Langsung ke konten utama

Beruntung

"Ibu bilang ke bapak, ke keluarga kita, kalau apa yang sudah kamu capai sampai saat ini semua atas usaha keras kamu. Karena kamu rajin belajar, karena kamu pinter, karena kamu berusaha sungguh sungguh"

"Tapi kan bapak sama ibu sudah sekolahin aku, kuliahin aku"

"Nggak, kami cuman bantu sedikit. Semua atas usahamu sendiri. Kamu yang dapat beasiswa, kamu yang nekat kuliah, kamu yang belajar sampai jadi pegawai sekarang ini"

***

Another my deep talk with mom tonight.

Aku cuman kaget mendengar itu, karena aku selama ini hanya merasa jadi beban. Pecundang dan benalu. 

Aku merasa semua yang ku dapatkan berkat keberuntunganku. Berkat pertolongan banyak orang.

Tapi... Semua kesungguhan ibu mengatakan fakta itu, membuatku ingin membalas perkataannya, namun demi mengingat darah, keringat, dan air mata yang ku pendam sendiri selama ini, aku akhirnya tidak berhasil menjawab apapun padanya. Dalam lubuk hatiku yang sangat dalam, aku hanya terkejut, lantas membenarkan. 

***

Sejak SMP, aku sudah membulatkan tekadku untuk kuliah. Sejak SMP aku sudah membuat rencana untuk masa depan buramku. Aku memilih SMA bukan tanpa alasan. Aku harus kuliah. Itulah sebab aku mengesampingkan SMK.

Sejak SD, aku selalu masuk sekolah yang aku mau tanpa banyak hambatan. Ku kira aku beruntung, ternyata itu berkat usahaku yang tidak aku sadari...
Aku bahkan berani mengabaikan les walau sering mendapat sanksi, karena les itu tidak cukup berguna dan tentu menghabiskan banyak uang. Uang adalah... Sesuatu yang tidak semua orang bisa miliki kan? 

Aku masuk SMP dengan mengikuti tes murni, lulus dengan nilai yang baik, dan masuk SMA berbekal nilai SMP itu... 20 besar, tanpa kesulitan yang berarti. 
Aku kuliah dapat beasiswa, pun bukan hanya beruntung ternyata, tapi karena aku berusaha selama ini... 

Aku belajar, aku menahan tangis, aku membuang semua gengsiku, aku berusaha dengan giat... Aku menyamai langkah teman temanku yang punya waktu dan kesempatan mengikuti les. Sementara aku lagi lagi melewatkan les itu. 
Karena apa? Jelas karena mereka memiliki cukup banyak uang dan aku tidak... 
Tapi tak apa. Aku tetap mengganti semua ketertinggalanku dengan belajar. 

Aku sudah berusaha :') 

Aku kuliah 4 tahun, karena lewat daripada itu, mungkin aku tidak mampu lulus... Karena aku anak beasiswa, yang sangat bergantung pada uang pemerintah... 
Aku melakukan banyak hal. Jelas menangis, menahan tangis, menelan semua kepahitan, menjalani bagian terburuk dalam hidupku... Aku bahkan berperang melawan sakit beberapa bulan selama kuliahku...
Tertatih menjalani KKNku saat sakit, menyelesaikan PPLku dengan minum obat tiap jam 8 pagi setiap hari... Aku menjalani semua itu... 

Aku mengejar dosen, mengejar penelitianku di lab, skripsi, mengejar semuanya, demi mendapatkan semua program kuliahku tepat waktu. Tentu bukan atas egoisme semata, tapi karena beasiswa. 

Aku menghabiskan ramadhanku di tanah rantau, sendirian, demi impian masa kecilku, yang ternyata setelah ku perjuangkan, aku menyesal dan menangis dalam diam. 

Bahkan demi status pegawai saat ini, aku melaluinya dengan air mata. Karena sulit dan menyakitkan melaluinya... Aku belajar begitu keras, walau tidak mimisan. 
Sampai aku mendapatkan pengumuman kelulusan itu... 

***

Ternyata aku telah melalui banyak kesulitan dalam hidup ini... 
Ternyata semua ini bukan sekadar beruntung, yah, mungkin beruntung. Tapi keberuntungan itu tidak akan bisa menembus pintu yang kokoh. 
Mungkin aku memang beruntung, tapi aku telah melakukan usaha terbaikku untuk membuka semua pintu di hadapanku, sehingga keberuntungan itu tidak melewatkanku...

:') 

Aku... Hanya menuliskan ini, sebab aku bangga pada diriku saat ini. 
Walau aku kini..di usia 28 tahunku... Aku merasa tertinggal dari semua orang di sekitarku, merasa terbelakang, merasa sangat dikucilkan... Tapi aku telah berhasil menaklukan duniaku sendiri. Aku telah menjadi yang terbaik bagiku, bagi hidup dan duniaku. 

