sabar, 3. Jangan menyerah.
Dalam sistem yang rusak, apa peran kita?
Jika kita adalah agent of change, atau disebut juga dengan "sang pembaharu", perubahan sekecil apapun selalu punya arti.
Anggaplah aku sebagai guru, dalam satu pertemuan di kelas, aku mengajar atau bercerita panjang lebar di depan 36 siswa yang tampak melamun.
Dari semuanya ternyata aku cuma berhasil mengubah sudut pandang/sikap 1 orang siswa, ya tidak masalah. Tidak perlu fokus pada kuantitas, sebab kita tidak sedang berbicara statistika. Kita berbicara tentang sebuah kualitas dan sesuatu yang jauh lebih bernilai dari sekadar angka.
Mungkin dari ribuan hari dan semua hiruk pikuknya, kita hanya berhasil mengubah sebagian kecil sistem yang bisa saja sangat tidak keliatan (saking kecilnya), lagi lagi tak masalah.
Sebab Allah lihat niatnya, dan usaha kita yang maksimal itu🤏🏼 poinnya 3 tadi.
Pengelolaan sampah, kerusakan lingkungan, mungkin kita hanyalah setitik manusia yang tetap bersikukuh membuang sampah pada tempatnya, saat ada jutaan lainnya membuang sampah di sungai. Ya tak apa. Kita tidak bisa mengubah SDM dan mental rendah itu. Kita fokus pada apa yang bisa kita lakukan.
Ah. Setelah mendengarkan kajian itu aku merasa lega. Kenapa aku selalu keras pada diriku sendiri?
Ingatlah,
Tidak pernah ada yang sia sia. Sekecil apapun kebaikan itu. Allah Maha Tau. Himnae✨
Komentar
Posting Komentar