Skip to main content

Manisnya Taat

Ditulis jam 05.03.
Setelah selesai mandi dan mengeringkan baju.
Beberapa jam sebelum berangkat kerja.

***

Senin malam kemarin, aku ikut ibu ke masjid untuk shalat isya dan tarawih berjamaah. Sudah satu tahun aku tidak menginjakkan kaki ke masjid itu. Dan saat berdiri di rakaat pertama shalat isya, aku berlinangan air mata mendengar bacaan Al Fatihah yang dibacakan imam. Padahal suaranya pun tidak semerdu ust Hanan atau ustadz kondang lainnya, tapi suaranya mampu membuatku merasa malu hingga menunduk dalam air mata.

Begitulah bagaimana Allah memberikan hidayah (hadiah) bagi hamba hambaNya.

Termasuk rasa malu karena selama ini terlalu jauh dari Tuhannya.
Termasuk rasa sedih dan sesak karena seringkali melupakan rumahNya.

Futur itu manusiawi, tapi menyadari sedang jauh dari Allah dan tidak berusaha kembali tentu adalah sebuah kesalahan.

***

Menjadi taat adalah bentuk nikmat.
Bisa beribadah, tidak malas, mengucap kalamullah, kalimat baik (tahmid, takbir dsb) juga bentuk nikmat.

Aku tau dan menyadari, banyak dari kita merasa kesulitan dalam ketaatan. Tidak banyak yang jalan di tempat, atau tertatih untuk maju, ada pula yang bahkan berjalan ke belakang (mengalami kemunduran). 

Pernah dikupas oleh akun QuranReview, dalam surah kelima Al Fatihah, "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan". Kalimat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Allah itu tau dan mengerti, untuk bisa beribadah kepada Allah (menyembah) kita sangat membutuhkan pertolongan Allah. Allah tau diantara kita ada yang terasa sulit dan berat untuk beribadah, entah karena kondisi atau beratnya hati. Maka, ayat ini mengajak kita untuk meminta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan dalam beribadah.

Terutama di bulan Ramdahan ini, yang rasanya sangat sayang kalau disia-siakan.

Semoga kita selalu dimudahkan untuk taat dan merasakan manisnya taat.

Selamat menjalankan ibadah puasa :)

Comments

Popular posts from this blog

Semua Aku Dirayakan💜

Terkadang hal sepele untuk kita, bisa sangat berharga bagi yang lain. Ditulis di hari jumat, sehari sebelum hari guru. Hari yang ku takuti :') Hari guru menjadi sakral untukku setelah aku jadi guru, 7 tahun yang lalu. Sejak itu, tiap bait lagu hymne guru selalu bermakna. Merayakan hari guru seyogyanya bukanlah kewajiban siswaku, tapi entah kenapa aku terluka bila mereka tak merayakannya bersamaku. Aku benci perasaanku ini. Aku minta maaf telah membebani mereka. Dan teman sejawatku pun begitu. Mereka bilang, "anak anak tidak perlu kasih hadiah, eh tapi kalau tidak dikasih kok sedih juga. Lihat yang lain dikasih, kok aku tidak". Begitulah hati guru, fragile nan rapuh.  Sebenarnya bukan kadonya yang membuat hari guru spesial, tapi melihat usaha mereka merayakan hari guru, membuatku terkesan. Anak anak boleh mengatakan, "ibu maaf tidak membelikan kado, kami sayang ibu, selamat hari guru", itu pun tak apa. Aku menyukainya. Anak anak boleh hanya mengucapkan, boleh mem

Paska Ujian Kompre

Bismillah... telah menyelesaikan ujian komprehensif selama tiga puluh menit dengan baik. You are really doing fine! :) Setelah menerjang badai di akhir desember sampai pertengahan maret, yang ternyata masih menyisakan hujan lebat hingga bulan mei kemarin, aku sungguh basah kuyup dan kedinginan. Tapi aku bertahan, bahkan dengan kekuatanku yang tidak seberapa, aku memberanikan diri ikut PPG. Masya Allah. Kalau diingat-ingat, kuasa Allah sangat besar padaku :') Perjalanan yang sangat sangat tidak mudah. Hm...sekian intronya ya. Hihi.  *** Anyway, sebelum ujian komprehensif hari ini, selasa malamnya temen temen di grup kim A ada beberapa yang bermaaf-maafan. Disitulah aku mulai sedih juga. Karena aku baru pertama kali menjalani pendidikan ini (dan ku rasa semua orang juga menjalani yang pertama dan terakhir kalinya), aku clueless untuk tau setelah ini tahapannya apa, setelah ini bagaimana, dll. Tapi sepertinya setelah ini ya kami akan pe-pe-el dan bakal masuk di kelompok yang lebih kec

Tulisan oleh Ust. Salim A. Fillah

Tulisan ini keren dan heart warming. "Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!" Oleh : Salim A. Fillah Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?