Pergulatan batin antara ego dan larangan Allah membuatku selalu maju mundur dan mencari celah.
Sejatinya aku begitu mencintai momen hari kelahiran. Entah momenku atau momen orang terdekatku. Aku ingin merayakannya dengan baik. Walau hanya sepotong kue cokelat dan ucapan syukur.
Namun, hari kelahiran tampak dilematis. Perbedaan pandangan yang mengatakan boleh kalau hanya sekadar perayaan syukur, ada pula yang melarang habis habisan.
Sehingga sejak usia 25 tahunku mungkin, aku sudah berusaha mengikhlaskan melewati hari itu dengan "biasa". Walau ku akui, satu ucapan selamat terasa sangat istimewa, apalagi kalau menerima hadiah buah cinta dan sayang, atau apa saja bentuk perhatian yang diberikan di hari itu.
Sejak itu pula, aku berat hati melewatkan ucapan pada orang terdekatku dan tidak menghadiri acaranya. Cukup ragu juga untuk memberikan kue atau hadiah. Walau akhirnya aku berusaha tetap membelikan mereka.
***
Dan insya Allah tanggal 30 desember kali ini, usiaku 30 tahun.
Rasanya semakin menggunung keinginan untuk merayakannya.
Belum lagi ketika melihat beberapa postingan atau ucapan dari ustadz ustadzah pada hari kelahiran yang seolah mengisyaratkan bolehnya merayakan.
Maka aku coba menelisik dan bertanya pada beberapa orang yang menurutku lebih ahli.
Dan dengan segenggam ilmu baru yang ku miliki... Kali ini ku putuskan untuk "merayakannya".
***
Banyak sekali alasan aku ingin merayakannya.
Pertama, sebagai wujud syukur tentu. Karena usia ini sangat berbeda. Ujiannya, lika likunya. Maka sampai bisa memeluk usia 30 tahun sesungguhnya merupakan sebuah keajaiban.
Kedua, aku ingin hari kelahiran kali ini memiliki kesan yang kuat. Aku ingin usia ke 30 ini bisa ku maknai dengan baik. Sebelumnya aku akan berusaha bisa menyelesaikan hutang puasaku. Baru kemudian di hari H nya...aku ingin bersedekah... Dan melakukan beberapa hal lain lagi.
Ketiga, aku ingin mengabadikan momennya dengan orang orang yang aku sayang.
***
Bismillah, goes to 30💜
Komentar
Posting Komentar