Bismillah, selasa pagi.
Sejenak mundur dari keramaian. Membuka lembaran masa lalu.
Hari ini sekali lagi, aku ingin berterima kasih pada diri. Masya Allah, terima kasih Sayang atas semua kekuatan yang berhasil kita himpun untuk melalui hari demi hari di masa silam.
Banyak sekali mendung yang berhasil kita lewati. Dengan semua guruh dan petirnya.
Banyak sekali hujan yang kita lalui, dengan atau tanpa payung. Kita lalui gagah berani. Walau seringkali harus basah kuyup, menggigil sampai demam.
Panas matahari yang menyilaukan, kadang harus berlindung di bawah bayang bayang gedung tinggi. Panas yang membuat keringat mengucur tak tertahankan.
Kita, mampu melewati semua terjal itu Sayang.
Menikmati pelangi yang terlukis angkuh di langit atau sejenak mendongak sambil menyipitkan mata, demi melihat gumpalan awan putih di siang hari. Hujan yang turun rintik rintik, dan kita berlarian di bawahnya.
Hidup yang seperti apa yang kita inginkan?
Pertanyaan itu selalu mengganggu.
Berkali kali kita nyaris menyerah, menggigit bibir bawah menahan tangis. Berkali kali jua kita hampir bunuh diri, ketika semua terasa begitu tidak adil dan menyesakkan.
Hidup yang begitu getir. Sementara di bumi belahan lain, semua tampak bahagia tak seperti kita yang nelangsa.
Perlakuan dunia yang tak ramah. Hinaan dan fitnah yang bertubi tubi. Sakit hati dan perasaan tersinggung yang kerap kita telan. Entah apakah itu obat atau racun. Kita tak mampu melakukan apapun selain meyakini bahwa esok kan lebih baik.
Kita, berhasil melaluinya Sayang. Semuanya.
Pil pahit itu...walau tak jua kita rasakan manis di lidah, setidaknya semoga menyembuhkan sakit sakit dalam diri ini.
Kita meringis mengingat kejadian demi kejadian yang melintas di benak kita. Memori menyakitkan itu, apakah akan melekat kuat? Atau tergerus waktu?
Ternyata setelah tahun tahun berlalu, kita selalu terkenang semuanya. Memang benar kata orang, ingatan buruk tak pernah mau lenyap. Sekalipun kita begitu berusaha.
Sayang, terima kasih karena kita sudah berjuang sehebat ini dan tak menyerah. Kendatipun silet sudah siap menyayat nadi, kita tak jua melukainya. Sayang, aku berharap semua luka, tangis, darah, dan keringat kita menguatkan sekaligus melembutkan kita.
Sekeras apapun hidup yang sudah kita lalui, semoga hati kita tetap lembut.
Perasaan dikucilkan dan tidak diinginkan dari sekeliling, mari kita selalu mengabaikannya. Mari kita percaya bahwa seburuk apapun diri ini, pasti selalu diingini dan diistimewakan setidaknya oleh satu orang.
Jangan menyerah, bahkan berpikir untuk menyerah pun, jangan.
Bismillah ...
Mari terus menjalani sisa usia ini dengan sebuah perjalanan yang baik, iya, ayo kita jalani berdua.
Perasaan dikucilkan dan tidak diinginkan dari sekeliling, mari kita selalu mengabaikannya. Mari kita percaya bahwa seburuk apapun diri ini, pasti selalu diingini dan diistimewakan setidaknya oleh satu orang.
Jangan menyerah, bahkan berpikir untuk menyerah pun, jangan.
Bismillah ...
Mari terus menjalani sisa usia ini dengan sebuah perjalanan yang baik, iya, ayo kita jalani berdua.
Comments
Post a Comment