Banyak jalan menuju Surga, pintu-pintunya terbentang di hadapan.
ku tuliskan kenangan tentang
caraku menemukan dirimu
tentang apa yang membuatku mudah
berikan hatiku padamu
takkan habis sejuta lagu
untuk menceritakan cantikmu
kan teramat panjang puisi
tuk menyuratkan cinta ini
telah habis sudah cinta ini
tak lagi tersisa untuk dunia
kan telah ku habiskan
sisa cintaku hanya untukmu
aku pernah berpikir tentang
hidupku tanpa ada dirimu
dapatkah lebih indah dari
yang ku jalani sampai kini
aku selalu bermimpi tentang
indah hari tua bersamamu
tetap cantik rambut panjangmu
meskipun nanti tak hitam lagi
bila habis sudah waktu ini, tak lagi berpijak pada dunia
telah aku habiskan sisa hidupku hanya untukmu
dan telah habis sudah cinta ini, tak lagi tersisa untuk dunia
karena telah ku habiskan sisa cintaku hanya untukmu, untukmu, hidup dan matiku
Pilih mana yang kamu mampu, yang kamu bisa.
Kita bisa memilih lewat pintu mana saja, tapi terkadang kita pun tidak berdaya.
Ada pintu sedekah, ada pintu tahajud, pintu puasa, dan... pintu birrul walidain.
Ya, pintu berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu.
***
Birrul walidain? Pada masa kecilku, ku maknai sebagai tugas yang mudah.
Tapi setelah dewasa seperti saat itu, aku baru menyadari tugas ini ternyata berat.
Aku di masa lalu, bahkan dengan gagah beraninya meminta pada Allah, "Ya Allah jadikan aku tulang punggung keluarga! Aku tidak mau bapak ibuku kelelahan dan bekerja hingga di usia senja mereka."
Ku pikir, aku tidak mungkin tega menelantarkan mereka, tidak apa aku bekerja banting tulang demi mereka.
Tapi lagi lagi tidak semudah itu...
***
Ujian kehidupan hadir, di momen yang paling getir.
Aku bahkan mulai mengoreksi doaku, aku kira aku salah dalam meminta.
Aku diuji dengan sebuah apresiasi. Aku sudah habis-habisan bekerja dan menghasilkan nafkah, lalu aku diuji dengan kepahitan apresiasi yang tak ku dapatkan.
Belum lagi kalau ternyata nafkah yang ku beri tak pernah cukup.
Atau hati orang tuaku yang terlampau sensitif hingga tak mau menerima nafkahku lagi.
***
Semakin kesini, semakin bertambah usiaku, semakin menua pula orang tuaku.
Semakin banyak wawasanku, semakin keras juga ego orang tuaku.
Aku tak lagi bisa duduk manis bercakap lama, aku menyepi, menjauh dari orang tuaku sendiri.
Semakin lama waktu yang ku habiskan bersama mereka, yang ada hanya adu pendapat.
Aku si sok tau, dan orang tuaku yang merasa selalu paling benar.
Dan, semakin kesini pula, tak bisa ku pungkiri semakin melemah juga pola pikir mereka, ditambah aku yang selama ini merasa menjadi anak dengan luka pengasuhan.
Sebuah kombinasi fantastis untuk semakin merenggang.
Aku berusaha mencari jalan tengah.
Kesana kemari.
Selama ini pola pikirku terus mencari solusi, mencari jalan keluar.
Tapi ternyata malam ini, hatiku terasa terkoyak lebih dalam di luka yang paling menyakitkan di relung hatiku.
***
Ustadz Hanan Attaki mengatakan, "Tidak disebut berbakti kalau belum diuji. Justru disebut berbakti ketika kondisinya berat."
Berbakti itu bukan bersikap baik dengan orang tua yang selalu hangat dan pengertian.
Justru sebaliknya. Berbakti itu ketika diuji dengan orang tua yang tidak hangat, atau kondisi orang tua yang tidak ideal (ku sebut tidak ideal saja, walau pengertian ideal pada tiap orang tidak sama).
