Assalamu’alaikum, Blogger :]
Balada anak rantau~
Merantau mungkin bukanlah kegiatan asing lagi
bagi sebagian dari kita, karena bisa jadi saat ini sebagian dari kita memang sedang merantau.
Kata “merantau” pertama kali muncul di mindset saya sudah lama sekali. Setelah
menonton kartun cerita rakyat Malin Kundang, saya dapatkan kata “merantau”. Iya
kan ya? :D hihi.
Tidak pernah terlintas di benak saya bahwa
suatu hari nanti saya akan merantau, tapi itu dulu, karena pada akhirnya saya
juga telah merasakan merantau!
Banyak sekali pahit manis yang didapat dari
merantau yang perlu dibagikan dan diketahui Anda semua. Untuk Anda yang pernah
merantau, postingan hari ini semata-mata untuk sekedar nostalgia, mengingat
masa-masa Anda dulu merantau, bagaimana perjuangan Anda, bagaimana Anda bisa
berdiri sampai saat ini, apa-apa saja yang telah Anda lakukan dan sebagainya
:D. Untuk Anda yang sedang merantau, semoga ini mengingatkan Anda akan sisi
lain dari merantau yang perlu Anda ketahui. Karena lingkungan baru, sedikit
banyaknya menghilangkan sisi lain dari diri kita. Sekedar menyingkap potongan puzzle yang hilang dari diri Anda. Yah
begitulah. Dan untuk Anda yang akan segera merantau, saya akan dengan senang
hati berbagi pengalaman selama merantau, setidaknya Anda tau apa yang akan Anda
dapatkan dan tinggalkan selama merantau.
Definisi merantau dulu ya, saya hobinya mencari
di Wikipedia kalau definisi :D yang praktis-praktis saja. Merantau adalah
perginya seseorang dari tempat asal dimana ia tumbuh besar ke wilayah lain
untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman. Tapi mungkin lebih tepatnya,
merantau itu jauh dari orang tua entah untuk sebuah pengalaman atau harapan. Definisi
dari Wikipedia agak kurang ‘klik’ ya, hehe. Walaupun pergi dari tempat asal
tapi tetap bersama orang tua, itu mungkin namanya pindahan, bukan merantau :D
Merantau itu pasti akan membawa perubahan.
Apakah kita akan menjadi orang yang lebih baik, atau sebaliknya menjadi orang
yang lebih buruk.
Merantau juga sebuah tantangan. Bisa tidak kita
melawan arus buruk yang menghadang kita, menyikapi setiap masalah yang akan kita
temui, memaknai setiap lika liku kehidupan kita, dan belajar untuk menerima
segala hal yang terlanjur sudah terjadi. Sungguh banyak sekali pelajaran
kehidupan yang akan kita rasakan ketika kita merantau. Suatu pelajaran yang
mendewasakan kita. Merantau juga mengajarkan banyak hal, seperti kemandirian,
sosialisasi, tanggung jawab, solidaritas, dan toleransi.
Hal pertama yang dirasakan ketika merantau
yakni rindu kampung halaman. Kadang tidak jarang dari kita yang akhirnya tidak
betah dan merasa tidak bisa tinggal lama di tempat rantauannya. Kadang juga
jadi melankolis. Sebentar-sebentar ingat kampung.
-__- huahaha
Kita juga mungkin terkadang membandingkan tanah
rantau dan kampung halaman. Biar kata tinggal di pinggiran sungai, akan tetap
terlihat nyaman karena itu kampung halaman. Di tanah rantau manapun kita
berpijak saat ini, sebagus dan semodern apa pun tempat itu, akan kalah jauh bagus
dengan kampung halaman. Kalian tau kenapa? Karena di kampung halaman ada sebuah
harta yang tidak kita temui dimanapun, iya ada “keluarga” disana :D.
Tapi percayalah, lambat laun banyak hal
menyenangkan yang akan segera menghampiri dan membuat kita betah. Kita akan
menjumpai banyak teman dan banyak hal baru, hingga akhirnya kita bisa mulai
beradaptasi di tanah rantau. Kita hanya butuh alasan kuat untuk tetap bertahan.
Satu alasan cukup. Tapi kalau bahkan kita tidak punya alasan, semua hal
menyenangkan pun akan berubah memburuk. Itulah mengapa, niat sangat diperlukan.
Semua hal bergantung pada niat. Saya dulu awal-awal merantau suka tidak betah,
bawaannya mau pulang ke rumah saja. Tapi saya ingat niat awal saya, niat lah
yang pada akhirnya membunuh setiap kerinduan saya, niat lah yang menguatkan
saya hingga akhirnya bisa bertahan selama kurang lebih empat tahun merantau.
