"Kamu, tak tau rasanya hatiku saat berhadapan kamu
Kamu tak bisa bayangkan rasanya jadi diriku yang masih cinta
Kamu, tak tau hancurnya hatiku saat berhadapan kamu"
- Kotak
Tiga lirik yang kalau dimaknai saat ini ternyata rasanya terlalu pahit.
Padahal saat SMA dinyanyikan dengan hingar bingar bahagia.
Masa SMA-ku yang biru,
yang tersisa hanya kenangan dan separuh diriku yang tertinggal disana.
Saat aku hidup di masa ini, aku menyadari bahwa aku sudah kehilangan banyak hal.
Masa SMA-ku yang menyisakan banyak penyesalan.
Seandainya waktu bisa diulang.
Mendengarkan lagu lagu pop tahun 2000-an, kilasan balik masa remaja itu menyeruak.
Keadaan rumahku saat itu, pertemananku saat itu, bahkan kehidupanku juga.
Seakan baru terjadi kemarin.
Entah sampai kapan aku harus kembali ke masa remajaku, aku seperti tidak punya kenangan baik yang bisa ku kunjungi kembali.
Film yang diputar saat itu, aku seperti sedang menelusuri setiap inci masa mudaku,
Diriku di masa itu, prestasinya, penampilannya, bahkan pola pikirnya, aku ingin mendekap diriku di masa lalu, yang seringkali harus berkejar-kejaran dengan pencapaian teman sebayanya.
Berbahagialah wahai diriku, aku telah nyaris menyempurnakan hidupmu,
Aku telah mencapai karir yang cemerlang untukmu,
memperbaiki keuanganmu dengan tabungan yang layak,
mengenakan hijab yang baik,
menjauhkanmu dari pasangan yang hampir menyakitimu,
menhindarkanmu dari teman-teman yang tidak setulus dirimu,
Aku yang dewasa ini, telah memberikanmu hidup yang lebih baik,
Berbahagialah wahai diriku.
Masa sekolahmu yang serba kekurangan itu, aku tidak mau kamu terlalu terjebak di dalamnya,
Hiduplah dengan baik diriku,
Jatuh cintalah lagi, dan jalani sisa hidupmu dengan baik.
Komentar
Posting Komentar