Lagi lagi, ku tuliskan surat cinta ini.
Aku berharap kamu membacanya, meski aku tau ini harapan yang mustahil.
Jadi ku tuliskan saja untuk semuanya, semoga angin membawa kabar gembira ini sampai di telingamu.
***
Aku masih suka melihatmu,
Begitu melihatmu, darahku benar benar berdesir cepat sekali, telapak tanganku dingin, dan aku susah berpikir dengan jernih.
Aku tergagap, tidak bisa berbicara, bahkan tersenyum pun enggan.
Padahal aku sesuka itu padamu.
Benar kata orang orang, kalau perempuan suka, jangankan bicara, menoleh pada orang yang ia sukai pun tak sudi.
Aku sungguhan tidak bisa melihatmu dengan baik. Sebelumnya aku sudah berlatih untuk menatapmu barang 3 detik saja, kata para ahli, itu bisa menjadi pengirim sinyal kalau kita suka dengan orang tersebut.
Aku sudah bertekad akan mencobanya, mencoba menatapmu.
Tapi sial, baru sepersekian mili detik kita bertatapan saja, aku sudah kacau tidak karuan, aku buru buru buang muka.
Menatapmu saja aku tidak bisa, apalagi bicara!
Aku kadang membayangkan, seandainya nanti kamu jadi pasanganku, aku akan segera menceritakan perjuanganku mendapatkanmu.
Tentang semua skenario yang ku diskusikan dengan temanku, tentang semua dialog yang ku rapalkan dari rumah, seandainya ada kesempatan bicara denganmu, dan tentang adegan drama picisan yang akan ku praktikan di depanmu.
Tapi, itu hanya ada di kepalaku saja.
Sebab sulit sekali berada di dekatmu.
***
Pengalaman selama ini mengajarkanku banyak hal, termasuk menjaga kehormatan diriku dan TAHU DIRI.
Aku tau aku tidak secantik itu, aku juga tau bahwa sepertinya usia kita cukup terpaut jauh.
Kita tidak sekufu. Benci mengakuinya, tapi aku harus realistis.
Semua itu membawaku pada tahap menyukai dan mengagumi dalam diam.
Aku tak ingin mengejar siapapun, atau memaksa orang yang ku suka untuk menetap dalam hidupku.
Hidupku masih belum tertata rapi, aku khawatir hanya akan membawa banyak luka (untuk diriku).
***
Aku berusaha menciptakan kebetulan, dengan mengunjungi tempat yang mungkin kamu kunjungi.
Kamu ada disitu, tapi kamu lantas pergi. Aku semakin kesulitan bertemu denganmu.
Padahal untuk kesana pun aku harus melawan rasa malasku dan perlu keberanian juga.
Kamu harus tau, bahwa aku sangat suka tidur.
Mengunjungimu artinya aku merelakan tidur siangku yang sangat berharga.
Tapi aku pernah tidak sengaja bertemu denganmu di jalan, kita saling bertatapan, lucu sekali. Seperti di film-film, adegan bertatapan itu dalam gerak lambat.
Rasanya beberapa kebetulan yang ku ciptakan seperti membuahkan hasil, tapi aku terlalu bodoh untuk mengakui bahwa itu tidak benar.
Kamu seperti angin segar yang berhembus di tengah keringnya hari hari yang ku lalui.
Aku tidak berharap banyak, aku hanya ingin menyukaimu saja.
Aku mendapatkan senyumku yang seringkali tidak ku dapatkan selama ini, aku kegirangan ketika melihatmu, ku rasa itu sudah cukup bagiku.
***
Kamu tau?
Semakin besar rasa sukaku padamu, semakin besar pula aku meragukan diriku.
Tentang aku yang kurang cantik, kurang menarik, kurang dalam banyak hal.
Rasa suka ini semakin tidak sehat.
Aku tidak ingin kehilangan diriku lagi.
Aku tidak mau meragukan diriku seperti ini.
Pandanganku tentangmu mengaburkan banyak hal.
Apakah kamu baik?
Aku seperti tidak memusingkan itu.
:)
Maka, ku harap rasa suka ini memudar.
Aku harap aku segera bertemu dengan laki-laki yang bisa membawaku mencintai diriku dengan baik, bukan seseorang yang terus membuatku ragu.
Seseorang yang mengatakan bahwa aku layak dicintai, bahwa aku adalah anugrah terbaik yang ia miliki.
Komentar
Posting Komentar