MasyaAllah tabarakallah❤
Apa yang ibu sampaikan malam ini, menyadarkanku... Bahwa aku telah berjuang dengan sempurna💙



Ps: jelas semua atas ijin Allah ya💜💜💜

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kos Putri 165

  Assalamu'alaikum, Blogger...   Tidak terasa sudah 3 tahun saya tinggal di kota cantik ini. Menjadi pendatang memang bukan h al yang mudah, karena selain kita harus bisa beradaptasi, kita juga harus bisa menemukan tempat tinggal yang cocok dan nyaman. Selama ini saya sudah 3 kali pindah kos-kosan. Mulai dari di daerah Yos Sudarso, Pangeran Samudera, dan yang terakhir di Borneo. Alhamdulillah, sekarang saya sudah menemukan kos yang sesuai dengan keinginan saya. Nah, dengan segala kerendahan hati saya :D Hari ini saya akan berbagi pengalaman selama berada di kos saya ini, yaitu Kost Putri 165. Yuk disimak!

Nasihat untuk Para Bapak

Pesan dari para ibu ibu kemarin pagi "Mukti nanti kalau cari suami harus yang berlebih ya (materi)" Ku jawab, "Yang kurang aja belum tentu dapat bu" hihi ❤❤❤ Nggak usah senegatif itu bacanya. Para ibu itu menceritakan tentang lelahnya jadi wanita karir. Mereka meninggalkan anak demi mendapatkan penghasilan. Bukan, sungguh bukan hanya karena mereka mengejar gengsi. Tapi karena penghasilan suaminya dirasa belum mencukupi. Mereka harus bekerja di luar, itu demi membantu perekonomian bersama. Wanita karir yang harus bekerja dan meninggalkan anak. Tidak sesederhana yang terlintas dibenak para bapak. :) Meninggalkan anak itu bukan perkara mudah. Apakah dengan menitipkannya ke pengasuh atau menitipkannya ke ibu mereka jadi solusi? Sejujurnya tidak. Tetap akan ada yang hilang di antara hubungan ibu-anak. Apa itu? Memori dan kedekatan emosional. Bukankah madrasah pertama itu jatuh ke tangan seorang ibu? Lantas bagaimana bisa ibunya mengaj

Surat Terbuka untuk Kelas XII 2018

Demi menulis apa yang sedang menyesaki kepala, sampai rela meninggalkan soal ulangan yang padahal dikejar deadline. Bismillahirrahmanirrahim... Jadi, malam ini, Nak. Postingan ini ditujukan untuk kalian anak-anak ibu yang lucu dan menggemaskan (pada akhirnya kalian menjadi lucu dan menggemaskan bagi ibu). To be honest , jarang sekali momen paska perpisahan itu baper ya, sampai-sampai tertuang di blog ini. Tapi mungkin dua tahun cukup lah sebagai pertimbangan kenapa kalian agak berkesan hingga akhirnya ibu rela menuliskan surat ini disini.

Jealous

I wished you the best of All this world could give And I told you when you left me There's nothing to forgive But I always thought you'd come back, tell me all you found was Heartbreak and misery It's hard for me to say, I'm jealous of the way You're happy without me

Pilihan Pilihan Asdfghjkl!

Semua orang membuatku merasa bersalah, di tiap pilihan hidup yang ku ambil. Sulit sekali mencari mereka yang mendukung. Misal aku memilih A, mereka akan bertanya kenapa aku tidak memilih B? Misal aku tidak memilih A, mereka akan mempermasalahkan aku yang tidak memilih. Misal aku salah dalam memilih, mereka akan menudingku sebagai orang yang paling salah di muka bumi ini. Hidup yang cuma sekali ini, tanpa ada simulasinya, tanpa ada try out nya, kenapa harus selalu saling menghakimi? Apakah kalian menjalani hidup ini sebelumnya? Aku baru sekali saja. Tolong jangan buat aku kelelahan. Aku tidak menerima pinangan A, aku menolak pinangan B, aku membatalkan mengenal C. Sudahlah. Tak perlu kau tanya alasannya hanya untuk mempermasalahkan keputusanku. Hanya untuk mencap aku sebagai seorang perempuan pemilih dan punya standar yang tinggi. Peluklah aku, hargai keputusanku, dan dengarkanlah aku. Aku lelah. Sangat lelah. Aku juga sulit mengenali diriku sendiri. Kenapa aku tidak suka A, tidak mau B

Sabtu yang Produktif (?)

