Skip to main content

Dua Hari Lagi Gajian

Kadang kala muncul dalam pikiran...
Dengan semua kesulitan hidup yang kami alami, apakah punya banyak uang adalah solusi?

Mengentaskan semua amarah remuk redam.
Menepis semua prasangka.
Meredam ego dan rasa ingin menang sendiri.

Ku pikir, kalau kami kaya raya, sepertinya separuh masalah kami teratasi dengan baik.

***

Bayangkan!
Tiap bangun tidur, terhimpit waktu bekerja, pagi pagi buta harus mengucek segunung pakaian. Beradu dingin dan mata yang setengah terbuka.
Seandainya ada uang 7 juta, bisa beli mesin cuci 1 tabung, tinggal menghambur semua pakaian tadi ke mesin, putar. Selesai!

Warung yang sepi pengunjung, ibu yang selalu kelelahan karena harus menjaga seharian, belum lagi tidak ada pemasukan. Hanya helaan napas panjang yang terdengar.
Seandainya warung ini diberi modal 50 juta untuk melengkapi barang dagangannya. 100 juta untuk renov biar tidak kebanjiran.
Ku rasa menjaga warung menjadi hal mengasyikan dan tidak beban.

Bapak yang tiap malam, pagi, dan sore mengangkat pakan ternak 10kg lebih. Dengan badan ringkih termakan usia. Diguyur sedikit hujan sudah batuk demam.
Lagi lagi, seandainya tiap hari kami dikucuri uang 1 juta. Bapak pasti bisa menghabiskan malam, pagi, dan sorenya dengan menyeduh teh dan duduk di teras. Sesekali berdiri untuk menyirami jalanan beraspal dengan air selokan.

Dan aku, yang tiap hari diselimuti panas terik atau hujan lebat. Pulang pergi berkendara kelelahan. Sepertinya kalau ada 200 juta, bisalah aku membeli kendaraan roda empat warna merah menyala. Ku pakai untuk perjalananku kerja. Setidaknya dalam rutinitasku di pagi dan sore hari...aku bisa duduk bersandar, menyeruput es teh manis sambil mendengarkan lagu, sembari membelah lalu lintas padat nan ugal ugalan.

***

Ternyata, uang bisa menawarkan beragam solusi pada masalah pelikku ini.
Ya kan?

Sekian.

Dua hari lagi gajian.

Comments

Popular posts from this blog

Semua Aku Dirayakan💜

Terkadang hal sepele untuk kita, bisa sangat berharga bagi yang lain. Ditulis di hari jumat, sehari sebelum hari guru. Hari yang ku takuti :') Hari guru menjadi sakral untukku setelah aku jadi guru, 7 tahun yang lalu. Sejak itu, tiap bait lagu hymne guru selalu bermakna. Merayakan hari guru seyogyanya bukanlah kewajiban siswaku, tapi entah kenapa aku terluka bila mereka tak merayakannya bersamaku. Aku benci perasaanku ini. Aku minta maaf telah membebani mereka. Dan teman sejawatku pun begitu. Mereka bilang, "anak anak tidak perlu kasih hadiah, eh tapi kalau tidak dikasih kok sedih juga. Lihat yang lain dikasih, kok aku tidak". Begitulah hati guru, fragile nan rapuh.  Sebenarnya bukan kadonya yang membuat hari guru spesial, tapi melihat usaha mereka merayakan hari guru, membuatku terkesan. Anak anak boleh mengatakan, "ibu maaf tidak membelikan kado, kami sayang ibu, selamat hari guru", itu pun tak apa. Aku menyukainya. Anak anak boleh hanya mengucapkan, boleh mem

Paska Ujian Kompre

Bismillah... telah menyelesaikan ujian komprehensif selama tiga puluh menit dengan baik. You are really doing fine! :) Setelah menerjang badai di akhir desember sampai pertengahan maret, yang ternyata masih menyisakan hujan lebat hingga bulan mei kemarin, aku sungguh basah kuyup dan kedinginan. Tapi aku bertahan, bahkan dengan kekuatanku yang tidak seberapa, aku memberanikan diri ikut PPG. Masya Allah. Kalau diingat-ingat, kuasa Allah sangat besar padaku :') Perjalanan yang sangat sangat tidak mudah. Hm...sekian intronya ya. Hihi.  *** Anyway, sebelum ujian komprehensif hari ini, selasa malamnya temen temen di grup kim A ada beberapa yang bermaaf-maafan. Disitulah aku mulai sedih juga. Karena aku baru pertama kali menjalani pendidikan ini (dan ku rasa semua orang juga menjalani yang pertama dan terakhir kalinya), aku clueless untuk tau setelah ini tahapannya apa, setelah ini bagaimana, dll. Tapi sepertinya setelah ini ya kami akan pe-pe-el dan bakal masuk di kelompok yang lebih kec

Tulisan oleh Ust. Salim A. Fillah

Tulisan ini keren dan heart warming. "Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!" Oleh : Salim A. Fillah Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?