Skip to main content

Tanam Sendiri

Mulai deh bermunculan statement menormalisasi harga pangan yang naik.

***

Ingat juga dulu sewaktu harga cabe meroket, ada seorang petinggi yang dengan entengnya berucap "tanam sendiri di rumah". Tentunya hal ini hanya memperkeruh suasana.

Sekelas petinggi saja tidak mampu menawarkan solusi yang apik.

Hari ini juga, harga beras melambung tinggi.
Dan apa responnya?
Tidak ada.

Malahan seperti kataku di awal, banyak yang justru berlomba membuat konten untuk menekan protes massa, dengan mengatakan "harga beras berapapun, ya tetap aku beli. Lima belas ribu, ku beli. Tujuh belas ribu, ku beli. Dua puluh ribu ya ku beli. Daripada aku disuruh membibit sendiri, nanam sendiri ..."

Bagi masyarakat yang memang punya dananya, ya jelas bisa beli. Berapapun harganya.

Bagaimana dengan masyarakat miskin?
Harga sebelumnya saja mereka tidak mampu menjangkau, apalagi ketika harga justru semakin naik.

***

Semoga ke depannya, negara semakin bisa melindungi lapisan masyarakatnya. Memberikan ruang dan kebijakan yang baik, yang tidak memberatkan.

Bukan malah mengeluarkan komentar-komentar spontan yang menyakitkan, yang tidak ada solusi dan kebaikan di dalamnya.

Comments

Popular posts from this blog

Semua Aku Dirayakan💜

Terkadang hal sepele untuk kita, bisa sangat berharga bagi yang lain. Ditulis di hari jumat, sehari sebelum hari guru. Hari yang ku takuti :') Hari guru menjadi sakral untukku setelah aku jadi guru, 7 tahun yang lalu. Sejak itu, tiap bait lagu hymne guru selalu bermakna. Merayakan hari guru seyogyanya bukanlah kewajiban siswaku, tapi entah kenapa aku terluka bila mereka tak merayakannya bersamaku. Aku benci perasaanku ini. Aku minta maaf telah membebani mereka. Dan teman sejawatku pun begitu. Mereka bilang, "anak anak tidak perlu kasih hadiah, eh tapi kalau tidak dikasih kok sedih juga. Lihat yang lain dikasih, kok aku tidak". Begitulah hati guru, fragile nan rapuh.  Sebenarnya bukan kadonya yang membuat hari guru spesial, tapi melihat usaha mereka merayakan hari guru, membuatku terkesan. Anak anak boleh mengatakan, "ibu maaf tidak membelikan kado, kami sayang ibu, selamat hari guru", itu pun tak apa. Aku menyukainya. Anak anak boleh hanya mengucapkan, boleh mem

Paska Ujian Kompre

Bismillah... telah menyelesaikan ujian komprehensif selama tiga puluh menit dengan baik. You are really doing fine! :) Setelah menerjang badai di akhir desember sampai pertengahan maret, yang ternyata masih menyisakan hujan lebat hingga bulan mei kemarin, aku sungguh basah kuyup dan kedinginan. Tapi aku bertahan, bahkan dengan kekuatanku yang tidak seberapa, aku memberanikan diri ikut PPG. Masya Allah. Kalau diingat-ingat, kuasa Allah sangat besar padaku :') Perjalanan yang sangat sangat tidak mudah. Hm...sekian intronya ya. Hihi.  *** Anyway, sebelum ujian komprehensif hari ini, selasa malamnya temen temen di grup kim A ada beberapa yang bermaaf-maafan. Disitulah aku mulai sedih juga. Karena aku baru pertama kali menjalani pendidikan ini (dan ku rasa semua orang juga menjalani yang pertama dan terakhir kalinya), aku clueless untuk tau setelah ini tahapannya apa, setelah ini bagaimana, dll. Tapi sepertinya setelah ini ya kami akan pe-pe-el dan bakal masuk di kelompok yang lebih kec

Tulisan oleh Ust. Salim A. Fillah

Tulisan ini keren dan heart warming. "Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!" Oleh : Salim A. Fillah Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?