Assalamualaikum! Apa kabar sabtunya? Apakah lagi malas-malasan? atau kerja? atau melakukan hal-hal yang bermanfaat? It's really great I can say hi to all of you in this amazing saturday :)) yeay Belakangan aku buntu banget, aku minggu lalu ikut tes PPPK yang dengan terpaksa ku ikuti... Karena I didn't have any choice, bahasa mudahnya adalah... mau nggak mau harus diikuti. Panjang banget kalau harus diceritakan disini, yang pastinya dengan berat hati ku ikuti. Tapi prinsipku adalah ALL IN or NOTHING. Jadi karena aku sudah ikut, aku harus maksimal, semaksimal yang aku mampu. Karena perasaan bersalah dan menyesal pada diri sendiri adalah sesuatu yang aku nggak bisa obatin dan atasin. Sehingga aku bener-bener mengerahkan semuanya disini. Mulai dari pemberkasan yang aku perhatiin baik-baik, formasi yang sempat bermasalah dan coba aku selesaikan dengan baik, menginput semua data di hari yang baik, sampai aku lolos di pemberkasan dan aku sangat lega ketika itu. Aku janji untuk sungguh

Berani

Bersemangat di satu pilihan, tidak lantas membuat hati ringan. Karena seringkali muncul tanda tanya, benarkah pilihan ini? Rasa takut, khawatir, dan cemas mulai berkerumun, seperti semut yang mengerumuni gula. Seperti tahun lalu, yang mestinya aku tidak perlu ikut karnaval agustusan, tapi tiba tiba aku ingin ikut. Rasanya aneh kalau tidak ikut. Beberapa teman baik tidak bisa ikut, aku mulai merasa takut, apakah ikut karnaval adalah pilihan yang benar? Perasaan khawatir, cemas, dan takut untuk memulai sesuatu, adalah hal yang wajar dirasakan. Tapi memberanikan diri untuk terus maju adalah hal yang mestinya dilakukan. Jadi tak apa merasa tidak nyaman di awal :) Walau takut, tapi tetap maju, adalah keberanian. Kita sudah hebat. :) Kita tidak membiarkan perasaan tidak nyaman itu menguasai kita, yang lantas membuat kita mundur. *** Seperti hari ini, rasa tidak nyaman itu muncul lagi. Ah. Tapi tak apa :) Bismillah

Happy Graduation Kelas XII 2019

Ditujukan untuk anak anak baik yang berhati lapang dan berpikiran terbuka. Bagi yang hatinya sempit, pikirannya tertutup, emosian, sebaiknya tidak perlu membaca❤ hihi Bismillahirrahmanirrahim... Assalamualaikum... Memenuhi janji nulis tadi. Let me say this first ya, "Selamat perpisahan anak-anak!" Alhamdulillah hari kemarin nggak ada yang nangis. Semuanya happy. Semuanya cantik cantik dan ganteng ganteng as always. Sebenarnya cuman mau nulis "sorry and thank you" aja sih ini. Hehe. Sebelumnya juga ibu minta maaf, karena tulisan ini ditujukan untuk anak anak seangkatan, ibu nggak bisa kalau harus menuliskan nama kalian satu satu dan mengulasnya. Gimana ibu bisa nulis ulasan buat 199 anak? Too much ya, Nak. Bisa nangis jari jari ibu. Anyway. Ya, akhirnya kita sampai di hari ini. Ibu bahagia untuk kesempatan yang sudah Allah berikan pada ibu. Ibu bisa mengantarkan kalian sampai disini. Selesai sudah tanggung jawab ibu. Untuk beberap

Perbandingan Duka

Dulu ketika daftar ulang kampus, aku ke Palangka sama bapak. Ternyata... Nggak mudah. Aku nangis sendirian di hotel. Merasa bersalah dan takut. Bersalah karena merepotkan bapak yang harus 4 jam perjalanan ke Palangka naik motor. Bersalah karena bapak harus capek kayak gitu. Bersalah karena ibu di rumah cemas.  Takut karena merasa asing dan takut karena sendirian.  Kemudian aku membandingkan. Susah mana sama temenku yang kuliah di Jerman? Dibanding aku yang jarak 4 jam aja. Sementara di Jerman sana, kalau mau balik, nggak mudah perjalanannya. Buktinya dia kuat? Mampu? Bisa?  Kenapa aku lemah? Setelah membandingkan itu, akhirnya aku... Berusaha menanggung semua pilihan yang ku tempuh dengan gagah berani.  *** Sama seperti malam ini.  Aku nangis karena rindu Mayam.  Satu satunya cara adalah membandingkan... Susah mana dengan selebriti Korea yang rela jauh dari keluarganya demi jadi trainee atau ikut audisi dimana mana? Kamu kira mereka nggak rindu keluarga mereka?  Beginilah hidup. Harus