"Mau berkali kali mengalami pun, kita enggak pernah profesional dalam urusan patah hati" kata Fiersa Besari.
That's really true!
Hingga aku duduk manis saat ini, mengetik tulisan ini dari handphone-ku yang sedang ku charge, sambil menahan kantuk, meluangkan 30 menit lagi untuk menulis ketimbang isi kepalaku buyar kalau harus ditulis besok.
Aku akhirnya menyadari, setelah beberapa kali patah hati.
Semua ada masanya. Ada takdirnya. Kapan kita harus bertemu seseorang, kapan mereka pergi.
Kita tidak bisa menahan apapun, entah itu raga maupun hati, semua sungguh kuasaNya. Kita hanya perlu menjalaninya dengan baik agar tidak menyesal telah membuang waktu dan kesempatan dengan percuma.
Kita tidak harus membuang harga diri demi mempertahankan seseorang, buat apa?
Kita tidak boleh mengemis, demi membuatnya menetap, percuma.
Kita tidak perlu mengorbankan banyak hal, agar ia tidak pergi.
Terlebih urusan patah hati. Kadang bukan kita yang membuatnya pergi, kadang kita tidak melakukan kesalahan, ya karena dia memang ingin pergi, itu saja. Ribuan usaha pun akan gagal, bila hatinya sibuk mencari alasan untuk tidak tinggal.
Hati yang ingin pergi, biarlah.
Hati yang ingin bertahan, genggamlah.
Kalau di akhir cerita, ia memilih pergi. Tak apa. Memang hati ini terasa sakit, tapi yang sakit pasti akan segera sembuh.
Setelah patah hati, kita pun tidak perlu memaksakan diri harus segera move on. Kamu kira mudah? Kalau mengobatinya dengan jatuh cinta pada hati yang baru, itu lain cerita.
Somehow,
Melupakan seseorang beserta kenangannya bukan suatu hal yang bisa dilakukan semau kita. Tidak bisa serta merta meminta pada Tuhan untuk dilumpuhkan ingatan. Sialnya, ingatan juga tidak punya fitur format.
Solusinya,
Kita hanya perlu belajar membiasakan diri tanpanya, menjalani hari seperti sebelum ada dia, dan semua akan baik baik saja seperti sedia kala.
Bagi beberapa orang, patah hati diiringi dengan perasaan benci dan marah. Itu wajar, namun andai bisa maka tak perlu dilakukan. Justru yang harus dilakukan adalah merelakan, mengikhlaskan, dan berdamai.
Waktu bergulir. Musim berganti. Hujan pun mereda.
Lama kelamaan, semua akan sirna. Semua akan membaik. Kita akhirnya terbiasa tanpanya. Dan hebatnya, hati kita tidak lagi terpaut padanya. Kita tidak lagi gugup mendengar namanya. Kita tidak lagi salah tingkah ketika bertemu dengannya. Kita tidak lagi memilih jalan lain ketika berpapasan dengannya.
Bahkan saat kita tau dia tak lagi sendiri sekarang, hati kita tidak lagi merasa sakit. Biasa saja. Malahan kita menginginkan yang terbaik untuknya.
Begitulah fase kehidupan.
Bisa karena terbiasa. :')
Bagi kalian yang saat ini patah hati, aku ucapkan, selamat membiasakan diri tanpanya =)
Semoga lekas pulih, semoga lekas menjadi hebat kembali.
Comments
Post a Comment