Baru bisa nulisnya hari ini. Padahal sudah direncanakan jauh jauh hari.
Ada kan sebelum postingan ini... Aku mau cerita sesuatu... Nah insya Allah hari ini ku tunaikan janji suci itu. Wkwk
Hmm
Bismillah
Akhirnya insya Allah jadi ASN! Apartur Sipil Negara.
Padahal nggak pernah memimpikan jadi bagian dari ASN... Entah itu PNS atau PPPK. Kayak nggak sanggup sama keruwetan pendaftarannya, ngisi ini itu tiap tahun, ngurusin kenaikan pangkat dll. Pokoknya kayak... Udahlah aku jadi pegawai biasa aja asal gaji cukup.
***
Tapi setelah jadi tulang punggung keluarga, nyatanya gaji jadi pegawai kontrak provinsi nggak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Apalagi kalau aku merealisasikan keinginanku agar bapak ibu 'pensiun'. Minimal gaji mesti 5 juta lah.
Sudah putar otak, jungkir balik, salto, tetap buntu.
***
Sampai rencana Allah mulai nampak di depan mata.
Guru kontrak akan diangkat jadi PPPK, atau sebut saja setara PNS kalau kalian bingung.
Tapi...
Demi menjemput rencana Allah tersebut... Banyak blood, sweats, and tears-nya...
Pertama,
Harus mencari formasi di sekolah mana yang memerlukan, kedua harus melewati tes swab, ketiga harus "lulus"...baru bisa jadi PPPK.
Qadarullah di sekolahku ada formasinya. Ada dua... Tinggal pilih mau ngambil jurusan IPA atau kimia.
Sisi baiknya, aku nggak usah kemana mana. Sisi nggak baiknya, aku harus LULUS atau posisiku digeser orang lain.
***
Lagi lagi.. Kuasa Allah yah, sistemnya nggak sempurna. Aku terkunci di formasi IPA dan nggak bisa milih kimia.
Yaudah nggak papa. Daripada nggak sama sekali?
Aku mendaftar, menginput berkas, dan ku akhiri pendaftaran itu di penghujung jumat sambil berdzikir.
Butuh waktu sepersekian hari atau bulan ya? Lupa. Yang pasti pengumuman berkas ditutup dengan suka cita. Alhamdulillah lulus pemberkasan awal. Dan semua teman teman sejawat lulus juga. Nangis terharu. Seneng bisa terlalui hari itu...
Setelah pemberkasan, menunggu lagi hingga keluar jadwal tes.
Sambil menunggu, tentu belajar.
Dan proses belajar + menunggu jadwal tes inilah yang membuat hatiku nggak karuan.
Sambil belajar aku nangis, sambil belajar aku jatuh sakit.
Latar belakang pendidikan yang nggak linear membuat aku mengerahkan segenap kemampuanku untuk paham. Tapi susah :(
Dalam waktu yang nggak lama, aku harus mendalami fisika dan biologi juga. Ya karena tesku kan IPA... Jadi harus bisa fisika biologi.
Makanya beberapa kali jatuh sakit, karena memaksakan diri.
***
Sehari sebelum tes tiba, aku harus menjalani tes swab dulu. Sad.
Bukan karena aku harus di-swab, tapi melihat rekan sesama guru di sekelilingku yang memilukan.
Banyak yang sudah sepuh, tergopoh-gopoh ikut mengantri swab. Banyak yang dari luar kota, harus menginap dulu, untuk ikut tes.
Ya Allah gini banget mau 'sejahtera'.
Aku masih mudaaah sekali, usiaku, jarak rumahku, kesehatanku, sementara yang lain?
Mencelos banget hatiku melihat keadaan ini.
***
Keesokan harinya.
Hari tes.
Ku jalani dengan tenang. Di saat para ibu ibu di sekitarku bolak balik ke wc. Hehe
Aku masuk ke ruangan tes, dan dimulailah tesnya...
Allahuakbar...
Susah semua soalnya. Susah. Unexpected.
Sisa 7 menit sebelum ku akhiri tes, aku berpikir... Apakah aku menyesal atau nggak?
Hmm nggak lah. Sudah nggak bisa lagi ku kerjakan. Kepala ku bener bener sesak padat.
Setelah ku akhiri dengan berani. Keluarlah hasil tesnya secara otomatis.
Deg. Nilai kemampuan teknisku 205!
Luluskah?
... Tbc
Comments
Post a Comment