Skip to main content

Patah Hati

Daritadi pagi nyoba sibuk. Sibuk beresin rumah, nyimpenin barang barang, milah baju kotor buat dicuci besok, buang sampah, cuci piring, terus maghrib ini sampe beberapa menit yang lalu ngubekin laptop. Apa aja dihapus. Foto yg dobel, video gak penting, file gak kepake dan sebagainya. 

Udah bersih... Nyoba nonton. Belum mulai, udah di-stop-in. Nonton yang lain... Tapi gak fokus...

:)

Sebenernya hati aku tau, kenapa aku seharian kayak orang kelebihan energi. Aku beneran nggak mau ada waktu diem, bahkan semenit... Soalnya aku tau... Kalau pas diem kayak sekarang ini, bisa nangis juga. Hihi. Kangen. Rasanya kayak masih di kamar sebelah. 

Kangeeen banget sama anak sholehahku si Mayam. 

Sejak Mayam berangkat tadi pagi, adekku galau. Kangen katanya. Mau Mayam. Mau Mayam. 
Aku sok kuat aja, karena kalau aku juga ikutan mewek kan nanti siapa yang nguatin kami? 
Aku sambil ngelapin lantai berusaha bilang "nggak papa, Mayam kan mau kumpul sama abinya. Kasian masa disini kepisah terus?"
Dan hal hal logis lainnya. 

Aku ketawa ketawa aja, ngeledekin adekku. 

Walau sejujurnya, malam sebelumnya mataku udah sembap nangis. Rindu. Sedih. 

Mayam udah tinggal di rumah sini 9 bulan. Bukan waktu yang sebentar, mulai dari Mayam umur 0 hari, sampe akhirnya bisa duduk sendiri, dan bisa mundur-mundur lucu. Dari yang cuman bobok terus, sampe bisa tepuk tangan dan ketawa dibuat buat. 

Selama 9 bulan itu, Mayam kepisah sama abinya karena lockdown. Abinya kerja jauh. Sementara Mayam disini sama umi, mbah, ibu, dan tetehnya.

Egois kalau pengen Mayam tetap disini, sementara abinya jauh lebih berhak melihat tumbuh kembang Mayam.

Tapi sesak juga, aku nggak bisa pamitan sama Mayam properly tadi, karena aku cuman bilang asssalamu'alaikum aja udah bergetar suaraku. Lemah lemah! 
Huhu
Tapi sesungguhnya...jauh sebelum hari ini. Tiap kami cuman berdua aja. Tiap Mayam ada di gendonganku, tiap aku nidurkan Mayam atau sekadar main aja, aku udah bilang, betapa aku sayang dan kangen sama Mayam. Aku bilang aku bakal rindu banget nanti, cuman nggak papa, kataku, Mayam kan pergi demi kebaikan Mayam... 

Hmm

Sekarang Mayam udah sama abi uminya. Sudah di rantau. Nggak karuan banget hatiku. Aku pengen nangis tapi... Udahlah. Jangan nangis :(

***

Berkali kali aku sedih. Sama skema dunia yang terus berubah.
Bagaimana dulunya bapak ibuku sehat, muda, dan kuat. Kini ringkih, tua, dan mulai lemah.
Dulu keluargaku lengkap, isinya main, main, dan main. Sepupuku masih sebaya denganku, masih sama nggak warasnya. 
Tapi kini semua sudah berkeluarga, dewasa. Canggung. Obrolannya sudah jauuuh dari masa anak anak dulu. 
Dulu dan dulu. Gak bakal ada kesudahannya. 

Dan kini fakta bahwa... Mayam akhirnya pergi dari rumah untuk kumpul sama keluarga kecilnya, bikin aku semakin sadar... One day, aku bisa jadi juga akan melakukan hal yang sama.

Kadang perasaan ingin membangun rumah tangga, mempunyai keluarga baru yang kecil dan tentram tiba tiba melintas di kepalaku... Kadang aku ingin menikah, hidup baik, dan memiliki seseorang yang bisa jadi teman ceritaku selamanya. 
Tapi di sisi yang lain, aku tau semua akan berubah setelahnya. Aku bisa saja meninggalkan rumah setelah menikah nanti. Semua tak akan sama. Aku tidak bisa lagi tidur di kamarku, masak di dapur ini, duduk di halaman belakang dsb. 
Memikirkannya saja sudah sedih... 
Aku akhirnya kembali dari pikiran rumit itu... Dan menikmati waktuku sekarang. 

