Bismillahhirrahmanirrahim.
Kita pasti pernah mengalami keadaan dimana kita bersemangat sekali dalam beribadah. Tidak cuma lima waktu, shalat sunnah juga dikerjakan. Bahkan tahajud, yang sejujurnya cukup berat pun tidak pernah ketinggalan.
Dan (mungkin) kita semua juga pernah menjalani, hari-hari dimana semua ibadah terasa berat untuk dikerjakan. Jangankan sunnah, yang wajib saja dikerjakan dengan susah payah. Jangankan shalat, istighfar saja rasanya berat.
Keadaan inilah yang biasanya dikenal dengan istilah futur. Keadaan ketika iman mulai melemah, ketika kita jauh dari Allah, atau lalai dari Allah. Dan keadaan seperti ini sejatinya bukanlah suatu hal yang bisa dibanggakan. Justru harus segera dimusnahkan.
Bagaimana kita tau kita sedang futur?
Mudah saja.
Perhatikan saja bagaimana perasaan kita ketika mendengar adzan. Senang kah? Atau justru merasa terbebani?
"Ah, kok udah adzan lagi?"
"Duh, perasaan baru duduk, sudah adzan aja" atau beberapa kalimat klasik lainnya.
Hati-hati ya, jangan-jangan kita sedang futur.
Kalau sedang mengalami hal ini, segeralah kembali kepada Allah. Istighfar banyak-banyak.
Karena kalau dibiarkan, takutnya kita semakin berjalan jauh dari Allah. Bukankah kita berharap selalu dekat dan bersama Allah?
Bagaimana Allah mau membersamai kalau kita saja berjalan menjauh?
Bukankah surga Allah adalah hal terbaik yang kita harapkan?
Bagaimana Allah mau membuka pintu surgaNya sementara kita enggan mengetuknya?
Tanpa sadar, kita mungkin saja sering lalai kepada Allah. Karena dunia terlalu menyilaukan. Hingga semua hal yang menari di benak kita hanyalah urusan dunia. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Bahkan dalam mimpi pun, kita dikejar-kejar urusan dunia.
Apa hal pertama yang terlintas di pikiranmu ketika kamu bangun tidur?
"Ini hari apa?"
"Oya, shalat subuh!"
"Hari ini ngapain ya?"
"Yaampun, udah pagi aja!"
Kamu tau kenapa hari kita terasa begini-begini saja?
Kenapa hari kita terasa membosankan?
Kenapa kita seolah terjebak dalam rutinitas yang menyebalkan?
Bangun tidur, yang dirasakan cuma capek, rasanya mau balik tidur lagi. Karena terlalu malas menjalani aktivitas seharian nanti, berharap bisa kembali terlelap. Tapi karena ribuan tuntutan dan beban, terpaksa bangun dan beraktivitas. Terpaksa. Apa jadinya kalau terpaksa? Ya tidak bersemangat. Dan perasaan tidak bersemangat ini juga mempengaruhi ibadah kita seharian nanti.
Setelah pulang ke rumah, tenaga yang tersisa tinggal sedikit, ibadah juga kurang maksimal karena kelelahan. Kadang malah meninggalkan ibadah lantaran kondisi yang tidak fit.
Pernah merasakan begitu?
Kenapa kita berkubang dalam rutinitas setidak menarik itu?
Jawabannya satu.
Karena hal pertama yang kita pikirkan ketika bangun tidur hanyalah perkara dunia. Itulah kenapa, setiap harinya hanya disibukkan dengan hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak ada habisnya.
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya. Menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya dan dia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Ta’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits ash Shahihah).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang dipikirkannya sehingga seolah olah dia tidak melihat hak Allah padanya, maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya :
Kebingungan yang tiada putusnya. Kesibukan yang tidak ada ujungnya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
dan keinginan yang tidak tercapai”. (H.R Ath Thabrani).
Disitulah duduk perkaranya.
Karena niat bangun tidurnya hanya untuk dunia, maka yang dipikirkan, yang dikerjakan, yang dilaksanakan hanya masalah dunia.
Akhiratnya? Ya cuma dapat sisa.
Shalat di sela-sela waktu, membaca Al Qur'an kalau sempat, datang ke kajian kalau senggang, murajaah hanya sesekali (itu juga cuma 5 ayat tidak hafal-hafal), sedekah kalau ada uang receh, dan masih banyak ibadah yang dikerjakan sekadarnya.
Bagaimana akhirnya kita tidak lalai, kalau kita saja tidak menyediakan waktu untuk akhirat?
Bagaimana kita tidak futur, kalau prioritas kita bukan Allah?
Iman itu, mudah goyah. Jadi harus selalu dikuatkan dan diteguhkan. Sedikit saja kita terlepas dari genggamanNya, takutnya kita kesulitan kembali.
Walau Allah selalu menunggu kita kembali dan memeluk kita dengan rahmatNya, tapi tipu daya setan, siapa yang tau?
Dan iman itu letaknya di hati. Hati manusia fitrahnya mudah rapuh dan berubah-ubah. Kalau hatinya rapuh, iman juga akan demikian.
Maka sudah sepantasnya kita manusia, harus berdoa pada Allah agar selalu diteguhkan keimanannya. Agar kita selalu kuat, selalu semangat, dan selalu ingat Allah. Agar ketika kita sedikit saja lalai, kita bisa segera mengingat Allah dan bertaubat.
Kita pun harus selalu bersama saudara-saudara yang soleh dan solehah. Dengan begitu, kita bisa saling mengingatkan dan menguatkan.
Berteman kariblah dengan orang-orang yang ketika kamu bersamanya, surga Allah terasa begitu dekat.
Karena istiqomah sendirian itu berat. Kamu nggak akan kuat. Biar kita sama-sama aja.
Futur itu harus dilawan. Jangan kalah. Jangan lemah.
Wajar kalau futur, tapi tidak wajar kalau tidak segera berlepas diri.
Jadi kalau saat ini sedang futur, bangkitlah, bersemangatlah. Allah sedang menunggu kita, Allah sedang menunggu ketika Dia menjadi prioritas kita kembali.
Jangan buat Allah menunggu.
Dan... Allah, maaf karena sudah futur :'(
Sekian postingan kali ini.
Semoga bermanfaat.
PS: Aslinya nulis dari sehabis ashar, dan ini sudah isya aja. Hehe. Mikirnya lama.
Terima kasih yang masih setia membaca semua postingan saya ya. Maaf sudah ribuan purnama dan jarang update. Karena rada males. Tapi di dalam lubuk hati yang paling dalam, saya pasti akan terus selalu always menulis. Jadi tenang saja dan menunggulah dengan setia. Walau menunggu itu melelahkan dan setia itu menyebalkan (uhuk).
Comments
Post a Comment