Ada anak yang orang tuanya sakit, sehingga kondisinya memprihatinkan dan harus merawat mereka. Maka inilah kondisi tidak ideal yang menjadi ladang berbakti sekaligus pintu surga si anak.
Pun sama halnya denganku, yang memiliki rumah yang tidak hangat.
Walau, kehangatan tiap rumah pun tidak selalu sama, walau bisa saja hanya aku yang merasa tidak hangat, sementara orang tuaku tidak begitu.
Kalau selama ini aku coba mencari titik temu dan berusaha mendamaikan, ternyata yang semestinya berdamai lebih dulu adalah aku.
***
Lagi lagi perspektif.
Ustadz Hanan alih alih memikirkan solusi agar aku dan orang tuaku bisa kembali berbincang lebih lama tanpa ada adu argumen, justru hanya menyiratkan bahwa ya disitulah letak berbaktinya, kita diuji dengan kondisi seperti ini agar kita bisa berbakti.
Aku harus bisa menurunkan egoku.
Bukan karena aku benar, bukan karena aku berilmu, bukan karena aku anak, sesimpel karena mereka pintu surgaku saja.
***
Aku harap tulisan ini bisa menjadi penyejuk bagi hati kecilmu yang babak belur karena orang tua.
Aku tau tidak mudah, tapi aku harap kita bisa belajar berdamai dan ridho pada semua ketentuanNya.
Kita dilahirkan dan dibesarkan di tengah keluarga kita, tentu bukan tanpa alasan.
Orang tua kita pun bukan sembarang orang yang lalu lalang di hidup kita, mereka adalah orang-orang baik yang dengannya kita hadir yang menetap di hidup kita.
Aku tidak akan pernah tau luka apa yang sedang kamu genggam begitu erat,
Aku tidak akan tau bagaimana kamu bisa melalui hari-harimu hingga kini,
Aku juga tidak akan tau betapa menyesakkan tangis yang berusaha kamu pendam sedemikian dalamnya,
Tapi bisakah kamu mengucapkan selamat tinggal pada luka itu?
Memilih berdamai ternyata bisa memberi harap bahwa esok hari akan jauh lebih indah.
Kamu tidak akan bisa terus membawa bebanmu, berat sekali, bagaimana kalau kamu letakkan saja, atau buang jauh jauh?
Kamu begitu manis dan kecil.
Masa depanmu masih panjang dan cerah.
Luka itu, trauma itu, ketakutanmu perihal orang tuamu, lepaskanlah, inilah saatnya.
Kamu lihat kerutan di wajah mereka, kamu rasakan genggaman tangan mereka yang kasar, tidakkah penyesalanmu akan jauh lebih menyakitkan untuk kamu terima?
Turunkan egomu, mari memaafkan perlahan-lahan.
***
ku tuliskan kenangan tentang
caraku menemukan dirimu
tentang apa yang membuatku mudah
berikan hatiku padamu
takkan habis sejuta lagu
untuk menceritakan cantikmu
kan teramat panjang puisi
tuk menyuratkan cinta ini
telah habis sudah cinta ini
tak lagi tersisa untuk dunia
kan telah ku habiskan
sisa cintaku hanya untukmu
aku pernah berpikir tentang
hidupku tanpa ada dirimu
dapatkah lebih indah dari
yang ku jalani sampai kini
aku selalu bermimpi tentang
indah hari tua bersamamu
tetap cantik rambut panjangmu
meskipun nanti tak hitam lagi
bila habis sudah waktu ini, tak lagi berpijak pada dunia
telah aku habiskan sisa hidupku hanya untukmu
dan telah habis sudah cinta ini, tak lagi tersisa untuk dunia
karena telah ku habiskan sisa cintaku hanya untukmu, untukmu, hidup dan matiku
- Virgoun
Surat Cinta untuk Starla
🥺❤️
BalasHapushimnae~ 💜💜💜💜
Hapus