Tiap jiwa akan menghadap Tuhannya sendiri sendiri.
Mempertanggungjawabkan satu demi satu amalannya semasa hidup.
Tidak ada sedikit pun yang dicurangi. Semua akan dibalas dengan hitungan yang seadil-adilnya.
Maka... Mestinya kita begitu takut dan khawatir. Apabila sampai detik ini masih bergumul dengan dosa dosa.
Mungkin dosa itu bisa "dimaklumi" manusia lainnya, mungkin dosa itu "dibiarkan" manusia lainnya... Mungkin juga dosa itu "turut dikerjakan" manusia lainnya.
Namun itu tetaplah dosa.
Banyak tidak selalu benar.
Sedikit tidak selalu salah.
Ramai orang meminum khamr bukan indikator bahwa itu benar.
Sedikit orang yang memakmurkan masjid di kala subuh tidak menandakan itu salah.
***
Ketika Allah meniupkan kecemasan akan dosa dan maksiat di dalam dada kita, hal itu merupakan rambu rambu untuk segera meninggalkan perbuatan tersebut.
Kecemasan terkadang menjadi rahmat bagi manusia. Tidakkah kita berpikir?
Karena ketika hari mulai gelap gulita, dan malam semakin sunyi. Tidak ada yang lebih menentramkan selain hati yang cenderung pada fitrahnya.
Bila sepanjang hidup hanya melakukan dosa dan maksiat, hati pasti tidak tenang. Hingga hari demi hari hanya berisikan kebingungan yang tidak berujung.
Fitrah manusia itu suci. Bersih.
Dan semua itu hanya akan didapat dengan ibadah yang benar.
Diantara semua hal yang begitu dikejar sampai detik ini (hingga jatuh bangun), bukankah manusia sebenarnya hanya perlu mengejar ketenangan? Bukankah hanya itu yang ia perlukan?
Dan ketenangan tidak akan pernah didapat dalam tumpukan dosa.
Anggaplah ketika semua orang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Dan kita begitu hausnya sampai membatalkan puasa dengan seteguk es teh manis diam diam. Kemudian kita kembali ke rumah, ikut berpura pura puasa seperti biasa.
Apakah kita senang kala itu?
Pasti ada perasaan aneh yang menghantui sampai kapanpun. Bahkan sekalipun di-qadha di bulan lain, tetap tidak akan pernah senyaman ketika puasa kita genap.
Begitulah dosa.
***
Semoga... Kita bisa tetap beribadah dengan benar dan lurus.
Bisa tetap menggenggam bara api agama kita kendati beberapa manusia lain lebih memilih untuk mencari "nyaman" versinya.
Semoga kita tetap berusaha sekuat tenaga untuk jujur, walau bohong* kita bisa diterima oleh sesama.
Berusahalah! Allah tidak akan berlepas diri dari hambaNya.
*bohong bukan untuk kebaikan yang dibenarkan
Comments
Post a Comment