Waktu yang memang tidak lama, tapi juga tidak bisa dikatakan sebentar.
Hal kedua yang kemudian dirasakan saat merantau
adalah rindu masakan ibu. Menyadarkan kita bahwa masakan ibu ternyata paling
TOP. Biar cuma dimasakin mi instan atau telur ceplok, tetap akan terasa enak
daripada sepiring nasi goreng di warung langganan. Masakan ibu yang keasinan
pun lebih kita rindukan. Lambat laun kita akhirnya belajar menghargai setiap
apa yang ibu masak dan belajar untuk berhenti protes ketika ada masakan ibu
yang tidak sesuai keinginan kita. Dan sebenarnya itu yang saya rasakan. Dulu
sebelum pergi untuk tinggal di kota sebelah, saya hanya menyukai beberapa
sayuran yang dimasak ibu. Tapi kini, nyaris 70% jenis menu sayuran saya lahap.
Saya juga menyadari bahwa hidup ibu luar biasa melelahkan. Ibu mengerjakan
banyak pekerjaan rumah tangga, tidak hanya masak. Jadi kalau sampai masakan ibu
pun kita tidak makan, bayangkan betapa sedihnya ibu. Padahal ibu sudah bersusah
payah masak. Lucu ketika masakan itu dari
dan untuk ibu. Artinya adalah, ibu yang masak dan ibu
juga yang menghabiskan masakan itu. Jadi mulai sekarang, syukuri dan
berterimakasihlah atas semua masakan yang sudah dimasak ibu. Makanlah dengan
lahap. Atau kalau perlu, kita-lah yang masak untuk ibu.
Hal berikutnya yang kita rasakan yaitu, merantau
menanamkan suatu kerinduan akan keluarga, membuat kita lebih menyadari
pentingnya keluarga, pentingnya setiap detik bersama mereka, hangatnya rumah,
hiruk piruknya, sibuknya. Ah semua itu menyenangkan!
Sebenarnya banyak hal lagi yang akan kita
rasakan ketika merantau. Banyak sekali. Tapi tiga di atas tadi yang paling
dominan.
Setiap perubahan yang kita lakukan selalu
membutuhkan pengorbanan.
Lantas apa yang dikorbankan dari merantau?
Hanya satu, waktu. Setiap waktu yang bergulir yang mungkin harusnya kita bisa
habiskan di rumah, justru kita habiskan dengan kesibukan di tanah rantau. Pagi
pagi sebelum berangkat kuliah atau kerja, mungkin kita bisa membantu ibu di
rumah, sekedar membuatkan sarapan, atau menyeduhkan teh. Tapi kalau di tanah
rantau? Pagi pagi kita hanya sibuk mandi, mencuci, dan sarapan. Apalagi ketika
malam menjelang, biasanya kalau di rumah, kita bisa berkumpul menonton televisi
sama-sama, tapi kalau di tanah rantau? Malam-malam mungkin mencari makanan atau
menghabiskan waktu untuk cuci mata (uhuk).
Sejujurnya, dari lubuk hati saya yang paling
dalam, merantau ini alhamdulillah bermanfaat. Karena niat saya kemarin merantau
kan untuk merajut masa depan yang insya Allah akan lebih baik (ceileh), bukan
untuk sekedar biar keliatan mandiri. Jadi Alhamdulillah sejauh ini banyak
sekali manfaat yang saya rasakan setelah merantau. Salah satunya ya ini, saya
bisa membuat postingan ini :D Ah yang pasti manfaatnya banyak sekali. Tapi,
semoga merantau kemarin itu yang pertama dan terakhir kalinya. Karena saya
menyadari bahwa begitu banyak waktu yang saya lewatkan sendiri. Saya melewatkan masa-masa melihat adik saya pertama
kalinya masuk sekolah dasar. Saya melewatkan beberapa kesempatan menjaga adik
saya dan ibu saya ketika mereka sakit. Dan banyak sekali momen yang mungkin
bisa saya rasakan bersama keluarga, namun saya lewatkan.
Banyak hal yang kita dapatkan dari sebuah
perjalanan dan pengalaman.
Jadi kesimpulannya adalah, cobalah merantau dan
rasakan pengalamannya. Siapkan niat baik dan tanamkan dalam hati. :) Insya
Allah kegiatan merantaunya akan membawa berkah~
:))
Selesaaii semoga bermanfaat
Comments
Post a Comment