Sekian. Lagi nggak mood bikin kesimpulan. Dan maaf belepotan

Ps: semoga Mayam sehat ya, bahagia, jangan sedih ya mbak bayikku. 

Comments

Popular posts from this blog

Semua Aku Dirayakan💜

Terkadang hal sepele untuk kita, bisa sangat berharga bagi yang lain. Ditulis di hari jumat, sehari sebelum hari guru. Hari yang ku takuti :') Hari guru menjadi sakral untukku setelah aku jadi guru, 7 tahun yang lalu. Sejak itu, tiap bait lagu hymne guru selalu bermakna. Merayakan hari guru seyogyanya bukanlah kewajiban siswaku, tapi entah kenapa aku terluka bila mereka tak merayakannya bersamaku. Aku benci perasaanku ini. Aku minta maaf telah membebani mereka. Dan teman sejawatku pun begitu. Mereka bilang, "anak anak tidak perlu kasih hadiah, eh tapi kalau tidak dikasih kok sedih juga. Lihat yang lain dikasih, kok aku tidak". Begitulah hati guru, fragile nan rapuh.  Sebenarnya bukan kadonya yang membuat hari guru spesial, tapi melihat usaha mereka merayakan hari guru, membuatku terkesan. Anak anak boleh mengatakan, "ibu maaf tidak membelikan kado, kami sayang ibu, selamat hari guru", itu pun tak apa. Aku menyukainya. Anak anak boleh hanya mengucapkan, boleh mem

Paska Ujian Kompre

Bismillah... telah menyelesaikan ujian komprehensif selama tiga puluh menit dengan baik. You are really doing fine! :) Setelah menerjang badai di akhir desember sampai pertengahan maret, yang ternyata masih menyisakan hujan lebat hingga bulan mei kemarin, aku sungguh basah kuyup dan kedinginan. Tapi aku bertahan, bahkan dengan kekuatanku yang tidak seberapa, aku memberanikan diri ikut PPG. Masya Allah. Kalau diingat-ingat, kuasa Allah sangat besar padaku :') Perjalanan yang sangat sangat tidak mudah. Hm...sekian intronya ya. Hihi.  *** Anyway, sebelum ujian komprehensif hari ini, selasa malamnya temen temen di grup kim A ada beberapa yang bermaaf-maafan. Disitulah aku mulai sedih juga. Karena aku baru pertama kali menjalani pendidikan ini (dan ku rasa semua orang juga menjalani yang pertama dan terakhir kalinya), aku clueless untuk tau setelah ini tahapannya apa, setelah ini bagaimana, dll. Tapi sepertinya setelah ini ya kami akan pe-pe-el dan bakal masuk di kelompok yang lebih kec

Happy Graduation Kelas XII 2019

Ditujukan untuk anak anak baik yang berhati lapang dan berpikiran terbuka. Bagi yang hatinya sempit, pikirannya tertutup, emosian, sebaiknya tidak perlu membaca❤ hihi Bismillahirrahmanirrahim... Assalamualaikum... Memenuhi janji nulis tadi. Let me say this first ya, "Selamat perpisahan anak-anak!" Alhamdulillah hari kemarin nggak ada yang nangis. Semuanya happy. Semuanya cantik cantik dan ganteng ganteng as always. Sebenarnya cuman mau nulis "sorry and thank you" aja sih ini. Hehe. Sebelumnya juga ibu minta maaf, karena tulisan ini ditujukan untuk anak anak seangkatan, ibu nggak bisa kalau harus menuliskan nama kalian satu satu dan mengulasnya. Gimana ibu bisa nulis ulasan buat 199 anak? Too much ya, Nak. Bisa nangis jari jari ibu. Anyway. Ya, akhirnya kita sampai di hari ini. Ibu bahagia untuk kesempatan yang sudah Allah berikan pada ibu. Ibu bisa mengantarkan kalian sampai disini. Selesai sudah tanggung jawab ibu. Untuk beberap